Agus Joko Sulistya

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

ARUNGI SAMUDRA (25)

Tak terasa waktu terus berjalan hingga akhirnya tiba waktu Pratar melaksanakan pelayaran Prajalasesya. Pelayaran menggunakan KRI Teluk Semangka-512 yang tergabung dalam Satuan kapal amfibi Koarmatim waktu itu. Pagi itu seluruh Pratar melaksanakan perjalanan menuju Koarmatim menggunakan truk dan bis. Pendamping taruna selama berlayar terdiri dari beberapa perwira pengasuh. Tidak ada taruna senior yang mendampingi Pratar. Mereka kembali mengikuti pelajaran kelasnya masing-masing. Pelayaran tersebut juga merupakan salah satu penilaian untuk penentuan korps Pratar. Para perwira pendamping itulah yang akan mengamati Pratar selama pelayaran. Mereka pula yang memberikan nilai para Pratar sesuai format yang sudah diberikan.

Udara panas Koarmatim begitu menyengat. Setelah beberapa waktu tinggal di Bumi Moro, tetap saja Koko merasakan panas yang menyengat saat memasuki Koarmatim. Untuk kedua kalinya Koko mengunjungi Koarmatim. Kali ini día bisa lebih seksama memperhatikan kapal-kapal perang yang ada disana. Ternyata nomor-nomor yang tertulis pada kapal perang tersebut memiliki makna masing-masing. Itu Koko ketahui selama mengikuti pelajaran kelas gabungan di AAL. Rombongan Pratar dibawa ke Dermaga Madura dimana KRI Teluk Semangka-512 berada untuk melaksanakan embarkasi. Istilah embarkasi juga baru dipahaminya setelah ada di AAL. Mereka ditempatkan di ruang pasukan pada kapal tersebut. Tiap Pratar membawa perlengkapan berlayar pada tas Ransel masing-masing. Selama di kapal, keterbatasan tempat sangat dirasakan Koko. Almari yang tersedia di ruang pasukan tidak memungkinkan dia untuk mengatur bajunya di almari tersebut.

Dari materi pelajaran yang dia dapatkan, Koko tahu bahwa kapal tersebut merupakan jenis kapal Landing Ship Tank (LST) buatan Korea. Kapal tersebut bertugas membawa pasukan pendarat menuju pantai pendaratan. Ruang pasukan yang saat ini ditempati Pratar merupakan ruangan pasukan marinir yang pada kondisi sebenarnya akan melaksanakan pendaratan. Mengetahui hal tersebut, semakin bulat tekad Koko untuk tidak menjadi Marinir. Dia tak ingin menjadi pasukan yang harus bersusah payah mendarat di pantai untuk merebut tumpuan pantai ditengah tembakan lawan. Dia membualatkan tekad untuk bisa menjadi pelaut yang memberikan komando pada kapal perang, meski sampai saat itu dia masih belum tahu seperti apa gambaran tugasnya. (Bersambung).

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Pak. Salam literasi!

01 Mar
Balas



search

New Post