Agus Salim Batubara

Guru Sejarah Indonesia di SMA DHARMA PATRA Pangkalan Berandan. Alumnus Sagusabu Langkat 2019. Dilahirkan pada 17 Agustus 1976. Mewujudkan mimpi mendokumentasika...

Selengkapnya
Navigasi Web

Diri yang Terpikat (Hari ke-138 dari 365 hari)

Dunia sangat memikat para pecintanya. Mereka sanggup berkorban untuk mendapatkan bagian. Segala daya upaya dikerahkan. Segenap kekuatan dihimpun untuk merengkuh limpahan kemegahan yang memukau pandangan zahir dan batin. Tidak pedulikan waktu. Mengabaikan kesehatan. Ibadah ditelantarkan. Rasa sedih menyelubungi diri ketika belum tercapai keinginan. Selalu berpikir keras mencari jalan mengumpulkan serpih demi serpih kilauan harta. Kepuasan memuncak ketika hasrat terpenuhi. Seolah tampil sebagai pemenang. Hari esok menjadi harapan untuk mencari kemewahan hidup yang lain. Jiwa berontak jika ada yang mengingatkan. Menganggap orang lain salah. Sejuta alasan diberikan untuk memuluskan nafsu meraja mengusai keadaan. Tidak lagi mengutamakan hati nurani yang jernih. Memakai topeng kebaikan demi memuluskan tujuan tersembunyi. Kekerdilan jiwa begitu erat mendekap hingga menyesakkan dada. Tetapi tidak juga disadari. Bahkan dianggap angin lalu.

Seorang mukmin tak seharusnya menjadikan dunia sebagai tujuan utama. Dirinya laksana seorang musafir dalam sebuah perjalanan. Tempat yang dituju masih jauh. Lebih indah dibanding pelabuhan sementara yang disinggahi. Diberi waktu berhenti sejenak demi mengumpulkan perbekalan yang dibutuhkan untuk mengarungi ruang dan waktu selanjutnya. Mengambil yang diperlukan sesuai kebutuhan. Meninggalkan yang tak perlu dibawa. Tak ingin membebani diri dengan sesuatu yang menyusahkan. Selalu mengutamakan keteguhan iman dalam menghadapi beragam godaan menyesatkan. Bersanding dengan kecerdasan akal dan kejernihan kalbu membuat diri tampil sebagai pemenang di akhir pertarungan kehidupan.

Begitulah gambaran perbedaan pecinta dunia dengan pencari akhirat. Menjadikan dunia meraja di dalam hati membuat lubang kesengsaraan diri terbuka lebar. Kerugian besar bakal diterima bagi mereka yang masih berkubang dalam kesenangan sesaat. Sebaliknya, akhirat merupakan kepastian yang tak terbantahkan bagi orang beriman. Kebahagiaan yang sebenarnya bukan berada di dunia. Dia sadar jika waktu dan masanya akan segera berakhir. Sebelum saat itu tiba, semua kesempatan yang masih diberikan digunakan dengan baik untuk meraih keridaan Allah SWT. Penegasan hal ini telah disampaikan Rasulullah SAW dalam sebuah hadis sebagai berikut :

“Dari Zaid bin Tsabit ra., dia berkata,”Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,”Barang siapa menjadikan dunia sebagai cita-citanya, Allah akan mencerai-beraikan urusannya, meletakkan kefakiran tepat di hadapannya, dan dunia tidak akan datang kepadanya kecuali sekadar yang telah ditetapkan untuknya; dan barang siapa yang menjadikan akhirat sebagai maksudnya, Allah akan menghimpun urusannya dan memasukkan rasa kaya di dalam hatinya, serta dunia akan datang sendiri kepadanya dalam keadaan hina.” (HR. Ibnu Majah, Terjemah Muntakhab Ahadits : 545)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post