Mengisi liburan dengan belajar langsung kepada peristiwa sains. Literasi bukan sekedar membaca dan menulis. Tetapi merasakan secara langsung segala sesuatu sebagai sebuah pengalaman adalah satu dari sekian banyak model literasi. Maka dalam literasi dibagi menjadi literasi bahasa, literasi digital, literasi kewarganegaraan, literasi, numerik dan literasi budaya.

Balon udara yang selama ini hanya menjadi bayangan anak-anak yang mereka lihat di buku, di televisi, dan di film-film kadtun kesukaan mereka atau di you tube bisa kita carikan bentuk benda aslinya. Jer basuki mawa beya dalam bahasa jawa artinya semua usaha pasti membutuhkan biaya, namun untuk sebuah ilmu dan pengalaman kita perlu tidak akan mendapatkan harga yang sebanding dengan pengetahuan itu. Demikian juga halnya, normal bagi seorang anak yang ingin sesuatu yang dia saksikan dalam sebuah media berarti si anak memiliki respon positif terhadap apa yang dia lihat, ini adalah model stimulus and respon. Maka sebagai orang dewasa kita perlu membatasi atau membuat firewall apa saja yang bisa anak-anak saksikan. Ilmu pengetahuan yang selalu berkembang membuat rasa keingin tahuan anak semakin tinggi dan itulah yang harus kita kembangkan saat ini, menyongsong revolusi industri 4.0 anak perlu keterampilan dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, keterampilan berkomunikasi, keterampilan dalam belajar dan berinovasi dan terakhir adalah keterampilan dalam shoft skill dan kematangan karir. Melihat tata cara mengembangkan balon udara, menaikkannya dan naik di atas kabinnya adalah sebuah pengalaman sangat berharga. Memampatkan udara panas ke dalam balon sampai balonnya terbuat dari apa adalah pertanyaan serius namun santai diajukan oleh seorang anak dan dijawab dengan tepat oleh petugas sehingga terjalin sebuah proses learning by doing dengan model kontekstual akan sangat terpatri dalam benak anak. Pembelajaran langsung dengan peristiwa alam dan sains yang sangat menarik bagi anak untuk belajar sepanjang hayat menjadikan dia sebagai pembelajar sejati