Agil Ari W, S.Pd., Gr

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Eksotisme 'Cantika'
Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi

Eksotisme 'Cantika'

Part_5(Indonesia Adalah Rumah)

“Bruk, brak, sreng,” suara berkarung-karung sembilan bahan pokok, bahan bangunan dan peralatan rumah tangga  dijatuhkan porter-porter pelabuhan. ‘Cantika’ sedang ‘dioperasi’ sebagian isi perutnya. Dermaga kecil nan padat, lalu lalang penjual keliling menjajakan dagangannya mencoba mengais rejeki di tengah hiruk pikuk keramaian.

“Nasi daging, nasi ikang,” suara ibu-ibu penjaja nasi memecah suasana hiruk pikuk dan menggugah selera para petualang untuk memuaskan hasrat kerinduan akan nikmatnya rasa nasi.

“Buk beli nasinya!” teriak Rahmat dari deck kapal, sontak saja beberapa penjual nasi yang mendengar langsung ‘berkelahi’  dengan keramaian dan berlomba untuk sampai ke sumber suara.

“Berapa Buk nasinya?” tanya Rahmat.

Sejenak ibu itu terdiam, nafasnya terengah-engah, matanya tertuju kepada Rahmat dan rekan-rekannya. Satu persatu mereka diperhatikan dengan raut wajah penuh keheranan.

“Bapa dari mana kah? Bapa bukang orang sini to?” tanyanya sambil menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan, mencoba mengatur irama nafasnya. Belum sempat Rahmat menjawab, ibu itu sudah menimpali, “Nasi ikang sepuluh, nasi daging lima belas! dagingnya tu daging Babi Pa!” jelas ibu itu mengingatkan dengan logat khas Maluku.

Rahmat dan rekan-rekannya sengaja membeli porsi dua kali lipat dari jumlah mereka sebagai bekal perjalanan selanjutnya.

“Woey dorang beli nasi ikang banyak lay! Mar kasini samua, Beta pung barang seng cukup mo!” teriak ibu itu sambil melambai-lambaikan tangan mencoba memanggil rekan seprofesinya. Para penjual nasi itu dengan cekatan kembali menerjang kerumunan.

“Puji Tuhang e, kal seng ada ale-ale samua, Katong pung barang dagangan seng bisa kasih cepat habis,” ucap ibu penjual nasi yang lain dengan wajah senang dan nafas tersenggal-senggal. “Iyo e, Katong orang sini jarang lay beli nasi. Dorang samua su biasa pigi balayar bawa Papeda kering par dorang makang di jalang!” tambah temannya yang lain dengan senyum sumringah pertanda rasa syukur karena dagangan mereka cepat terjual.

Setelah melepas kerinduan dengan aroma lezatnya nasi, Bowo, Sri, Rahmat, Awan dan rekan lainnya turun ke Pulau Wetar. Mereka hendak mencari fasilitas umum seperti mushola atau masjid di sekitar pelabuhan untuk sekedar beribadah dan membersihkan badan yang sudah pekat dengan bau-bau tak jelas. Sudah tiga hari tisu basah menjadi teman setia mereka untuk mengusir rasa lengket dan bau yang menempel di tubuh.

Diluar dugaan, ternyata mereka tidak menemukan masjid ataupun mushola sama sekali. Akhirnya mereka memberanikan diri meminta ijin menumpang mandi di beberapa rumah warga sekitar pelabuhan. Warga pun menyambut baik kedatangan mereka, dan dengan ramah mempersilahkan mereka untuk menjalankan ibadah sholat dzuhur di rumahnya.

Inilah Indonesiaku, di manapun kamu menginjakkan kaki, di sana adalah rumahmu. Penduduk setempat tetap ramah meskipun berbeda keyakinan, warna kulit, bahasa dan suku bangsa. Toleransi dan ramah tamah yang mulai jarang kita jumpai di kota-kota besar. Terlepas dari isu miring yang beredar di masyarakat mengenai pulau ini, semangat Bhinneka Tunggal Ika dan implementasi nilai-nilai persatuan kesatuan sepatutnya wajib kita pelajari dari mereka.

“Tut,tut,tut,” hampir tiga jam waktu berlalu, belum banyak pelajaran hidup yang mereka peroleh dari pulau ini, namun ‘Cantika’ sudah membunyikan klaksonnya tiga kali, pertanda dia kembali siap menerjang lautan. Rahmat, Bowo, Sri, Awan, dan rekan-rekannya berpamitan menuju ke kapal.

 

Pulau Seribu Masjid, 8 April 2020.

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren tulisannya

08 Apr
Balas

Terimakasih . Semoga bunda tidak bosan mengajari kami.

08 Apr



search

New Post