Meramu Naskah Buku Dari Catatan-Catatan Kecil Di Blog Gurusiana (Bagian-2)
Tema tulisan ke dua ku, di tantangan menulis blog gurusiana adalah tentang Tradisi turun temurun yang dilakukan oleh masyarakat daerahku. Tradisi tersebut ada yang masih dilakukan, ada yang dilakukan namun sedikit ada perbedaan dari yang dahulunya dan ada yang jarang dilakukan bahkan tidak dilakukan lagi sama sekali.
Contoh yang masih dilakukan adalah "Bertunangan". Prosesi bertunangan/ batungan dahulunya tidak dibolehkan anak kecil ikut pada acara prosesi tersebut. Yang dibolehkan hanya ank gadis/remaja serta orang-orang yang sudah menikah. Orang yang sudah menikah tidak diperkenankan membawa anak kecil.
Kenapa tidak dibolehkan membawa anak kecil atau anak kecil tidak boleh ikut?. Karena, pada prosesi ini namanya "mandirikan adaik". Nah, orang yang datang mengantar tando. Tidak boleh sembarangan di rumah orang manjawek tando tersebut.
Ada namanya "minum kopi". Minum kopi dimaksud sama dengan "snack". Makan kue dan minum teh/kopi. Setelah itu musyawarah utk kelangsungan pertunanganan ke jenjang pernikahan terkait lamanya waktu bertunangan, memasangkan tando. Setelah itu baru makan bersama.
Nah, saat "minum kopi" dan makan bersama. Tidak boleh sembarangan. Tidak boleh menghabiskan hidangan yang ada di hadapan kita. Tidak boleh menjangkau makanan yang kita suka, sementara makanan itu jauh dari depan kita. Tidak boleh ribut saat makan. Karena makan dan minumnya dinamakan "makan ba adaik"(makan dengan cara adat). Makanya anak kecil dilarang untuk ikut. Karena anak kecil susah untuk menertibkannya. Anak kecil identik dengan ribut dan rusuh.
Saat sekarang ini. Larangan itu tak diindahkan lagi. Semua umur dibolehkan untuk ikut mengantar tando. Sikap rusuh dan ribut anak-anak kecil tak dihiraukan lagi. Tak jarang saat musyawarah berlangsung. Terdengar rengek tangis anak kecil yang sebenarnya sangat mengganggu waktu musyawarah di prosesi tersebut.
Satu lagi hal yang bergeser saat prosesi ini adalah, dahulu orang-orang mengantar tando itu diwaktu pagi kira-kira pukul 10-11. Katanya waktu ini adalah waktu bunga mengembang. Jadi waktu itulah waktu yang baik untuk mengantar tando. Semoga calon pengantinnya juga mengembang mekar bak bunga di waktu itu. Tapi sekarang, orang mengantar tando sekehendak hati saja. Ada yang siang sehabis zuhur, ada yang sore bahkan malam hari. Tak ada perumpamaan yang bisa di umpamakan seperti waktu pagi saat bunga bermekaran. Hal ini seiring dengan kesibukan masyarakat yang terkadang tak bisa di kekang waktunya. Seperti para pekerja kantoran.
Itulah contoh tradisi daerahku yang telah dibahas dalam tulisan-tulisan singkatku di blog gurusiana.
Sekitar 20 buah tradisi daerahku lebih kurang yang telah aku tulis.
yang juga ingin aku bukukan nantinya. Semoga terlaksana.
Pasaman Barat, 16 April 2020
Tantangan menulis hari ke-93
#Tantangangurusiana
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mksh ibu, tulisannya memberi informasi untuk saya
Makasih kembali bund. Salam kenal. Barakallah
Semangat sist
Nje. Insyaallah ukhty say
Informasi yang baru saya tahu. Terimakasih bu menambah wawasan.
Alhamdulillah wa barakallah. Sumangat bund