Agung Sudaryono

Seorang pria yang dikenal sebagai "coklat "dulunya..cowok klaten maksudnya, tapi sekarang terdampar di Jogja. Moto hidupnya "khoirukum anfa ahum linnas". Sudah ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Unite not Separate, Twenty Years Challenge

Unite not Separate, Twenty Years Challenge

Sebuah ikatan suci bernama pernikahan adalah sebuah proses dimana dua insan berbeda disatukan dalam satu wadah bernama keluarga. Selain menyatukan dua insan yang berbeda lawan jenis, latar belakang dan kehidupan, pernikahan juga sebuah perintah agama, seorang yang menikah berarti dia telah melaksanakan separuh agamanya saat dia masih lajang dulu, dan sempurnakanlah dengan ketaqwaan di separuhnya lagi(HR, Anas bin Malik).

Selain dalam konsep hidup, menikah juga melibatkan konsep diri yang kuat. Konsep hidup berkaitan dengan nafkah baik lahir maupun batin sehingga tujuan berkeluarga bisa tercapai, namun konsep diri akan lebih berkaitan dengan bagaimana kita menyesuaikan diri dengan pasangan kita. Konsep diri sangat menentukan kelanggengan sebuah ikatan yang namanya pernikahan ini. Bagaimana kita bisa mereduksi bahkan menghilangkan ego dan kepentingan-kepentingan pribadi akan sangat menentukan respect pasangan kita dalam membuat sebuah penilaian dan penghormatan terhadap sebuah pribadi dan paradigma ini akan mempengaruhi cara membentuk sebuah ikatan yang lebih kuat dari setiap hari, minggu, bulan dan tahun-tahun sampai waktu yang berlalu.

Seorang lelaki dengan apapun bawaannya dia akan merasa dihargai dan dihormati bila sifat kepemimpinannya diakomodir oleh sang istri tentunya pada koridor dimana ia benar dalam memimpin sebuah keluarga. Seorang istri dengan segala kemampuannya dan kelebihannya harus bisa menahan diri untuk tidak membenturkan konsep diri dan kemauan pribadi pada suaminya, sehingga dengan senang hati suami akan memberikan semua perhatian dan kasih sayangnya untuk keluarga. Apapun pandangan dan konsep diri seorang istri nantinya yang akan dimintai pertanggungjawaban adalah seorang suami, bagaimana ia memimpin, mengatur, menafkahi anak istrinya, meskipun secara sosial derajat si istri jauh lebih memadai. Inilah konsep keluarga dengan ar rijjalu qowwamu 'alla minna nissa, bahwa lelaki itu pemimpin bagi perempuannya. Ini bukan sebuah pendiskreditan akan fungsi kesetaraan gender tapi inilah qodarullah, takdir Allah bahwa lelaki itu jika saja Allah ijinkan maka perempuan akan diperintahkan untuk menyembah suaminya sebagai sebuah penghormatan. Jika seorang istri dengan segenap konsep diri yang tinggi, apalagi cenderung egosentris maka lelaki sesabar apapun pasti akan lari menghindar, paling tidak si lelaki akan berpikir ulang untuk mencari perempuan lain yang memiliki sifat lebih rendah hati, mau menurut kepada perintah dan arahan sang suami demi satu tujuan harmonisasi. Membenturkan sebuah hak asasi dengan konsep agama sangatlah tidak masuk akal, sangat naif jika kemudian seseorang mengatakan bahwa pilihan hidup dan jalan hidup adalah hak azasi. Jika demikian halnya maka tidak berbeda kita dengan hewan yang hanya menuruti naluri untuk makan, minum, kawin, dan beranak pinak untuk meneruskan spesiesnya, siapa yang kuat dia yang menang. Kita lupa bahwa hak-hak kita dibatasi oleh hak-hak orang lain. Kita lupa bahwa selain hak azasi manusia yang baru digaungkan sekitar tahun 1948, manusia sudah diberikan hak-haknya sejak 1500 tahun lalu melalui Nabi Muhammad SAW. Beliau mengangkat hak perempuan bukan hanya sebagai pelengkap di dapur, sumur dan kasur, tetapi beliau telah meletakkan ibu/perempuan sebagai bentengnya bangsa, jika baik perempuan di suatu kaum maka bangsa itu akan menjadi besar, namun jika rusak perempuan di suatu kaum maka bangsa itu akan punah. Demikianlah adanya bahwa sebelum manusia ini paham akan hak azasi yang selalu digembar-gemborkan kaum liberalis, manusia harus tahu bahwa ia punya kewajiban azasi yang harus dilaksanakan sebagai manusia, apakah lelaki apakah perempuan. Tidak pada tempatnya kita mengadopsi konsep hak azasi manusia secara universal ke dalam sebuah konteks rumah tangga yang sangat private dan keterikatan emosional yang sangat dalam. Tidak ada paham diskrimanasi dalam hal ini, kita memahami kesetaraan gender adalah melaksanakan kewajiban sesuai tupoksi menikah yang sudah ada, bahwa lelaki itu memimpin keluarga dan perempuan itu mengikuti arahan dan perintah suami, namun jika hak azasi manusia dengan konsep barat yang diyakini kebenarannya maka akan terjadi lelaki dan perempuan akan sama-sama jadi pemimpin. Bisa kita bayangkan dalam sebuah bahtera keluarga ada 2 nakhoda, maka yang akan terjadi adalah menumbuk batu karang atau tenggelam karena gelombang. Sehebat apapun seorang perempuan dia adalah makmum bagi kepala keluarganya. Seorang lelaki hanya ingin istrinya menurut dan tidal banyak menuntut. Namun jika salah satu tetap memaksakan konsep diri, apalagi merasa ada yang sampai sakit hati, jalan terburuk meskipun halal namun dibenci Tuhan adalah memilih jalan hidupnya sendiri-sendiri, karena konsep diri dan prinsip hidupnya adalah memisah sebuah kesatuan, bukan menyatukan sebuah perbedaan. Dia harus memilih dan mencari orang yang memiliki konsep diri yang sama, dan itu sangat sulit, jangankan 2 orang yang berbeda seseorang dengan gen kembar identik sekalipun pasti akan memiliki konsep diri yang berbeda satu dengan lainnya.

