Part_2

Suatu sore saya dibuat kaget dan terheran-heran dengan kedatangan dua sosok laki-laki dari seberang pulau. Raut wajah dan ekspresi tubuh mereka jelas begitu tampak kelelahan. Wajar saja ternyata mereka telah menempuh perjalanan cukup jauh dan melelahkan. Selama satu jam mereka mengarungi lautan dengan ketinting (Sampan kecil bermesin), kemudian dilanjutkan perjalanan darat selama tiga jam mengitari Pulau Babar untuk sampai di rumah dinas yang saya tempati. “Sungguh super kecepatan dari ‘BibirNet’ ini?” Bisik saya dalam hati.

Namun sungguh kasihan satu dari dua laptop yang mereka bawa tidak berhasil diperbaiki, terjadi kerusakan berat pada hardware nya dan harus dilakukan replacement, sementara di daerah 3T seperti ini, sampai jungkir balik pun tak mungkin ketemu suku cadangnya. Saya hanya bisa menyarankan untuk dibawa ke Ambon dan memberikan sedikit gambaran serta masukan agar mereka tidak di tipu oleh oknum yang nakal nantinya.

***

“Tenang, kal katong pung laptop dan printer ada rusak, di Nakarhamto su ada dokternya!” canda pak Lorwen kepada orang-orang saat saya bertemu beliau dalam acara pesta (sejenis syukuran/kondangan di masyarakat jawa). Kemudian Beliau menyambung perkataannya, “Beta dolo bingung waktu katong jemput ontua (dibaca beliau dalam bahasa maluku) dan rombongan di Tepa. Pa Agil pung teman-teman ada panggil ontua deng sebutan Pa Dokter”. orang-orang pun serius memperhatikan cerita Pak Lorwen yang semakin renyah karena gaya bicaranya yang menggebu-gebu, “Beta tanya ke teman-teman guru, katong seng dapa guru kah? katong dapat dokter kapa? Tapi dorang seng ada yang mengerti, Aihh ternyata mungkin maksudnya dokter Laptop kapa?” tambahnya lagi.

Pulau Seribu Masjid, 18 April 2020