Ketika Montor Terlanjur Mabur
Jam di tangan saya menunjukkan pukul 13.13 WIB. Dengan langkah cepat saya menuju ke petugas bandara. “Pak, jadwal yang ini belum ada panggilan?”, tanya saya sembari menunjukkan tiket pesawat. Dengan wajah polos sang petugas menjawab, “Wah, sudah terbang pak. Tiga menit yang lalu”. Pesawat terbang, atau kami di Jawa menyebutnya “montor mabur”, ternyata terlanjur terbang (mabur).
Saya pun diberi solusi agar menghubungi customer service maskapai. Sesampainya di sana, saya temukan sekitar 5 penumpang yang memiliki “kasus yang sama”, yaitu tak mendengar panggilan untuk segera naik ke pesawat. Meski tujuan kami berbeda-beda. Bahkan ada satu penumpang wanita berbicara hingga menangis di depan customer service. Wanita muda ini berusaha meyakinkan pihak maskapai bahwa dirinya sudah di bandara sebelum waktunya. Tetapi, benar-benar tidak mendengar panggiilan naik ke pesawat.
Setelah melakukan negosiasi, akhirnya reschedule keberangkatan pun diberikan pihak maskapai sebagai solusi. Saya diberi solusi berangkat esok hari jam 6 pagi. Itulah jadwal terdekat dari maskapai. Apakah langsung saya terima solusi itu? Tentu saja tidak!
Reschedule tentu saja pilihan terbaik sebagai solusi dari maskapai. Karena mereka tak mau dirugikan. Saya merasa harus mendapatkan kepastian dari panitia sebelum menerima solusi yang ditawarkan. Jangan-jangan begitu sampai Batam, saya tidak diterima sebagai peserta workshop karena terlambat. Begitu yang ada di pikiran saya saat itu.
Saya pun menelepon panitia untuk mendapatkan kepastian. Panitia yang nomor HP-nya tertulis di undangan workshop belum bisa memberikan kepastian bisa tidaknya menerima. Badala! Panitia pun sempat memberikan solusi agar tetap mabur sore itu dengan ganti maskapai. Artinya, saya harus merogoh kocek kembali untuk beli tiket dan tiket tambahan ini tak akan diganti nantinya. “Hemmm......Sapa sing gelem?”, lintasan di pikiran saya saat itu.
Akhirnya, melalui SMS panitia memberikan jawaban. Saya diperkenankan berangkat besok pagi. Tetapi, dibatasi maksimal jam 9 sudah sampai. “Biyuh, piye nek delay maneh”, pikir saya. Bukan tanpa alasan saya berpikir begitu. Penerbangan saya dari Jogja ke Jakarta sebelum sampai di bandara ini sudah ditunda 2 jam. Kejadian inilah awal dari masalah yang saya alami. Delay 2 jam menjadikan penerbangan saya ke Batam tertunda, karena saya sampai di Jakarta tepat di saat montor mabur ke Batam terlanjur mabur. Hingga, saya dan penumpang lainnya diberi tiket baru untuk berangkat di jadwal berikutnya tadi.
Esok harinya, di dalam pesawat saya merenungi semuanya. Mulai dari kecerobohan tak mendengar panggilan, hingga nikmat dari-Nya untuk tetap bisa berangkat ke Batam. Tentu saja semua ini menjadi pelajaran bagi saya. Di waktu-waktu yang akan datang, pastikan memperhatikan waktu pemberangkatan dengan seksama.Pastikan juga tidak asyik dengan gadget ketika menunggu pesawat. Mungkin itu pelajaran yang harus saya terima.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Wah pengalaman yang kurang menyenangkan nih pak. Setidaknya menjadi pelajaran ya.
Benar sekali...he he....pengalaman yang perlu disampaikan ke semua...agar tak terulang
Pelajaran yang sangat berharga Pak. Tetap semangat.
Siap bu...terima kasih
Di waktu-waktu yang akan datang, pastikan memperhatikan waktu pemberangkatan dengan seksama...setuju Pak...anak saya juga pernah ketinggalan...padahal juga sdh di bandara, he..he pelajaran yng sangat berharga...
Benar, bu...he he...kurang apa voba..dah duduk di ruang tungggu
Hadeeewwhhh lo aq po ra wis gidro gidro.....ndeprok lemeeess
Ha ha...iya bu....
Seep pak
Wah, fast respon nih bu Gupres..kapan saya diajari bisa kayak bu Endang...
Bukanya terbalik ya...saya yg harus byk belajar dr sang master seperti bpk..
Hemm...malahan...
Sy selalu pastikan pilih maskapai yg sama kalo cari tiket penerbangan dg transit utk mengantisipasi delay2, krn sekali mengalami dulu reschedule.
Iya bu Desi, jadi pengalaman