Hanya Remah-remah Kue
Setiap lebaran tiba, saya dan keluarga disibukkan dengan orderan kue. Biasanya membuat kue mulai dari awal ramadhan. Dengan membuat kue-kue tradisional yang legendaris yang mempunyai proses panjang hingga akhir penyajiannya. Seperti "kue talua/gataih", yang melalui proses penggorengan dan penjemuran diterik matahari hingga minyaknya mengering dan dibiarkan beberapa hari. Sepekan jelang lebaran baru telepon Angke dimulai proses penggulaan untuk siap disantap.
Setelah ready beberapa ribu butir, baru dilanjutkan dengan kue yang lainnya. Biasaya, hingga malam takbiran masih disibukkan dengan kue.
Tahun ini, karena adanya pandemi covid. Kami sekeluarga berencana tidak membuat kue untuk diorder. Namun karena banyaknya permintaan pasar, akhirnya kamipun kejar tayang untuk memenuhi permintaan pelanggan yang telah terbiasa belanja ditemoat kami.
So, malam ini saya situkang kue merasa sangat lelah sekali. Sedikit menyempatkan diri menulis tantangan ini.
Yang menarik dari kisah sang tukang kue ini adalah, tiap tahun jelang lebaran hanya remah-remah kue yang tertinggal di rumah tukang kue. ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜€ðŸ˜€ðŸ˜€ðŸ˜€
Tantangan menulis hari ke-3
#Tantangangurusiana
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Semua jadi rupiah ya Bu