Menulis, pekerjaan sederhana dengan memainkan jemari diatas dua puluh enam (26) huruf dan beberapa karakter lain ini memang menarik untuk dibahas bahkan sekarang sangat digemari. Imam Bukhari mengibaratkan penuntut ilmu seperti seorang pemburu kijang, maka pemburu harus membawa tali untuk mengikat kijang hasil buruannya. Kijang diasumsikan sebagai ilmu dan tali diasumsikan sebagai pena agar ilmu yg didapat tidak hilang/ lepas, maka harus ditulis. Poinnya bahwa menulis itu penting.

Mengapa Harus Menulis?

Pertanyaan diatas sangat sering kita dengar, bahkan mungkin diri kita sendiri juga bertanya demikian. Padahal kita yakin bahwa menulis itu penting, tetapi mengapa sedikit sekali orang mau menulis? jika kita menyadari, saat ini justru kemajuan teknologi sangat memanjakan kita untuk menulis. Hampir semua orang di Indonesia saat ini memiliki telepon genggam, dari yang jadul hingga yang paling canggih. Komunikasi saat ini sangat erat berkitan dengan menulis pesan. Dibandingkan menelepon (berbicara), pesan yang kita kirim melalui pesan (sms/ chat) akan lebih mudah diingat atau untuk dibuka kembali suatu saat nanti.

Menulis sejatinya erat kaitannya dengan fitrah kita sebagai manusia. Terlebih kita sebagai guru, yang merupakan agen dan garda terdepan dalam mencetak dan mendidik generas muda bangsa. Seharusnya, kita bisa menjadi Hing Ngarsa Sung Tuladha bagi anak didik kita dan harus juga bagi masyarakat disekitar kita. Menulis bisa menjadi salah satu cara, agar apa yang kita pikirkan bisa tersampaikan.

Menjawab pertanyaan mengapa kita harus menulis, berikut ini mungkin bisa kita jadikan renungan bersama, antara lain:

1. Manusia tempat salah dan lupa

Fitrah manusia adalah salah dan lupa. Kita sering melupakan apa-apa yang kita katakan/ lakukan, bahkan kita sering berbuat kesalahan saat melakukan sesuatu hal. Mengantisipasi hal tersebut, penting kiranya kita menuliskan hal-hal yang akan kita lakukan, minimal agar kita melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan yang kita maksudkan. Dari menulis hal-hal kecil ini, bisa juga suatu saat akan dijadikan dasar orang lain untuk melakukan hal yang sama agar terhindar dari kesalahan-kesalahan.

2. Manusia akan mati

Semua yang bernyawa pasti akan mati. Jika gajah mati meninggalkan gading, maka manusia mati hanya meninggalkan nama. Jasad akan dikubur dan dibiarkan begitu saja (kecuali Fir'aun). Manusia akan selalu hidup saat namanya masih dikenang oleh orang yang masih hidup. Nama yang dikenang tentunya perbuatan dan hal-hal yang membawa manfaat bagi sekitarnya. Salah satu untuk selalu hidup yaitu dengan menulis. Tulisan hasil pikiran, ide, dan atau gagasan kita akan selalu dikenang oleh orang lain. Tulisan yang dikenang tentunya tulisan yang bermanfaat. Sehingga, jika menulis itu sederhana maka kita harus menulis hal-hal yang baik dan berguna. Jika sama-sama abadi, bukankah sebaiknya kita menulis hal-hal yang baik dan bermanfaat saja?!

Dua hal itu hanya beberapa alasan saja mengapa kita harus menulis. Yang terpenting dari seorang yang mau menulis sejatinya bukan menulis itu sendiri, tetapi bagaimana seseorang bisa membaca. Membaca tentunya bukan hanya pada buku, tetapi lebih kepada melihat dan menganalisa hal-hal yang terjadi disekeliling kita. Seperti halnya Rasulullah Muhammad Shalallahu 'alaihii wasalaam saat diperintahkan Membaca oleh Malaikat Jibril Alaihis Salaam. Hasil melihat dan menganalisis akan menimbulkan gagasan-gagasan yang patut kita tuangkan dalam sebuah tulisan.