Agus Joko Sulistya

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

ARUNGI SAMUDRA (18)

Pukul sepuluh malam tepat terdengar bunyi terompet pada seluruh pengeras suara yang ada di AAL. Konon bunyi terompet tersebut ditiup oleh taruna jaga pada hari itu sebagai pertanda waktu istirahat malam. Dengan jadwal yang ketat sepanjang hari, Pratar memiliki waktu menghadap senior di Gedung Chandrasa setelah terompet tanda waktu tersebut berbunyi. Segera Koko mengenakan baju untuk menghadap, baju doreng tanpa perlengkapan menggunakan sepatu olahraga. Rekan-rekan Pratar lainnya ada pula yang akan menghadap malam itu. Ia merasakan degup jantung semakin kencang.

Jika teman-temannya memilih jalur belakang yang lebih gelap dan banyak pepohonan, Koko memilih rute jalur utama yang lebih terang. Setelah berdiam di ujung gedung ruang makan, Koko memastikan tidak ada orang lain yang ada di sekitaran. Dia harus bergerak cepat menuju ke selokan seperti yang sudah direncanakannya. Lampu penerangan di samping selokan tersebut membuat Koko harus benar-benar yakin tidak ada orang yang ada di sekitaran. Segera ia berlari cepat dan melompat masuk ke dalam selokan. Tepat seperti dugaannya, kedalaman selokan cukup melindunginya dari cahaya lampu penerangan sepanjang selokan tersebut. Perlahan Koko mulai merangkak pada sisi gelap selokan. Gerakan merangkak dilaksanakannya secara perlahan untuk tidak menimbulkan suara. Sesekali dia berhenti sambil mempertajam pendengarannya.

Rasanya waktu berjalan begitu lambat, sempat Koko diam membeku saat mendengar suara langkah kaki berjalan di samping selokan. Ternyata yang tak pernah diperhitungkan Koko adalah udara di dalam selokan sangat panas dan lembab. Setelah terkena terik matahari sepanjang siang hari, tanah dan dinding selokan menyimpan panas yang masih terasa hingga malam itu. Bajunya telah basah keringat berjalan menyusuri selokan tersebut. Sampai akhirnya Koko tiba diujung selokan depan Gedung Resimen. Perlahan dia naikkan kepalanya dari selokan mengintip situasi sekelilingnya. Koko tahu jika gedung Resimen juga ada penjaganya, untuk itulah día harus berhati-hati untuk naik dari selokan tersebut. Dia mengincar pohon asoka yang menjadi pagar hidup Gedung Resimen untuk menjadi titik awal setelah keluar dari selokan. (Bersambung).

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Pak. Salam literasi

22 Feb
Balas



search

New Post