Mengutip quotes dari Prof. Dr. BJ.Habibie, M.Eng, bahwa "untuk mencari cinta sejati tidak perlua menemukan orang yang sempurna, cukuplah temukan seseorang yang selalu membuatmu bahagia dan selalu meletakkan kamu lebih berarti dari siapapun". Disinilah posisi kewajiban azasi dan hak azasi pasangan yang sebenarnya. Sungguh sangat bodoh jika saat ini banyak cerita dan bualan yang bisa menina bobokkan seseorang ke dalam jurang cinta sejati hanya karena rayuan dan kata-kata manis belaka. Bullshit jika seseorang mengaku cinta, mengaku sayang tetapi kelakuannya selalu mengutamakan kepentingan teman, aliran, golongan dan klan, sementara kekasihnya ditinggalkan dengan alasan yang sangat beragam. Dengan memahami hakikat kewajiban azasi dan hak azasi manusia yang benar maka dalam konteks rumah tangga maka insyaallah sebuah keluarga akan diberikan kehidupan yang bahagia fii dinni dunya wal akhirah, bisa menyatukan dua pikiran atau konsep diri yang berbeda karena punya satu tujuan yang sama yaitu baiti jannati, rumahku surgaku. Akan tetapi, jika salah satu anggota keluarga merasa telah melaksanakan kewajiban namun haknya tidak dihormati, atau sebaliknya seorang anggota keluarga terlalu menuntut haknya, maka dipastikan ikatan rumah tangganya akan goyah bahkan bahtera yang dibina selama masa bahagia akan tenggelam musnah. Alhamdulillah 20 tahun kami menikah, meskipun tidak landai dan selalu disinari sinar bulan yang menawan bahtera kami tetap dalam keadaan tenang. Aral melintang, gelombang dan karang tajam menghadang kami bisa lewati dengan saling paham akan hak dan kewajiban. Kekurangan dan kelemahan bukan menjadi sebab kami untuk berantakan, tapi kami jadikan sebagai umpan untuk lebih menikmati ikatan yang bernama pernikahan. Cacian dan hinaan bukan untuk kami diskusikan tapi kami jadikan pelecut kami dalam sebuah perbaikan, ancaman dan gangguan bukan sebab kami menjadi tenggelam, tapi kami anggap sebagai batu loncatan untuk meraih impian. Perbedan yang ada pada kami adalah sebuah bumbu kehidupan yanh menjadikan rumah kami sedap disantap siang dan malam. Tidak ada suami hebat tanpa istri yang hebat dibelakangnya. Terimakasih istriku, 30 April 1999 lalu engkau mulai mendampingi dan melengkapi hidupku yang pasang surut bagaikan air laut, yang berantakan karena banyak tekanan. Setelah 20 tahun lewat tetaplah engkau menjadi kompas bahtera di tengah samudra hidup yang maha luas, tetaplah menjadi tempat mengeluh bagi anak-anakku, tetaplah menjadi selimutku saat aku rindu, tetaplah menjadi suluh pikiranku saat aku tidak punya tempat mengadu. I love you so much.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post