Agus Amirudin

Menulis sebagai pewarisan nilai dan pemikiran setelah sekian banyak permintaan dari berbagai kolega. Agus Amirudin,25 tahun sudah mengabdikan diri sebagai ujung...

Selengkapnya
Navigasi Web
MAKNA FILOSOFIS GUNDUL-GUNDUL PACUL
ilustrasi : batam.tribunnews.com

MAKNA FILOSOFIS GUNDUL-GUNDUL PACUL

Gundul gundul pacul-cul, gembelengan Nyunggi nyunggi wakul-kul, gembelengan Wakul ngglimpang segane dadi sak latar Wakul ngglimpang segane dadi sak latar

Dari kalimatnya, jelas sekali lagu gundul-gundul pacul  ini berasal dari Jawa. Meski di dalam kumpulan lagu-lagu daerah tertulis R. C. Hardjosubroto sebagai penciptanya, namun masyarakat Jawa pada umumnya lebih meyakini bahwa lagu yang berjudul gundul-gundul pacul  ini sebagai karya dari Sunan Kalijaga. Terlepas dari perbedaan pendapat itu, kita sepakat bahwa lagu yang sangat sederhana itu penuh dengan makna yang bisa dijadikan pelajaran untuk semua anak bangsa, bukan hanya penduduk di Pulau Jawa.

Gundul gundul pacul-cul, gembelengan

Gundul adalah kepala plontos tanpa rambut. Kepala adalah lambang kehormatan dan kemuliaan seseorang, sementara rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala. Dengan demikian, gundul artinya adalah kehormatan yang tanpa mahkota.

 

Pacul adalah cangkul, alat pertanian yang terbuat dari lempeng besi segi empat, merupakan lambang rakyat kecil yang kebanyakan adalah petani. Orang Jawa mengatakan bahwa pacul adalah papat kang ucul (empat yang lepas), dengan pengertian kemuliaan seseorang sangat tergantung kepada empat hal, yaitu cara orang tersebut menggunakan mata, hidung, telinga, dan mulutnya. Jika empat hal itu lepas, kehormatan orang tersebut juga akan lepas.

1.    Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat.

2.    Telinga digunakan untuk mendengar nasihat.

3.    Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan.

4.    Mulut digunakan untuk berkata-kata yang adil.

 

Gembelengan artinya "besar kepala, sombong, dan bermain-main" dalam menggunakan kehormatannya.

Dengan demikian, makna kalimat ini adalah bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota, tetapi pembawa pacul untuk mencangkul (mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya). Namun, orang yang sudah kehilangan empat indera tersebut akan berubah sikapnya menjadi congkak (gembelengan).

Nyungi nyunggi wakul kul, gembelengan

Nyunggi wakul (membawa bakul di atas kepala) dilambangkan sebagai menjunjung amanah rakyat. Namun, saat membawa bakul, sikapnya sombong hati (gembelengan).

 

 

Wakul ngglimpang segane dadi sak latar

Wakul ngglimpang (bakul terguling) melambangkan amanah dari rakyat terjatuh, akibat sikap sombong saat membawa amanah tersebut.

Segane dadi sak latar (nasinya jadi sehalaman) melambangkan hasil yang diperoleh menjadi berantakan dan sia-sia, tidak bisa dimakan lagi (tidak bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat).

 

Semoga makna filosofis lagu gundul-gundul pacul  ini menjadi inspirasi bagi semua anak bangsa, baik sebagai pribadi (memimpin dirinya sendiri), terlebih kepada pemimpin institusi negara yang bertanggung jawab lebih besar dalam membangun kejayaan Bangsa Indonesia.

 

Sumber : Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas dengan sedikit tambahan

Oleh : Agus Amirudin

Kamis, 1 April 2021

#Tagur Menulis Ke-221#

===================================

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Gundul-gundul pacul. Tulisan yang menarik Pak Agus. Salam literasi

01 Apr
Balas

Terima kasih Bunda Sarmiati...

02 Apr



search

New Post