Agung Sudaryono

Seorang pria yang dikenal sebagai "coklat "dulunya..cowok klaten maksudnya, tapi sekarang terdampar di Jogja. Moto hidupnya "khoirukum anfa ahum linnas". Sudah ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Pejuang Sejati

Hikmah perjalan silaturahiim kami beberapa hari lalu, selain saling memaafkan tentu ada kisah-kisah dan cerita dari para sesepuh kami, salah satunya adalah kisah dari Kakak Ipar Bapak yang kami ingat kisahnya berpuluh tahun lalu, saat beliau masih sehat dan kuat.

Namanya Suharjo..Mbah Harjo..kami memanggilnya dengan sebutan Mbah Delanggu atau mBah Cakra..karena tinggal beliau di daerah Cakra Tulung tempat sebuah umbul atau mata air yang mensuplai seluruh air PAM di Kota Solo dan saat ini dieksploitasi oleh salah perusahaan air mineral kemasan besar di negara +062 ini. Sejak kecil kami sudah dibiasakan untuk silaturahim dengan keluarga dekat maupun keluarga jauh. Dengan jarak 32 km dari rumah bapak ibu kami, semenjak SMP dengan berboncengan atau sendirian berempat dan berlima saudara biasa mengunjungi Mbah Harjo Delanggu ini tiap tahun pada saat lebaran. Delanggu juga merupakan salah satu daerah lumbung padi terkenal tidak hanya di Jawa namun di seluruh Indonesia "Beras Delanggu" sangat terkenal dengan rasanya yang enak dan pulen. Dulu kami berlima remaja selalu mampir san berenang di hulu sungai Wangen dan Kuwel yang juga terkenal dengan kerajinan tanduk kerbaunya ini. Sebuah cerita yang selalu kami ingat adalah sebuah kisah heroik Mbah Harjo Delanggu yang saat Agresi militer Belanda ke-2 sudah menginjak usia remaja. Saat ini beliau sudah berusia 101 tahun kata Mas Maryono putra ketiganya. Daerah ini adalah daerah penyangga untuk serat rami bahan pembuat karung goni terkenal itu, dan Delanggu adalah pusat Industri bagi kolonial Belanda saat itu. Suatu malam saat pendudukan Belanda, daerah Wangen, Kuwel, dan Cakra di serang besar-besaran oleh Pasukan Belanda, karena Jogja berhasil direbut selama 6 jam oleh Pasukan Gerilyawan pimpinan Kolonel Suharto dengan Serangan Umum 1 Maretnya atas saran Sultan HB IX. Malam itu seluruh desa sudah tahu kalau akan diserang dengan adanya banyak truk dan tank berlogo bulatan merah putih biru itu. Sejak sore para pemuda sudah dikumpulkan di halaman masjid dan di nasihati oleh ulama setempat, Kyai Dullah namanya. Atas pertimbangan komandan gerilya sektor Delanggu Semua pemuda harus siap mati demi Indonesia termasuk Mbah Harjo...dan seperti biasa saat itu mereka semua didoakan dengan amalan tertentu. Mereka semua diberi pesan tidak boleh membunuh tentara Belanda jika tentara itu tidak masuk tapal batas wilayah mereka. Dan benarlah setelah semua penduduk diminta berlindung kecuali para pemudanya, mulai terdengar sirine dari arah kota Delanggu dan pertanda serangan membabi buta dari tentara Belanda di mulai. Desingan peluru dan siutan mortir silih berganti, tidak jarang balasan dari para pasukan gerilya di seberang sungai juga terdengar, namun hanya sporadis..berbeda jauh dengan suara senapan mesin milik pasukan penjajah. Para pemuda desa termasuk Mbah Harjo dengan ikat kepala putih masih terjaga di tapal batas wilayah desa Wangen tersebut. Karena desa inilah satu-satunya akses untuk masuk ke Kuwel dan desa Cakra Tulung yang dicurigai Belanda sebagai tempat persembunyian para gerilyawan. Pakde mengisahkan bahwa saat itu ada sebuah keanehan yang terjadi, sepertinya pasukan Belanda tidak tahu arah, apakah karena malam atau karena kuatnya doa para Ulama sehingga selama semalaman desa itu dibombardir tidak satupun rumah penduduk yang rusak dan tidak ada satu penduduk yang terluka. Keanehan lain semua mortir dan bom meriam pasukan Belanda hanya berdesing dan melintas di atas kampung Wangen ini, semua meledak dan jatuh di sungai...dan menghancurkan batu-batu besar hasil muntahan Gunung Merapi di sebelah baratnya. Di desa Cakra dan Kuwel ada beberapa rumah roboh terkena mortir dan beberapa penduduk meninggal, namun bukan pejuang dan gerilyawan yang meninggal. Sedangkan dari pihak Belanda dikabarkan ada 4 korban, 3 tentara mati tertembak dan 1 komandan tentara Belanda tewas terkena panah pejuang. Selang beberapa hari Belanda tidak berani menyerang kembali karena semua daerah saat itu melakukan perlawanan dengan gerilya secara bersamaan, mereka cenderung bertahan di benteng dan kota. Demikian kisah ini kami dapatkan dari mBah Harjo saat awal tahu 90-an. Saat itu kami tanya koq Pakde ndak jadi Pahlawan, beliau jawab perjuangan warga tidak seberapa dibanding para pejuang yang rela mengorbankan harta, benda bahkan jiwa raganya untuk bangsa ini. Beliau bersama warga sudah cukup beruntung bisa merasakan kemerdekaan dan bercocok tanam di desa itu. Benar juga saat itu kami sering memetik buah jeruk dari sawah beliau, dan memotong ayam hasil ternak sendiri. Dari cocok tanam dan ternak itu Pakde sudah merasa cukup bersyukur dan merasa lebih menghargai perjuangan para syuhada dibanding gelar pahlawan atau veteran yang mungkin bisa didapatkan oleh seluruh kampung. Dari kisah ini, kemaren saat sowan beliau baru sadar bahwa demikian hebat persatuan antara pejuang, ulama dan rakyat. Mereka saling bahu membahu, saling tolong menolong dalam perjuangan menegakkan kebenaran dan melawan kebatilan. Tanpa pamrih mereka siapkan harta benda dan jiwa raga demi merah putih tetap tegak berdiri di atas bumi pertiwi. Beda sekali dengan saat ini hanya di negara dengan kode +062 ini para ulama dikriminalisasi, para pejuang difitnah dengan keji, para pembela kebenaran dituduh makar dengan dalih mengancam kekuasaan, dan banyak rakyat dibodohi dengan janji-janji dan kepalsuan. Sungguh sangat ironi, dengan kemampuan yang luar biasanya banyak orang cerdas dibodohi, banyak orang pintar dikelabui, dan sayangnya mereka tidak mau berpikir sejenak dan melihat lebih dalam sedikit lagi, supaya tahu hakikat harga diri dan ketulusan hati dari para putra terbaik bangsa ini. Hanya waktu dan peristiwa yang akan menjadi bukti sejauh mana kita bisa berarti bagi negeri ini, bukan seberapa banyak bisa kita nikmati negeri nini. Syafakallah mBah Harjo...semoga sehat selalu..agar bisa menginspirasi kami, untuk melakukan yang terbaik bagi negeri ini.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Delanggu terkenal berasnya. Janti Kuliner pancingannya. Umbul cokro. OK Pak.

10 Jun
Balas



search

New Post