Agus Dwianto

Teacher, Writer, Trainer, Blogger | Contact us: [email protected] Owner www.SangPengajar.com...

Selengkapnya
Navigasi Web
Belajar dari Guru Honorer yang Visioner

Belajar dari Guru Honorer yang Visioner

Orang Jawa mengatakan "guru iku digugu lan ditiru". Pepatah ini menegaskan peran guru sebagai panutan dan tuntunan bagi para siswa. Guru mesti menjadi teladan dalam segala hal bagi para siswanya. Tentu saja pepatah ini berlaku bagi semua guru.

Tanpa bermaksud melakukan dikotomi, saat ini kita kenal istilah guru PNS dan guru honorer. Istilah ini tentu saja tak dikenal para siswa. Artinya, apa pun status seorang guru tidak akan mengurangi kewajiban guru untuk selalu menjadi teladan bagi siswanya.

Lilik Fatkhu Diniyah adalah satu sosok guru yang memahami kewajibannya tersebut. Dalam bukunya "Sejuta Cerita Satya Lencana" guru asal Magelang ini mengisahkan perjalanannya sebagai guru berprestasi tingkat nasional. Apakah ia guru PNS? Ternyata bukan!

Lilik, begitu ia biasa disapa, adalah seorang guru honorer di madrasah. Profesi guru ditekuninya sejak 1999 lalu. Selain menjadi guru, ia juga mengajar di sebuah taman pendidikan Alquran.

Prestasi Lilik ditunjukkan mulai tahun keempat sejak ia menjadi guru. Ia terpilih sebagai fasilitator pelatihan MBE (Managing Basic Education) di kota Magelang. Di pelatihan ini, ia banyak berbicara mengenai PAKEM, peran komite sekolah/madrasah, dan juga manajemen sekolah/madrasah. Status guru honorer tak menghalangi Lilik dalam menunjukkan perannya di kegiatan bergengsi ini.

Tak berhenti sampai di situ, ia pun terus aktif di berbagai workshop di tahun-tahun berikutnya. Segudang prestasi pun ia kantongi. Ia menjadi guru teladan sejak tahun 2006. Bahkan, ia menjadi juara guru berprestasi MI tingkat nasional 2012.

Di tahun yang sama ia meraih puncak prestasinya. Lilik mendapatkan penghargaan Satya Lencana Pendidikan dari Presiden RI. Penghargaan Anugerah Pendidikan Islam dari Menteri Agama pun ia raih di tahun tersebut.

Ada kisah unik dari perjalanannya. Di setiap kemenangan dalam berbagai kompetisi, ia selalu membiarkan hadiah uang terkumpul. Niatnya adalah untuk melanjutkan S2. Namun, takdir berbicara lain. Ia mengubah niat ini karena melihat ibu mertuanya sedang sakit.

Singkat cerita, uang dari hadiah berbagai lomba itu ia gunakan untuk mendaftar haji. Ternyata, sang ibu memiliki keinginan pergi ibadah ke Tanah Suci. Begitu selesai mendaftar haji, ia melihat wajah ibunya begitu bahagia.

Kisah inspiratif Lilik Fatkhu Diniyah tentu memberikan banyak pelajaran kepada kita. Prestasi bukan hanya milik mereka yang bergaji besar. Guru honorer pun bisa menunjukkan keteladanannya. Artinya, prestasi tak berbanding lurus dengan kesejahteraan atau gaji. Siapa pun kita, semoga dapat mengambil ibrah atau pelajaran berarti dari kisah ini.

Wonogiri, 1 Nopember 2017

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

ulasan yang renyah dan lunyu. Bikin baper

01 Nov
Balas

Lunyu alias licin?

01 Nov

Syahduuu.... Makasiih ulasannya sang calon mastwr editor. Aku bacanya aja sampai terharu.. Ku bayar dengan 3M Makasiih Maksiih Makasiiih

01 Nov
Balas

He he....tulisan singkat di pagi hari....

01 Nov

Waaah.. hebat bu lilik.. Dan pak agus, cara penyajiannya bikin saya terharu.. sukses selalu buat pak agus dan bu lilik.. sangat insipiratif,

01 Nov
Balas

Sukses juga untuk Cik Ell.....Hidup Qeano!!

01 Nov



search

New Post