HATI YANG TERSAYAT
Tagur_10
HATI YANG TERSAYAT
Perjalalanan usia putri kami telah menginjak 18 tahun. Banyak perubahan yang terjadi. Kemandirian dan sikap dewasanya membuat kami terharu di hari lahirnya tahun ini. Tepatnya 23 Januari 2022. Sebuah pesan dalam grup Whatshap , "Ayah! Bunda! Kakak tidak usah kue Ultah. Kakak butuh buah dan Cimori yang diantar Ayah dan Bunda."
Sorenya kami datang yang diikuti abang dan adiknya untuk mengantar pesananannya ke asrama tempat putri kami menimba ilmu. Namun sebagai ibu, kue ultah sekali setahun itu tetap dipesan agar kebahagiaanya dapat dibagi bersama temannya di asrama.
Kedatangan kami berkunjung ke asrama di luar jadwal kunjungan orang tua. Satpam yang bertugas di gerbang pintu masuk, meminta kami untuk menitipkan barang bawaan di posnya. Mana mungkin? Ini momen kebahagian anak gadis kami. Dengan permintaan memelas, si Sulung kami diizinkan memarkir mobil di dalam perkarangan tidak jauh dari pos satpam. Tak lama berselang, anak Gadis kami muncul dengan sapaan khasnya, "Mana Ayah? Bunda ada belikan pesanan, Kak?"
Dengan membuka pintu mobil, sang putri melihat surprise yang kami bawa. Pelukan hangatnya tidak ingin kami lepaskan. Tapi suara satpam telah membuat dekapan itu terlepas, "Bu, kalau sudah selesai, biar anaknya kembali ke asrama". Rasanya, baru beberapa menit, tapi dekapan itu harus dilepas. Apa lagi, si gadis mengeluh empu jari kakinya terluka dan meringis kesakitan. Semestinya kami mengobati dan dapat mengurangi rasa sakitnya. Tapi tidak bisa karena waktu yang mengharuskan kami meninggalkannya.
Sebelum pergi, pesan yang selalu kami sampaikan untuk menghormati guru dan berprilaku yang baik, serta belajar sungguh agar dapat masuk ke PerguruanTinggi yang diminatinya. Kami menyampaikan selalu berdoa untuk keberhasilannya. Saat akan berpisah dan melepas dekapannya suara ibu ini mengingatkan, "Jaga diri dan selalu dekat dengan Allah, ya Nak". Ciuman hangat dipipi dan di keningnya, melepas dekapannya. Putri kami pergi berjalan kembali menuju asramanya. Kami hanya bisa menatapnya. Jalannya sangat hati-hati agar kesakitan kakinya tidak kentara kami ketahui. Tapi hati ibu ini tidak bisa dibohongi, "Putriku kesakitan", suaraku membatin. Dia tidak ingin kami tahu rasa sakit yang menderanya.
Pertemuan singkat ini membuat hatiku terasa tersayat, pedih dan perih. Dia yang biasanya manja dan selalu menumpahkan air mata jika kami kunjungi, hari ini sangat tegar. Apa ini karena usianya yang bertambah atau tidak ingin membuat kami gundah? Entahlah. Hanya doaku yang dapat melerai rasa ini, "Ya Allah, Engkau yang tidak pernah tidur menjaga keselamatan anak kami, sembuhkanlah sakitnya. Berikanlah kesabaran kepadanya untuk menyelesaikan pendidikannya. Berikanlah Ridho-Mu sehingga anak kami dapat belajar dengan baik."
Tak terasa, air mata ini tidak bisa lagi dibendung. Ingin sekali memanggil untuk kembali mendekapnya. Niat tersebut kuurungkan. Kami harus ikhlas demi pendidikan yang ditempuhnya. Nanti akan ada waktu untuk bersama. "Ya Allah, kuatkan hati ini, " dalam helaan nafas sembari menatap punggungnya yang semakin jauh meninggalkan kami.
(MAN IC PP, 230122)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren ceritanya Bu Doktor Agusrida, barokallah
Keren ceritanya Bu Doktor Agusrida, barokallah
Aamiin.terima kasih Pak
Aamiin.terima kasih Pak
Aamiin.terima kasih Pak
Ibu menyentuh sekali ibu, mdh2n ibu tetap sabar kita harus patuh dg aturan yg ada walaupun itu sangat tidak kita inginkn. Semoga tercapai apa yg di cita-citakannya bu. Semangat literasi.
Aamiin.Makasih Bu
Semoga putrinya sehat selalu Ibu. Salam semangat bu
Smga sukses anndanya bu
Smga sukses anndanya bu
Aamiin.makasih Pak Dantes
melepas anak kesayang untuk mencari dan menimba ilmu, semoga menjadi yg berguna bagi agama dan kedua orangtuanya...
AamiinMakasih Psk Wandi
Semangat Bu..Semoga Nabila sabar dalam menempuh pendidikannya sukses tuk Nabila..
Aamiin.Makasih Umi.Ternyata berat sekali melihat anak menyimpan rasa. Padahal biasa Nabila menangis sedikit saja terluka
Semangat buk....Barokallohu fii umrik utk putri nya ya buk
Aamiin.Terima kasih, Bu Susi
Tak terasa air mataku merembes membaca tulisan ibu,sangat menyentuh,jadi ingat anakku yang saat ini menimba ilmu juga jauh dariku,Tetap semangat ya Bu,salam literasi
Aamiin.Iya Bu