Maliti Anak (Tradisi Rang Awak Kinali, Pasaman Barat)
Maliti anak adalah prosesi acara adat di saat pesta perkawinan yang diselenggarakan oleh kerabat pihak ayah. Maliti anak ini merupakan suatu kebanggaan bagi masyarakat Kinali. Bukan hanya kecamatan Kinali saja yang melakukan prosesi adat ini, namun dibeberapa kecamatan lain juga melakukan prosesi yang sama seperti, kecamatan luhak nan duo, Pasaman, Aia Gadang dan Sasak Ranah Pasisia di Pasaman Barat. Tapi yang paling luar biasa semangatnya untuk tradisi maliti anak ini adalah kecamatan Kinali.
Pada tradisi maliti anak ini keluarga pihak ayah pengantin(yang punya perhelatan) akan datang dengan rombongan yang banyak. Rombongan datang dengan satu atau dua mobil colt diesel, beberapa buah mobil pribadi dan puluhan motor. Kebayangkan berapa banyaknya? Kampung kerabat ayah pengantin bisa lengang karena orang-orangnya pada pergi acara maliti anak. 😁
Karena yang pergi banyak, so pasti yang dibawa buah tangan untuk pengantin otomatis banyak juga lho. Di sini nih uniqnya maliti anak ala urang awak kinali. Si nenek sang pengantin akan menyiapkan satu ekor sapi/kerbau yang akan digiring ke rumah pengantin. Kebayangkan berapa jut harga sapi/kerbau? Nah, memang begitu adanya dikampung Kinali. Terkadang ada yang tidak mau ribet bawa-bawa sapi/kerbau. Si nenek pengantin akan menyediakan uang senilai sapi/kerbau tersebut, lalu dibuat suntiang(uang diikat menggunakan benang, di susun seperti pohon menggunakan pelepah rumbia/batang pisang yang di ambil tengahnya lalu di tusuk dengan bambu yang diraut sebagai cabang-cabangnya) menyerupai pohon. Ya pohon duit berjut-jut. 😀
Sesampainya rombongan maliti anak di rumah pesta, para rombongan disambut dengan silek galombang(silat gelombang) serta riuh dan semangatnya suara dentuman Tambua tasa dan cenang serta aguang.
Kedua pengantin keluar rumah untuk menyambut kedatangan rombongan pihak ayahnya. Setelah silat selesai, sapi akan dikasihkan ke tangan pengantin. Bawaan yang banyak dari rombongan akan disambut oleh pihak pengantin. Bawaan ini biasanya disusun di atas talam dan di ikat dengan kain panjang.
Talam khusus dari sang nenek berisikan "sapanatiangan". Yaitu alat-alat pecah belah lengkap untuk peralatan makan seperti, piring besar dan kecil, cangkir, mangkok, cerek. Adalagi namanya "pakaian sapatagak" yaitu pakaian secukupnya baju, songket dan selendang yang ditarok di atas carano. Trakhir adalah "jamba" yang berisikan beras, cabe, bawang, garam, kayu, kelapa satu ikat yang di tutup dengan tudung saji dan lalamak(kain segi empat yang disulam benang emas).
Bagi para amai(adik atau kakak perempuan ayah pengantin) bawaannya adalah emas murni. Bisa setengah emas atau lebih. Nah disini juga letak salah satu keunikannya gaes. Bawaan emas untuk pengantin bisa sampai puluhan emas lho gaes bagi kerabat ayahnya yang cukup berada. Jemari pengantin akan menguning karena cincin yang dipasangkan sanak keluarganya berlapis pada jemarinya. Keren bukan gaes. Begitulah tradisi kami urang Kinali. 😀
Tantangan menulis hari ke - 42
#tantangangurusiana
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar