~Ibu bukanlah Babbysitter~

Ibu adalah sosok sangat spesial yang diutusNYA dalam mengemban amanah dalam mendidik dan merawat buah hatinya.

Dimulai dari dalam kandungan, hanya ibu lah yang tidak akan mengeluh walau sembilan bulan lebih sepuluh hari membawaku kemana- mana dalam perut.

Saat lahir, ibupun juga tidak kenal rasa sakit, siang dan malam jagain buah hati agar buah hatinya tumbuh sehat dan selalu mendapatkan lindunganNYA.

Semua dilakukan ibu untuk buah hatinya tumbuh sesuai harapannya.

Harapan ibu akhirnya terkabul juga, aku tumbuh jadi wanita yang mandiri dan bisa mencari Rupiah.

Saking asyiknya cari Rupiah, ayah mencoba mengambil peran mengingatkan aku akan kata yang tak sah kalau bukan ayah sebagai walinya.

Nikah. Ayah mendesakku untuk segera menikah dengan seseorang yang menjadi pujaan hatiku.

Tanpa menghentikan pencarian Rupiah sesuai ijazahku, aku menikah dengan seseorang yang telah memikat hatiku, seseorang yang baik dan mandiri.

Satu tahun kemudian, lahirlah malaikat kecil sebagai hadiah terindah dalam pernikahan yang menjadi dambaan setiap pasangan.

Sebagai ibu baru aku begitu kaku menghadapi bayi mungilku ini, tambah lagi beban pekerjaan yang membuat kekakuan menjadi ketidakbisaan. Benar, aku tidak bisa jaga anakku...aku tidak ada waktu sebagaimana bnyaknya waktu ibuku dulu dalam menjagaku. melihat keadaan ini, ibu selalu hadir bagaikan malaikat tanpa sayap. ibu yang siapkan semua- semuanya, mulai dari sayur, rapikan pakaian dan menjaga malaikat kecilku dari pagi hingga aku pulang dari mencari Rupiah. Semua ibu yang melakukannya dengan penuh cinta dan tanpa beban.

Suatu hari, tanpa sengaja aku mendengarkan tetanggaku bertanya kepada ibuku: " bu Minah, kenapa semenjak ada cucunya jarang lima waktu di masjid? ikuti taklim juga tidak?, bu minah sakit ya, jarang keluar rumah", langsung saja ibuku menjawab " tidak bu Ipah, saya lagi jagain cucu saya, maklumlah anak saya kan pergi pagi pulang sore dari kerjanya". "tapi bu minah, diusia senja seperti kita, sebaiknya kita memperbanyak ibadah" ptotes bu Ipah. "ya sih bu Ipah, tapi saya kasian lihat cucu saya tidak ada yang jagain" jelas ibuku pada bu Ipah tetanggaku itu. "ya sama saja ibu dijadikan Babysitter oleh anak sendiri, jangan jadikan anak bu Minah jadi anak durhaka demi mencari Rupiahnya, bu Ipah menambahkan dengan penuh semangat. Ibuku langsung bawa anakku kedalam rumah tanpa bisa menjawab lagi kata- kata pedas dari bu Ipah.

Hatiku hancur mendengar kata- kata bu Ipah. Sosok spesial dan malaikat tanpa sayapku dianggap Babbyitterku oleh orang lain? Oh Tuhan, Benarkah yang diucapkan bu Ipah itu? Dosa besar menitipkan anakku pada ibuku? Demi menjaga anakku, ibuku tidak lagi bisa berlama- lama beribadah? melakukan Dhuha? Dan aktif dalam taklimnya?

"Tidak, ku tidak akan jadi anak durhaka. aku akan mengurangi jam kerjaku supaya aku bisa jaga anakku dan beri kesempatan ibuku untuk beribadah lebih banyak diusia senjanya" bathinku. aku akan buktikan pada buk Ipah, bahwa ibuku bukanlah Babbysitterku.

Linggo Sari Baganti

20-01-2020.