Pandemi yang kian hari makin menyiksa. Terutama dikalangan emak dan anaknya. Emak yang kerjaannya hanya di kasur dapur, sumur saja merasa ribet dengan mengurusi pembelajaran daringnya. Gimana coba, yang emaknya kerja di luaran sana. Yang katoran, yang kerja lepas, yang kerja PT dan lainnya. Merwka pergi pagi pulang sore bahkan magrib baru sampai di rumah. Kapan mereka akan menemani anak-anaknya belajar daring?

Adapun waktu mereka. Yakinlah apa yang akan terjadi di tengah rasa capek yang ingin beristirahat. Dalam fikirannya pasti akan lebih banyak prosentase ingin rebahan dari pada mendampingi anak belajar. Syukur-syukur kalau ada pembantu yang nolong beresin rumah. Kalau tidak? Mana yang akan dikerjain emak sampai di rumah coba?

Oh Pandemi. Kata sebagian orang kau adalah alat politik di negeri ini. Benarjah demikian? Kenapa pasar ramai? Mall ramai, destinasi wisata ramai, berbagai macam perhelatan ramai diadakan. Semua orang bebas lalu lalang terkadang tidak memenuhi standart Covid-19. Lalu mengapa sekolah-sekolah ditutup? Ada apa dengan sekolah?

Sungguh merintih para emak dan anak-anaknya. Tiap hari harus bersikeras suara, meregang otot leher emak pada anaknya. Anakpun tak menyerap apa yang emak sampaikan.

Cukuplah pandemi ini. Berlalulah dengan segera. Kasihan anak negeri tercinta ini. Jangan biarkan mereka jadi generasi bodoh. Jangan biarkan generasi emas ini mimpi yang tak berkesudahan.

Tantangan menulis hari ke-131

#Tantangangurusiana