Agus Maryanto

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

mimpi menulis

Hari ini, hari terbaikku. Aku sengaja bangun pagi-pagi. Seperti hari-hari biasanya aku cium kening istri dan anak-anakku. Aku bergegas ke dapur rumah, minum segelas air putih untuk menghilangkan serak pahit di tenggorokan. Segera aku ambil air wudlu, shalat, dan tak lupa panjatkan doa buat orang-orang terdekatku. Kupersiapkan hari terbaikku dengan mencuci gerobak biru, mengisi baterai handphone, laptop dan peralatan lainnya. Terdengar suara pesan dari handphone-ku. Ternyata teman-teman sudah siap menungguku. Mirip seperti sopir taxi online, aku bergegas tancap gas menjemput pelanggan yang super rempong, bermacam-macam permintaannya. “Pak mampir dulu dong!, kita mau sarapan”. “Ah! dugaanku memang benar adanya”. Mereka minta kepadaku untuk mampir di sebuah rumah makan. Nasi pecel lauk tempe dan telor dadar menjadi sarapan. Minumnya teh hangat tiga, padahal yang makan enam orang. Sengaja aku pesankan itu, supaya romantis, segelas berdua dan irit kalau nanti mereka merayu minta dibayarin. Tibalah untuk membayar, tidak ada seorangpun yang beranjak. Nunggu dibayarin semua, dengan susah payah uang patungan akhirnya di buka, dan mereka bayarin.

Selesai sarapan, kami serombongan menuju ke lokasi. Pelatihan menulis Sagu Sabu, yang beberapa waktu lalu sempat aku bagikan kepada rekan-rekan kerja. Alhamdulillah hampir semua guru tertarik dan mau ikut dalam pelatihan ini. Dua belas tahun yang lalu, saat aku mengajar di sebuah sekolah di Jogja aku sempat malu. Bagaimana tidak, siswaku yang baru kelas 5 dan 6 SD saja mampu membuat sebuah buku. Belum lagi siswa SMP ada sekitar 3 siswa yang bukunya sudah terpajang di rak buku sebuah toko buku terkenal di Jogja. Rasanya ingin sekali membuktikan kepada mereka bahwa aku pun bisa. Dalam perjalannan waktu, aku mencoba-coba menulis di laman blog. Ada beberapa tulisan lama, puisi yang aku unggah dilamanku. Beberapa bulan aku menikmati menulis dalam blog, sesekali aku lihat pengunjungpun bertambah. Lambat laun semangat itu pudar, seiring kesibukan yang lain. Inilah kesempatan terbaikku. Mengingat sewaktu masih duduk di bangku sekolah hal ini langka dan memang tidak ada ketertarikan untuk menulis.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

alah bisa karena biasa. tetap semangat dan pantang menyerah. kereeen

24 Aug
Balas

Semangat pak Agus !!!

24 Aug
Balas

"Cenat cenut jadi guru" Oleh: Agus Maryanto. Josss iki Dab.

24 Aug
Balas

semangat ayah

25 Aug
Balas



search

New Post