Agus Salim

Anak pertama dari sepasang suami istri yang hidup di desa terpencil, desa Gunung Malang Kec. Suboh Kab. Situbondo, Jawa Timur. Menjadi guru sejak tahun 1989. Da...

Selengkapnya
Navigasi Web
LIONTIN CURTINA - Tantangan hari ke-64
Gambar : www.youtube.com/watch?v=xGUstVlexwY

LIONTIN CURTINA - Tantangan hari ke-64

Kedua

Benarkah aku menyukai gadis di pinggir jalan itu? Entahlah. Tapi aku memang memiliki perhatian khusus padanya. Setidaknya aku memang mengaguminya. Dia seorang wanita belia yang sedang berjibaku mempertahankan hidupnya sendiri. Berjuang di antara deru mesin dan asap knalpot serta beratap terik matahari. Seorang wanita muda yang memiliki pertahanan hidup yang tangguh. Sebuah sikap dan perilaku yang langka di jaman yang penuh dengan hiruk pikuk kemewahan ini. Apalagi gadis muda ini, selalu mengenakan baju seragam sekolahnya setiap kali berjualan koran. Tanpa ada rasa canggung dan malu, dia wira wiri di jalanan yang penuh dengan tatapan mata.

Gadis muda itu sepertinya menyadari bahwa hidup ini memang perjuangan. Tidak ada kebahagiaan hidup yang bisa dicapai tanpa perjuangan. Setiap orang memang harus memperjuangkan nasib hidupnya sendiri. Menggantungkan hidup pada orang lain merupakan sikap dan tindakan yang tercela. Malu? Harus ditinggalkan selama apa dilakukan tidak menyalahi tatanan agama dan sosial. Ah, kenapa aku kok malah seperti menjadi anggota kaum arifin ya?

Memang, setiap kali bertemu dengannya, perasaanku tidak seperti biasa. Lebih-lebih ketika aku melihat bagian antara leher dan dadanya, jantungku berdegup kian kencang. Seluruh tubuh seperti menggigil. Mataku lalu bergenang air, seakan ada sesuatu mendorong dari lubuk hati. Sesuatu yang mengharukan. Perasaan ini senantiasa aku sembunyikan dari Deana, yang suatu ketika pernah menanyaiku kenapa aku selalu membeli koran yang ditawarkan gadis muda itu. Padahal aku sudah berlangganan koran yang sama. Selalu aku jawab dengan kata “kasihan”. Biasanya Deana lalu diam.

“Mas...! Mas Aidan! Udah nyampek nih”, tiba-tiba Deana bersuara . Aku sedikit kaget. Untungnya aku tidak serta merta menginjak pedal rem. Sehingga aku bisa meminggirkan mobil dengan tenang.

“Tidak mampir dulu, Mas?”, tanyanya sambil membuka pintu mobil.

“Tidak Dea. Aku langsung pulang dulu ya?”, jawabku.

“Ok, Mas. O iya, besok Mas Idan tidak usah susul aku. Aku tadi sudah minta ijin untuk cuti dua hari ke bagian personalia”,

“Cuti? Memangnya kamu kenapa kok cuti”.

“Tidak apa-apa. Aku hanya ingin istirahat aja. Capek Mas kerja terus”.

“O gitu. Ya udah. Selamat beristirahat ya. Besok sepulang kerja aku mampir ke sini”.

“Ya, Sayang.. Aku tunggu lho”.

Kubalas jawaban Dea itu dengan senyum yang kubuat semanis mungkin. Sungguh aku memang sangat bahagia setiap kali dia memanggilku “sayang”. Dea melangkah menuju gerbang pagar rumahnya. Aku lalu kembali menginjak pedal gas mobil untuk melanjutkan perjalanan menuju rumahku.

*****

Pagi di jalanan, seperti biasa, ramai. Suara mesin menderu berbaur dengan lengkingan klakson kendaraan. Udara perlahan mulai pengap dengan asap knalpot. Maka wajar jika para pengendara motor di samping helm juga memasangkan masker untuk menjaga hidung dan mulutnya agar tidak turut mengasup asap-asap yang menyesakkan itu. Ada juga sih sebagaian dari mereka yang dengan ugal-ugalan berkendera dengan kecepatan tinggi tanpa menggunakan helm ataupun masker. Mungkin merekalah orang-orang hebat yang berani menantang sakit bahkan maut. Orang-orang seperti mereka mungkin bisa dibilang termasuk orang yang egois. Mengedepankan enaknya sendiri tanpa mempertimbangkan keselamatan orang. Tapi, bagaimana mungkin mereka bisa memikir keselamatan orang lain, sementara untuk menjaga keselamatan dirinya saja enggan. Ah, sudahlah.

Tanpa terasa aku udah sampai di perempatan itu. Perlahan kuhentikan mobilku karena memang lampu stopan atau bangjo, kata orang Jawa, sedang merah. Heran, aku belum melihat gadis itu. Aku tolah-taleh ke segala arah. Belum juga melihat gadis itu.

“Koran....koran..”, terdengar suara penjaja koran dari arah belakang.

“Koran..!”, panggilku. Anak kecil mendekat ke arahku sambil menyodorkan koran yang aku minta. Sebenarnya membeli koran bukan tujuan utamaku.

“Dik, gadis yang biasanya jualan koran itu di mana ya? Kok tidak kelihatan, nggak jualan?”, tanyaku pada anak kecil itu.

“Yang biasanya pakai seragam?”, dia balik nanya. Aku mengangguk.

“Dia itu Ina, kakakku. Lagi ujian, Mas. Ujian semester katanya”.

“Oh, gitu. Berarti ndak jualan”.

“Jualan, nanti siang sampaai sore”.

“Lah, kamu nggak sekolah?”.

“Libur Mas, kan sekolahanku ditempati ujian”.

“Hmmm...Gitu. Sudah ya..makasih”. jawabku sambil tanganku mengusek-usek kepalanya. Anak itu hanya tersenyum.

“Makasih juga Mas..”.

Suara klakson menderu dari belakang. Rupanya lampu hijau telah menyala. Aku dengan segera menginjak perlahan pedal gas mobilku untuk melanjutkan perjalanan. Enath kenapa dibenakku selalu membayang gadis penjual koran itu.

“Ina, itu namanya”, gumamku sendiri.

Siapa sebenarnya gadis itu. Setiap kali bertemu, mengapa selalu menyisakan pikiran dan perasaan aneh padaku. Lebih-lebih jika aku melihat bagian antara leher dan dadanya itu. Kalung emas yang dikenakannya telah menyita perhatianku. Desain rantainya memiliki kesamaan. Apa mungkin? Apakah kalung Ina itu hanya kalung biasa. Hanya rantai, tanpa asessoris lain?

*****

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerita yang bikin penisirin aja.... bagus sekali.

03 Jul
Balas

Oh Ina... Kenalan yuukkk.. Hehe, keren Bpk...

02 Jul
Balas

Ha.ha..ha...salam kenal...Semoga sehat selalu..

02 Jul

Hmmm...sepertinya masih bersambung ya?DitungguKeren Pak

02 Jul
Balas

Alhamdulillah. Terima kasih ......Salam sehat selalu

03 Jul



search

New Post