Afri Deliana Putri

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
3. Aku Dan?(the Author of the ocean)

3. Aku Dan?(the Author of the ocean)

Dapur toko kue milik Rosse dan Smith sejak pagi telah mengepul. Oven besar mereka terus memanggang roti-roti yang enak. Para pelanggan sudah berdatangan, mulai dari penduduk lokal hingga turis yang ingin sarapan dengan roti. Dari sudut dapur Adelle sibuk mencuci peralatan memasak dan beberapa piring. Dia tampak sangat telaten dalam hal itu. Tubuh kecilnya tampak gesit mencuci peralatan roti yang lebih besar dari kepalanya.

Setelah mencuci tumpukan piring ia bergegas mengambil potongan kain lap untuk membersihkan meja-meja. Merangkai bunga-bunga di atas meja sebagai hiasan. Kali ini Rosse memilih bunga mawar merah yang tumbuh melimpah di kota ini. Lagian, Adelle sangat suka mawar merah.

Adelle kembali menunggu, duduk di taman kota. Memandang lamat-lamat ke arah kolam pancuran. Dia masih berfikir, apa benar kolam itu ajaib? Jika benar, dia sangat bersyukur.

Oh God! Aku tak meminta banyak darimu. Hanya meminta tetaplah bersamaku. Jangan pergi! Aku tak tahu sampai kapan aku akan terus lari dan mencari mimpi ini. Tapi tetaplah bersamaku. Doa Adelle dalam batinnya seraya mengepalkan tangan untuk berdoa.

Dia berdiri. Haus telah memaksanya menjelajahi kota ini. Melangkah menuju toko makanan di sebrang jalan.

Saat ia ingin melangkah seorang bocah laki-laki menabrak-nya. Grub.. Adelle masih diam, meringis sedikit kesakitan. Lututnya berdarah. Bocah itu terus saja berlari tanpa menghiraukan Adelle.

Tiba-tiba, muncul uluran tangan seseorang ke arahnya. Adelle mendongak menatap. Seorang pemuda. Wajahnya cukup tampan.

"Berdirilah! Biar saya bantu obati lukamu. Anak itu sangat nakal. Lagi-lagi dia mencuri!" Kata pemuda itu

Adelle berdiri dengan menggapai tangan itu. Pemuda itu membawanya duduk di bangku taman. Menyuruhnya menunggu sebentar untuk mengambilkan obat dan minuman. Adelle seperti berusaha mengingat. Anak kecil itu mengingatkannya tentang kejadian 10 tahun silam.

Adelle berjalan riang di antara gang-gang pertokoan di dermaga. Dia membawa susu dan mentega dari toko langganan Ama. Tadi pagi Ama menyuruhnya mengambil pesanan dari tengkulak itu. Sedikit berat tapi tak masalah bagi Adelle.

Dia bernyanyi gembira.

Hai ratu laut... Aku sudah siap berlayar... Aku tak takut badai ... Aku tak takut tenggelam.. Aku sang cahaya lautan... Menggenggam riang jemarimu... Bawa aku dan jadikan aku putri kerajaan Samudra...

Tepat setalah lagu itu usai di nyanyikan. Susu dan mentega Adelle tumpah, jatuh ke jalan. Lututnya juga berdarah. Dia mendongak mendesis sakit. Ada anak laki-laki yang menabraknya. Adelle mengomel kesal.

Hai kau!! Lihat ini, susu dan mentegaku jatuh. Aku akan di marahi Ama. Kau harus bertanggung jawab. Teriak Adelle.

Bocah itu melirik. Lalu berseru maaf, aku buru-buru. Dia pergi meninggalkan Adelle. Sepanjang jalan pulang dia hanya menangis. Membawa botol susu dan mentega yang hanya tersisa sedikit. Dia hanya menatap beton jalanan. Terus membayangkan kekecewaan Ama dan Appa kepadanya tentang hal ini.

Lututnya terus mengalir darah segar. Ia menahan sakitnya. Ia tak perduli, ia hanya memperdulikan susu dan mentega ini. Semua ini karna salah bocah itu. Dia terus menggerutu didalam hatinya.

Sesampai di toko. Appa sudah khawatir menunggu. Ia cemas milirik Adelle yang tampak menangis. Ia menghampirinya. Ada apa nak? Apa yang terjadi kepada lututmu? Kemari, biar Appa obati. Smith menggendong Adelle lalu mendudukkannya di atas meja. Dia meraih kotak P3K dan memanggil istrinya.

Ama terlihat khawatir. Appa cekatan membersihkan luka di lutut Adelle. Adelle menggigit bibirnya. Menahan perih luka itu. Setelah lukanya di tutupi kapas Ama menanyakan Adelle dengan lembut.

Sayang, kenapa kamu sampai seperti ini? Tanya Rosse. Adelle diam dan wajahnya kembali bersedih. Dia memohon maaf. Dan terus menangis.

Ama! Maaf kan Adelle. Tadi di jalan Adelle di tabrak orang, terus susu dan menteganya jatuh ke jalan. Aku minta maaf Ama Appa. Adelle terisak. Rosse memeluk Adelle. Lalu mengusap air matanya.

Tidak apa-apa nak, lain kali kamu harus hati-hati ya! Ama memeluk Adelle.

Pemuda itu datang dan langsung membersihkan luka di lutut Adelle. Awalnya ia risih, tapi karna darahnya semakin banyak—maka ia harus rela di sentuh pemuda ini.

Pemuda itu menanyakan nama Adelle. Dengan gagapan Adelle menjawab. Pemuda itu juga bertanya asalnya. Adelle juga menjawab lemah. Pemuda itu menutup luka di lutut Adelle dengan kapas dan perbal. Lalu menyerahkan sebotol air mineral. Dia duduk tepat di samping Adelle.

"Namamu siapa?" Tanya Adelle basa basi. Pemuda itu menoleh lalu menjawab. "Arthur!" Balasnya. Adelle mengangguk lalu berkata nama yang bagus. Pemuda itu mendengar lalu tertawa.

"Terimakasih ya Arthur." Kata Adelle sambil tersenyum. Arthur membalas tersenyum.

Seharian pemuda itu bercerita banyak tentang kota ini. Adelle juga bercerita banyak tentang kedatangannya ke kota ini. Dan dari percakapan mereka Adelle mengetahui jika Arthur juga tidak lahir di benua ini. 10 tahun lalu dia ikut melayar dari benua lain dengan kapal kargo menuju kota ini. Dan dia tak pernah kembali lagi. Sampai sekarang. Dia menetap di kota ini. Bekerja sebagai pengawas dermaga 1. Tampaknya dia orang yang di segani di kota ini.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post