Aftina Yuliastuti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Aku ingin mamaku

Aku ingin mamaku

Sore itu seperti biasa, kegiatan rutinku adalah menjemput anakku dan mengantarnya les di kumon yang berjarak sekitar 12 km dari rumahku. Nasywa, nama anakku memang bersekolah di SMP dan sekaligus mondok atau diasrama. Sekolah dan pondoknya memang masih dekat dengan rumah kami, hanya berjarak sekitar 2 km saja. Pikirku waktu itu menyekolahkan anak semata wayangku disitu agar masih dekat dengan rumah. Sehingga kalau aku menjenguknya tidak terlalu jauh. Dengan dipondokkan, Nasywa akan menjadi pribadi mandiri dan juga mendapat ilmu agama yang lebih banyak lagi.

Seperti biasa setiap hari Senin dan Kamis, aku selalu menjemput dan mengantarkan anakku untuk les ke Kumon. Hari itu tak ada yang aneh dan seperti biasa putriku tampak sehat-sehat saja. Selama di perjalanan, Nasywa bercerita kalau hari ini dia puasa dan meminta nanti sebelum masuk kelas kumon untuk berbuka puasa dulu karena memang sudah hampir Maghrib. Aku mengiyakan saja karena memang dari rumah sudah kubawakan makanan karena aku sendiri juga sedang puasa. Pikirku nanti sambil menunggui les, aku bisa berbuka dengan bekal yang kubawa dari rumah dan biasanya kalau hari Senin putriku juga puasa karena berbarengan dengan teman-teman di pondoknya.

Setelah sampai di Kumon, Adzan Maghrib berkumandang. Anak semata wayangku dan aku langsung saja berbuka puasa dengan bekal yang sudah aku siapkan dari rumah. Setelah makan, tiba-tiba Nasywa merasa tubuhnya lemas. Sampai-sampai turun dari mobil pun tidak kuat. Aku berpikir mungkin ini pengaruh puasa dan tekanan darahnya rendah. Jadi tubuh terasa lemas dan kepala pusing. Aku berinisiatif untuk membeli obat penambah darah di apotik yang ada di dekat situ dan langsung memberikan pada putriku untuk diminum.

Sampai beberapa menit setelah minum obat itu, anakku masih diam saja dan tidak mau turun dari mobil. Akhirnya, aku memutuskan tidak jadi les dan pulang ke rumah. Aku telpon ustadzah pondok untuk memberikan ijin kalau Nasywa aku bawa pulang ke rumah dan harus istirahat karena tiba-tiba sakit.

Setelah sampai di rumah, kusuruh putriku untuk tiduran saja. Pikirku supaya segera membaik kondisi tubuhnya yang lemas. Setiap aku tanya apa yang dirasakannya, dia hanya menjawab perutnya sakit. Kupegang keningnya juga tidak demam. Aku hanya berpikir besok dia akan baik-baik dan hanya perlu istirahat saja.

Keesokan harinya aku beraktivitas seperti biasa. Pagi-pagi harus berangkat ke sekolah untuk mengajar siswa-siswaku. Anakku kutinggal di rumah untuk beristirahat dan tidak masuk sekolah dulu. Aku berangkat bekerja dengan tenang saja karena di rumah sudah ada eyang dan tantenya Nasywa yang bisa menjaga dan mengawasinya saat aku tinggal untuk bekerja.

Saat itu ketika aku sedang mengajar tiba-tiba hp ku berdering. Ternyata dari adikku yang memberi kabar kalau anakku menggigil kedinginan dan badannya sangat lemas. Adikku akan membawanya ke dokter. Aku mengiyakan saja dan nanti aku akan menyusulnya ke dokter itu. Setelah beberapa jam adikku kembali menelepon kalau anakku harus cek laborat untuk mengetahui penyakitnya. Semua kuturuti saja demi kebaikan putri semata wayangku.

Setelah itu Adikku kembali meneleponku, mengatakan Nasywa harus rawat inap dan sudah diberikan rujukan dari dokter. Ya Allah... kali ini aku mulai khawatir, kenapa dengan anakku?.Harus opname, tidak bisakah rawat jalan saja? Oh Tuhan ... aku harus segera menemui anakku. Aku merasa bersalah, “maafkan mama ya sayang, yang telah meninggalkanmu hari ini ketika kamu sakit”. Dengan agak panik langsung semua kutinggalkan dan aku ijin kepada Kepala Sekolahku.

Kususul anakku ke rumah sakit swasta terdekat dengan rumah kami, tempat dia akan dirawatinap. Dengan tergesa-gesa kutemui anakku yang telah berada di IGD. Ketika dia melihatku datang, hanya ucapan lirihnya yang kudengar, “Mama...aku sakit”. Dengan perasaan bersalah, kuusap kening anakku sambil kubisikkan, “ Nasywa akan baik-baik saja sayang, mama ada disini”

Akhirnya hari itu Nasywa harus menjalani rawat inap di rumah sakit. Kutunggui anakku selama 24 jam penuh, sebagai rasa penyesalanku karena disaat dia butuh mamanya, aku masih harus disibukkan dengan pekerjaanku. Lima hari Nasywa harus menjalani rawat inap di rumah sakit, dan masih harus menjalani rawat jalan sampai sebulan lebih. Semangat sehat anakku sayang....

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

alurnya bagus dan membawa pembacanya sampai mbrebes mili. oh ya, paragraf terakhir sebagai penghujung cerita terlalu singkat dan memaksakan diri utk segera mengakhiri kisah. lebih baik lagi bila paragraf terakhir itu diuraikan jga shingga ceritanya bisa utuh dan emosi pembaca bisa turun secara pelan. btw, bagus sekali ceritanya.

26 Mar
Balas

Perdana saja sdh dasyat,gmn selanjutnya?

26 Mar
Balas

terima kasih atas koreksinya leck Murman.itu tulisan pertama saya. semoga nanti akan bisa lebih baik lagi.

26 Mar
Balas

Semoga istikomah dalam kesehatan sehat sehat dan selalu sehat

08 Apr
Balas

Selamat menulis lagi dan lagi ya buu yuli Onde ondeee Kita ini memang okkee

12 Nov
Balas

Selamat menulis lagi dan lagi ya buu yuli Onde ondeee Kita ini memang okkee

12 Nov
Balas



search

New Post