''MUSTAHILMU Vs MUSTAHIL-NYA''
Dalam perjalanan hidup, seringkali kita dihadapkan pada kata "mustahil." Bagi sebagian orang, kata ini mungkin terdengar seperti batas tak terlampaui yang ditetapkan oleh Allah SWT. Namun, pandangan ini dapat dipertanyakan, karena adakalanya "mustahil" sejatinya hanyalah batasan yang diciptakan oleh manusia untuk dirinya sendiri.
Jika kita merenung pada ungkapan, "Jika Tuhan yang berkata mustahil, berarti disitulah batasanmu," kita dapat menyadari bahwa kadang-kadang kita membatasi diri dengan keyakinan dan ketakutan yang mungkin tidak sesuai dengan potensi sejati kita. Dalam awal penciptaan, Allah SWT membentuk kita dari debu bumi dan meniupkan napas kehidupan ke dalam diri kita. Setiap diri kita diciptakan dengan keunikan dan potensi yang luar biasa. Meskipun begitu, seringkali kita merasa terbatas, dan batasan tersebut mungkin hanya ada dalam batas pikiran kita sendiri.
Ketika kita kehilangan kepercayaan pada diri sendiri, kita cenderung memandang diri kita dengan keraguan dan meragukan kemampuan yang telah diberikan oleh Allah SWT. Seakan-akan batasan yang muncul adalah takdir yang tidak dapat diubah. Padahal, batasan tersebut seringkali bukan berasal dari kodrat, melainkan hasil dari pandangan diri yang terbatas dan ketidakmampuan untuk melihat potensi sejati yang telah diberikan oleh Sang Pencipta.
Dalam setiap potongan kisah hidup, Allah SWT menawarkan peluang untuk merenungi dan memahami bahwa batasan bukanlah hukuman, melainkan panggilan untuk menemukan kembali kepercayaan pada diri sendiri. Allah SWT memberikan kita kebebasan untuk mengukir takdir kita sendiri, melebihi batasan-batasan yang hanya tercipta dalam pikiran kita.
Di sisi lain, "Jika manusia yang berkata mustahil, berarti disitulah awal dari hal besar akan dilahirkan." Ungkapan ini mengajarkan kita untuk tidak takut menghadapi batasan yang mungkin diberikan oleh manusia atau bahkan oleh diri kita sendiri. Ketika manusia atau bahkan diri kita sendiri mengatakan bahwa sesuatu adalah mustahil, itu sebenarnya adalah tantangan untuk membuktikan sebaliknya. Batasan yang diberikan oleh manusia atau pikiran kita sendiri seringkali hanyalah dinding yang dapat kita robohkan dengan tekad, kreativitas, dan ketekunan. Maka, saat kita dihadapkan pada kata "mustahil," janganlah melihatnya sebagai hambatan, tetapi sebagai peluang untuk mengeksplorasi potensi kita yang sejati.
Ketika kita berani menantang status quo, kita membuka pintu untuk kemungkinan baru. Merangkul ketidakpastian adalah langkah pertama menuju keberanian untuk mengejar impian yang tampaknya sulit dicapai. Dalam ketidakpastian itulah kita menemukan kekuatan untuk menciptakan jalan yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Hidup ini adalah perjalanan penuh penemuan, dan seringkali pencapaian besar lahir dari keberanian untuk merintis jalur yang belum dijelajahi.
Menjalani perjalanan menuju hal-hal besar yang belum pernah terpikirkan sebelumnya memerlukan imajinasi yang luas dan keberanian untuk berinovasi. Kesuksesan sejati tidak selalu terletak pada keberlanjutan apa yang sudah ada, melainkan pada kemampuan untuk berpikir di luar batas-batas yang telah ada. Dalam ketidakpastian, kita menemukan kreativitas yang memicu ide-ide revolusioner dan solusi-solusi yang menyentuh dimensi yang belum terjamah.
Pemikiran bahwa manusia yang mengatakan "mustahil" adalah awal dari sesuatu yang besar merujuk pada semangat inovasi, keberanian untuk berpikir “out of the box", dan tekad untuk mengatasi rintangan. Sejarah mencatat bahwa banyak keberhasilan besar berasal dari orang-orang yang berani melanggar batasan dan norma yang ada, yang tidak takut menghadapi penolakan dan merangkul kata "mustahil" sebagai tantangan untuk membuktikan sebaliknya.
Kita dapat belajar dari kedua pandangan ini bahwa dalam mencapai hal-hal besar, kita perlu mampu membedakan antara batasan yang nyata dan batasan yang mungkin hanya ada dalam pikiran kita. Jangan biarkan kata "mustahil" menghentikan langkah-langkah menuju impian dan tujuan kita. Sementara batasan Allah SWT adalah ketentuan kodrat, batasan manusia seringkali hanya merupakan dinding yang bisa kita robohkan dengan keyakinan, tekad, dan kerja keras yang selanjutnya kita berpasrah diri pada kehendak-Nya

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kun fayakun, sukses selalu....
Man Jadda Wa Jadda... Salam sukses juga, pak Jumari...
Mantap....harus sukses selamanya di Literasi
Salam literasi dari Jember, padeh berbahasa madureh
Aamiinn......
Keren, pak
Terima Kasih, pak Fitni...
Terma Kasih, pak Fitni.....
Katanya: "Where there's wiil, there's Way"
Ya, bapak.. Terima kasih sudah mampir dioretan saya
Hehe.... Pingin punya tulisan keren seperti punya antum,pak
Lho... Ndak bahaya taa??? Hahaha......
Terima kasih juga sudah bantu komen, pak Rochiem.... hahahaha......