Agung Sudaryono

Seorang pria yang dikenal sebagai "coklat "dulunya..cowok klaten maksudnya, tapi sekarang terdampar di Jogja. Moto hidupnya "khoirukum anfa ahum linnas". Sudah ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Guru juga Manusia

Guru juga Manusia

Presiden meletakkan sebuah tanggung jawab yang sangat berat berkaitan dengan jabatan seorang "Guru". Presiden tidak hanya menekankan pada tugas wajib guru sebagai pendidik, pengajar dan pelatih seperti yang tertera dalam UUSPN No. 20 th. 2003 namun dalam hal ini kiranya Presiden harus meninjau ulang pernyataannya yang juga menugaskan guru untuk bertanggung jawab terhadap mas depan bangsa ini.

Mengapa hal ini perlu kita angkat, karena memang seperti sebuah alat guru di satu sisi memiliki tugas sangat mulia tetapi di sisi lain guru harus berjuang sendirian tanpa hak perlindungan dalam hal apapun. Baik dalam tugasnya, dalam haknya, maupun dalam keseteraan dengan profesi lainnya. Guru ibaratnya sebuah pasukan dia menjadi "Ujung Tombak sekaligus Ujung Tombok". Ya begitulah kondisinya. Di saat para pejabat berebut kekuasaan si DPR saja dengan puluhan bahkan ratusan juga gaji mereka mereka tidak punya tanggung jawab sebesar guru untuk bertanggung jawab twrhadap masa depan bangsa ini, ironisnya masih saja ada guru dengan "upah"...maaf bukan gaji sebesar 300 ribu sebulan harus bertanggung jawab terhadap masa depan bangsa ini. Coba bayangkan betapa Pak Presiden belum melihat benar realita guru yang ada di negara yang dipimpinnya ini.

Pun, pula mas Menteri Nadiem yang baru saja diluncurkan antologi kisahnya oleh para guru hebat ini dari 5 programnya tidak satupun yang menyinggung masalah kompetensi guru, apalagi kesejahteraannya. Meskipun mas menteri Nadiem.sudah mengundang 100 pakar dan semua pimpinan organisasi guru dari seluruh Indonesia nayatanya beliau belum mampu merumuskan sebuah konsep yang menjamin bahwa guru akan menjadi "merdeka". Merdeka dalam mengajar, merdeka dalam memilih metode, merdeka dari rasa kekhawatiran akan haknya sebagai seorang yang profesional. Semua program mas menteri seperti mengikuti pola pikirnya saat sekolah di luar negeri dahulu ketika mas menteri masih remaja.

Maka satu yang bisa kita ingat dari pesan Ki Hajar Dewantoro yang telah meneladankan kita akan pentingnya sebuah pendidikan karakter dan budi pekerti. Bahwa jika kita tidak bisa mendidik anak kita dengan baik di rumah maka jangan salahkan guru. Karena keterbatasan interaksi guru dengan siswa masih minim, apalagi nanti jika program mas menteri mengurangi jumlah pertemuan demgam guru dan diganti dengan on line atau mobile learning, tidak bisa dipungkiri hati dan perasaan anak yang audah keras akan semakin membatu. Jangan berharap anak akan paham solidaritas, kerjasama, atau interaksi sosial justru mereka akan semakin jauh dari rasa reapect. Karena itulah guru tidak akan tergantikan oleh robot dengan artificial intellegent sekalipun karena oleh "guru" siswa akan belajar tentang olah rasa, olah pikir, olah raga, dan olah jiwa. Hasilnya adalah manusia yang utuh jasmani dan ruhaninya. Bukan robot yang tidak berperasaan termasuk dengan "guru" nya.

Selamat hari "Guru"

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren tulisannya ,selamat hari Guru ,sehat dan sukses sllu Pak

25 Nov
Balas

Siap....

25 Nov



search

New Post