Import Guru
Kaget dan juga heran membaca postingan teman di facebook siang ini. Rame santer tertulis wacana seorang menteri yang berkuasa dengan wacana hebatnya untuk mengimport guru dari luar negeri dengan alasan mengatasi kekurangan guru yang ada di pelosok Indonesia.....What?
Jadi heran dengan pola pikir para pengusung penguasa saat ini, jadi tepok jidat juga saya membaca dan menganalisis wacana itu. Meskipun baru wacana tapi cukuplah membawa badai tropis di kalangan organisasi profesi yang mewadahi guru-guru kita. Tidak kurang seorang Bunda Itje Khodijah,MA. Motivator di Kemdikbud RI berkomentar seperti ini;
"Ruang- ruang kelas yang dikomandani oleh guru adalah sendi penting sebuah bangsa. Oleh karena itu negara berkewajiban menjaga kualitas komandannya dan tidak serta merta impor komandan dengan rasa kebangsaan berbeda. #yukmikir"...
Dari statement beliau tegas dan jelas bahwa masalah bukan pada impor ekspor tenaga ini, tapi lebih pada masalah nasionalisme dan tanggung jawab negara dalam hal ini pemerintah yang mendapat amanah sebagai pengambil keputusan dan pelaksana Undang-undang 1945 dan pembukaannya dimana memuat tujuan bangsa Indonesia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan bangsa ini.
Di luar setuju atau tidak setuju silakan ini beda sikap dan paradigma kita terhadap sebuah issue, pengalaman di negara tetangga kami pernah ditawari untuk mengajar di sana dengan kontrak 3 tahun bagi guru yang belum berusia 45 tahun. Karena memang mereka butuh keahlian kita, belum lagi fasilitas untuk membawa keluarga dan jaminan civil citizens setelah 3 tahun kontrak kerja habis, sungguh tawaran yang menggiurkan. Ini baru satu sisi kualitas guru kita ternyata luar biasa, tetapi kenapa guru kita harus keluar binasa.
Belum lagi dengan program 1000 guru belajar ke luar negeri di awal tahun ini, bukankah mereka bisa dikaryakan? Setidaknya mendiseminasikan pengalaman mereka belajar di luar negri dengan biaya yang tidak sedikit. Jika import guru apakah tidak mubazir dan sia-sia usaha kita bersama?
Belum lagi data dari LPTK bahwa setiap tahun negara kita surplus sekitar 200 ribu tenaga kependidikan yang dibutuhkan, ini di luar kebutuhan daerah 3T, jadi ndak habis pikir sebenarnya motivasi apa yang mengilhami si menteri ini untuk mengimpor tenaga guru dengan alasan kekurangan tenaga pengajar.
Belum lagi nasib para rekan guru yang selalu di"PHP" untuk dinegerikan dan iming-iming lain yang seolah hanya meninabobokkan hak-hak warga negara dan hak-hak guru. Ini semacam pertunjukan tidak adanya koordinasi dari pengusung amanah rakyat di negeri ini. Mereka mengeluarkan statement yang brlawanan dengan departemen lain, juga berbeda dengan realita yang ada, apakah karena memang kapasitasnya tidak nyampai atau memang para pendukungnya yang taklid buta sehingga dalil "pokoke" maju mesthi secara nalar sehat kita sudah termasuk orang yang terperangkap dalam pembodohan massal.
Nah bagaimana menurut anda?
Siapkah kita akan tersingkir dari negeri kita sendiri?
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Sendi nasionalisme dan kebangsaan guru impoort apa mudeng? OK.. Pak
Ya itulah pak...masak kaya pemain Bola ada naturalisasi guru...aneh kan?
Astaghfirullah...astaghfrullah...astaghfirullah. Saya juga kaget ketika membaca link yang dikirimi seorang teman di grup wa, terkait import guru dan buku. Kalau saya, jelas hati saya sakit. Import guru, sebagai kata lain bahwa guru yang negeri ini tak layak mengajar. Ayo..., kita hidupkan semangat Ki Hajar Dewantara. Barakallah, Pak Guru.
Ya Bunda...betul sekali kita bisa lebih baik...cuma koq sepertinya beliaunya tidak melihat bagaimana semangatnya guru-guru mengembangkan diri demi pembelajaran yang lebih baik.