T A M U
T A M U
#Mencoba Pentigraf lagi
#Pantang berhenti sebelum berhasil
#Semoga kali ini mendekati sempurna
Rinto masih duduk termangu di sebuah pondok kayu pinggir jalan. Dia memilih berhenti di sana sembari menunggu hujan agak reda. Mantel hujan kesayangannya tidak sanggup untuk melindungi terpaan hujan yang turun sejak siang tadi. Ditatapnya sepeda motor maticnya yang kehujanan, sementara fikirannya nelangsa, mengikuti irama hujan yang sesekali diiringi oleh petir menggelegar. Di sela-sela hujan terbayang wajah isterinya yang sejak pagi hingga sore ini ia rasakan bertingkah agak keterlaluan menurutnya. Hal itu yang menyebabkan ia nelangsa dan hal itu juga yang membuatnya sore ini harus pergi ke minimarket yang cukup jauh dari rumahnya karena isterinya dengan enteng menjawab lagi malas belanja sementara bahan-bahan dapur sudah tak ada lagi.
Pagi tadi, bawaan isterinya sudah sensi sekali. Ketika Rinto baru saja terbangun, sudah terdengar kalimat minta tolong (baca: perintah) dari isterinya. “Bang, nanti pulang sholat subuh, tolong benerin kran air disamping, ya. Aku sudah beli yang baru kemarin,” pintanya. Selesai perbaiki kran, isterinya minta lagi nyuciin selimut dan bedcover. Lagi asyiknya nyuci, dia minta lagi pebaiki atap dapur yang kebocoran. Padahal dia tahu, kalau Rinto “alergi” dengan ketinggian. Dia ngotot minta Rinto yang mengerjakan, dengan alasan nanggung kalau diupahkan ke tukang. Eh, lagi asyik-asyiknya bertengger di atas atap, terdengar lagi teriakan suara merdu isterinya dari bawah, “Bang…, habis itu abang yang belanja ke minimarket ya, bahan-bahan semuanya habis, untuk sarapan besok dah gak ada lagi. Aku lagi mager, nih” Rinto, mengelus dada. Betul-betul nonstop. Ya Allah, beri hamba kesabaran, batinnya.
Hujan pun reda, Rinto bergegas berdiri dari pondok kayu tempat ia berteduh. Di hidupkannya motor, tak lupa dia ikatkan kembali kotak kardus berisi belanjaannya dari mini market tadi. Dia pesimis, entah apa lagi perintah isterinya nanti sesampainya ia di rumah nanti. Langit beranjak terang, dihiasi pelangi. Membuat perasaan galau Rinto agak tenang. Sesampainya di rumah, dia lihat wajah isterinya sedikit cemas. “Aduh, bang, aku hubungi kok tidak diangkat-angkat?” kata isterinya sambil menyodorkan handuk untuknya. Dalam hati Rinto merasa senang, diperhatikan seperti itu oleh isterinya. “Hmm, rindu juga ternyata, ya. Nelpon-nelpon segala,” goda Rinto. “Nggak, bang, Cuma pengen minta tolong sekalian belikan pembalut di minimarket, tamu bulananku baru datang soalnya,” kata isterinya sambil dengan santai membawa belanjaan ke dalam rumah. Rinto tepuk jidat, sambil bergumam, “oalah.., lagi ada tamu, tho?”
Solok, 31 Mei 2020
#Tantangan Menulis Gurusiana Hari ke-45
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Pms pak..pra menstruasi syndrom, kena imbasnya
Ho'oh, bu... :D makasih dah mampir, bu...
Krisan boleh ya, Om. Coba padatkan lagi agar benar2 terbentuk tiga paragraf.
Siyaaap, bu.., makasih sarannya, bu..
Siyaaap, bu.., makasih sarannya, bu..
Siyaaap, bu.., makasih sarannya, bu..
keren. tulisan yang inspiratif dan bermakna
Haha, makasih, pak...
Tamu rutin, hehehe.
Ternyata...sensi karena mau ada tamu...Tolong dipahami ya pak...
Hehehe, karena wanita ingin dimengerti ya, bu..., :D