Agung Sudaryono

Seorang pria yang dikenal sebagai "coklat "dulunya..cowok klaten maksudnya, tapi sekarang terdampar di Jogja. Moto hidupnya "khoirukum anfa ahum linnas". Sudah ...

Selengkapnya
Navigasi Web
PUTRI WANDANSARI INTERPRETASI PEREMPUAN BERINTELEKTUAL TINGGI YANG RENDAH HATI

PUTRI WANDANSARI INTERPRETASI PEREMPUAN BERINTELEKTUAL TINGGI YANG RENDAH HATI

Sebagai seorang panglima perang dia sangat cantik, namun dibalik kecantikanya tersimpan kekuatan dan kesaktian yang tiada terkira. Tidak hanya itu dia adalah putri dari Sultan Agung Hanyokrokusuma, seorang Raja Mataram yang memiliki intelektualitas sangat tinggi dan integritas sangat tinggi bagi Nuswantara saat itu dengan lambang kerajaan Gula Klapa (Merah Putih). Beliaulah yang berani menyerang Batavia dengan tentara Kompeninya sebanyak 3 kali. Dari Sultan Agung inilah tercipta Kalender Jawa gabungan anatara kalender Hindu dan Islam, bahasa Sunda Halus, bahasa Bagongan untuk mencegah gap antara bangsawan dan rakyat jelata, serta sebuah Mahakarya sastra yang hingga saat ini masih menyimpan Misteri belum terpecahkan, yaitu Sastra Gendhing. Kecerdasan ini menurun kepada Putrinya yang bernama Wandansari. Sejak kecil Putri Wandansari juga terkenal cerdas dan sangat baik budi pekertinya.

Bakat ksatria ternyata lebih kental menurun pada Putri Wandansari ini, sehingga dalam usia belia Putri yang cantik jelita ini sudah menguasai seluruh ilmu militer gurunya yaitu Tumenggung Alap-alap yang kedigdayaannya terkenal sampai seluruh nusantara. Pada saat Putri Wandasari menjadi Panglima perang utusan Mataram untuk menaklukkan Kadipaten Surabaya, kodrat sebagai wanita tidak bisa terelakkan. Setelah berhasil mengacaukan pertahanan Kadipaten Surabaya hanya dengan 2 ajudannya melalui operasi telik sandi/intelejen, dia tinggal perintahkan untuk menyerang maka habislah Surabaya saat itu, namun apa yang terjadi. Sebagai panglima perang ia mengajak berunding Panglima perang Surabaya yang saat itu dipercayakan pada Pangeran Pekik. Maka pada perundingan itulah kualitas intelektual dan spiritual seorang perempuan hebat benar-benar diuji. Jika saja dia menempatkan diri pada posisi panglima perang maka apa yang dikatakannya tidak ada yang membantah pasti benar, apalagi dia putri Raja yang besar. Saat saat itu kebenaran mutlak ada ditangannya apapun yang dia katakana pasti menjadi sebuah keputusan yang tidak salah. Tapi dia tidak mau menuhankan lisannya sebagai sebuah kebenaran mutlak, dia masih punya hati yang punya rasa dia masih punya pikiran yang logis, bahwa bisa saja perbedaan pandangan anatara Mataram dan Surabaya yang menyebabkan perang, dia rendahkan hati dan tinggikan akal supaya tetap lurus memegang perintah raja, dan dia rendahkan akal tinggikan rasa supaya tetap lembut dalam bersikap. Dia berpikir kalaulah perang terjadi dan Mataram diyakini menang maka kerusakan dan kerugian tetap akan ada, berapa anak akan kehilangan bapaknya, berapa istri akan kehilangan suami, berapa biaya yang harus di cari lagi, dan karena keduanya sama-sama cerdas maka terjadilah kompromi. Dengan sedikit merendahkan diri di hadapan Pangeran Pekik Putri Wandansari menyediakan diri sebagai tumbal, dia merelakan diri sebagai ganti perwakilan Mataram yang akan menetap di Surabaya dengan maksud menjadi istri dari Pangeran Pekik. Sebuah akhir yang luar biasa, keyakinan, kekuatan, dan kecerdasan yang hebat tetapi mau menghargai perbedaan pandangan atas apa yang dinamakan dengan kekuasaan, bahkan mau merendah bahwa sebagai panglima dan putri Sultan Agung dia tidak mau memaksakan pikiran-pikirannya untuk menyerang Surabaya. Dengan elegan dia mau menerima kembali kodratnya sebagai wanita yang harus tunduk pada musuh yang ada dibawah kekuasaannya, tanpa syarat, ya tanpa syarat untuk menyelamatkan nilai dan kehidupan warganya.

Sebuah pola pikir yang sangat jarang saat ini kita temukan, biasanya selagi kita berada pada posisi menang maka seseorang akan memaksakan pikiran-pikirannya dengan dalih bermacam-macam. Apakah manfaat, apakah kemanusiaan, apakah kepentingan tanpa melihat ada orang-orang disekitarnya yang mungkin saja bisa berbeda pandangan, berbeda tujuan dalam menafsirkan sesuatu. Pelajaran yang bisa kita lihat dari kualitas intelektual Putri Wandansari adalah bahwa dia merasa meskipun berkuasa atas segala hal namun nilai dan norma harus dipegang. Saat ini biasanya seseorang yang kuat dalam menulis atau berkarya tidak jarang memaksakan pemikirannya dengan menjejalkan berbagai doktrin bahwa ini berguna untuk orang lain yang membutuhkan, tapi dia tidak berpikir bahwa diantara para pembaca itu ada yang bisa saja berbeda atau bahkan berlawanan dengan pendapatnya, ndak mau tahu apakah mereka itu mau menerima atau tidak yang penting yakin bahwa itu benar tetap akan disampaikan meskipun ada saja yang akan tersakiti dengan pendapatnya. Dia merasa bahwa dia biasa-biasa saja dalam menyampaikan pendapatnya bahkan yakin bahwa pendapatnya tidak akan ada yang menentang atau berbeda dengan jalan pikirannya. Namun sesungguhnya ada orang-orang yang menyaksikan bahwa dirinya sudah keluar dari batas-batas kewajaran namun tidak berani menegurnya, karena kalah kuat, kalah teori, kalah senior, atau kalah berpengalaman. Di sinilah mungkin kita sebagai pemula dalam tulis menulis perlu belajar pada Putri Wandansari yang meskipun memiliki kekuasaan mutlak, masih mau mengajak kompromi untuk mengubur dalam-dalam ambisi untuk menuhankan kebenaran pendapatnya, bahkan musuh yang jelas berlawanan saja dibukakan ruang berdialog. Bisakah kita seperti itu? Dengan keyakinan bahwa kita semua masih perlu belajar maka keinginan untuk memaksakan kebenaran terhadap tulisan kita pasti bisa, selagi masih urusan di dunia kita yakin tidak ada yang tidak bisa. Kita junjung tinggi perbedaan pendapat yang ada, kita hormati dan hargai orang yang berbeda meskipun hanya satu orang saja, kecuali jika kita ingin putus hubungan dengan pembaca maka bisa saja kita paksakan maksud kita yang benar, perbuatan kita yang biasa saja, niat kita yang baik, dan pemikiran kita yang paling benar, anda tidak objektif, hanya anda yang berbeda atau alasan pembenar lainnya. Semoga dengan banyak menulis kita bisa belajar bersikap dewasa dan bisa menghargai bahwa berbeda itu bukan berarti mematikan usaha kita. Bahwa perbedaan itu perlu kita hormati.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post