Agung Sudaryono

Seorang pria yang dikenal sebagai "coklat "dulunya..cowok klaten maksudnya, tapi sekarang terdampar di Jogja. Moto hidupnya "khoirukum anfa ahum linnas". Sudah ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Selamat Berlebaran

Selamat Berlebaran

Sebenarnya saya tidak begitu cocok dengan apa yang selalu disampaikan Oleh Beliau Prof. Quraish Shihab melalui tafsirnya Al Misbah. Bukan masalah orangnya tapi saya sudah banyak membaca kalau tidak bisa dikatakan sebagai belajar tafsir yang lain, setidaknya saya sebagi umat muslim di negara ini memiliki tafsir yang telah dikeluarkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia (meskipun setelah diSurvei di Jogja sendiri baru 1/3 umat muslim yang dirumahnya tersedia Alqur’an dengan terjemahannya sehingga kitab tafsir yang umat Islam miliki bisa lebih sedikit dari itu), atau tafsir dari Buya Hamka yang termashur yaitu Al Azhar, atau karya Ulama Jala Lain karya Syaikh Jala Lain As Suyuthi dan Al Mahalli. Namun saya juga teringat Kembali sebuah petuah dari Abu Bakar As Shidiq yang mengatakan jangan melihat siapa yang mengatakan, tapi dengarlah apa yang dia katakan

Bukan masalah kitab yang ada namun dalam sebuah acara Televisi (Bisa dibuka di You Tube) yang kebetulan saya tune in saat itu padahal biasanya saya melihat TV itu pagi saat berita Olahraga dan Chanel National Geographic. Saat itu Prof. Quraish Shihab diwawancarai Nana putrinya yang seorang presenter dan Reporter salah satu TV swasta dan bintang tamu pasangan artis atau selebritis yang maaf saya tidak kenal. Yang menarik adalah temanya saat itu, bagaimana Istri berbakti pada suami. Luar biasa bahasan saat itu dan sungguh mengena dengan peristiwa yang sering terjadi saat ini, entah karena dunia memang sudah tua, atau memang pemahaman kita akan agama yang jauh dari sempurna. Dalam diskusi tersebut dibahas seluk beluk tentang pandangan agama terhadap sebuah rumah tangga yang sesuai dengan agama, sehingga keluarga menjadi keluarga Sakinah yang artinya tentram, mawadah artinya cinta, dan rahmah artinya kasih sayang, silakan ditafsirkan sendiri maknanya secara utuh.

Prof. Quraish Shihab mengatakan dalam sebuah ayat yang dibahas saat itu memang tidak “sak-klek” atau kaku sekali dan tekstual dalam menafsirkan arti ayat itu jadi dalam hal ini perlu dipandang sebgai sebuah egaliterarian apalagi setelah bulan April dimana terlahir Tokoh Perempuan RA. Kartini. Menurut Prof. Quraish Shihab pada konteks ini memang istri harus menurut dan selalu ijin kepada suami jika akan bepergian apalagi jauh, namun juga suami tidak boleh terlalu mengekang hal-hal yang menjadi ketugasan si istri. Memang idealnya suamilah yang bekerja, namun rasanya saat ini jarang seorang aumi saja sebagai “soko guru” atau satu-satunya tiang pencari nafkah.

Dalam paham egaliter hak dan kewajiban adalah sebuah konsep dasar yang harus saling dipahami, sesuai dengan ajaran Islam bahwa kewajiban suami menjadi hak istri dan kewajiban istri menjadi hak bagi si suami. Prinsip egaliter inilah kadang menjadi tafsir kebablasan atau terlau jauh dari seorang perempuan yang berkarir, mereka menerjemahkan prinsip egaliter ini sebuah sebuah hal mutlak dan tidak perlu taat pada “lelaki” nya selama masih berkenaan dengan karir si istri. Apalagi sebelum mengikat sebuah janji suci tentu mereka punya kesepakatan-kesepakatan diantara mereka berdua sebagai sepasang kekasih yang berbingkai “keluarga”.

Di ahir romadhon ini tentu banyak ibu-ibu yang berusaha mencari tambahan icome atau sekedar hobby membuat makanan ringan dan bingkisan untuk kebutuhan lebaran. Akan banyak konsekuensi yang bisa terjadi jika tanpa kalkulasi yang matang hanya karena mengandalkna intuisi, insting atau perasaan saja tentang pangsa pasar. Realita yang ada saat ini adalah pandemic, force major sangat banyak, bahkan inkonsistensi Pemerintah dalam hal Pandemi dan mudik, pulang kampung, mulih ataupun apalah selalu berubah dan berbeda antar kepala departemen dan yang terakhir adalah hebohnya pernyataan presiden berkait makanan khas aerah untuk merayakan Idul Fitri yang ternyata adalah makanan haram bernama Bik*** **bawang, tentunya harus ada yang bertanggung jawab bukan malah ngeles atau mencari pembenaran. Masyarakat sudah susah kenapa harus dibingungkan dengan pernyataan yang tidak cerdas. Egaliter dalam kemasyarakatan menjadi hak-nya rakyat untuk merasakan hari raya namun dengan kewajiban menjaga protocol Kesehatan dan hak pemerintah membuat kebijakan namun dengan kewajiban untuk melayani rakyatnya.

Semoga puasa Romadhon tahun 1442 H/2021 M ini lebih baik, selamat mudik bagi yang mudik semoga tidak putar balik karena penyekatan, dan selamat berhari raya ‘Idul Fitri

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semoga puasa Romadhon tahun 1442 H/2021 M ini lebih baik, selamat mudik bagi yang mudik semoga tidak putar balik karena penyekatan, dan selamat berhari raya Idul Fitri

11 May
Balas

Ulasan yang menarik dan keren pak guru.Salam kenal dan salam literasi

11 May
Balas



search

New Post