Ada Jejak Kami di Timor Leste
Mungkin saya terrmasuk orang yang sedikit beruntung berkaitan dengan karir mengajar. Tapi jangan salah sangka, bukan keuntungan materi yang saya dapatkan. Semua itu saya dapatkan selama 10 tahun mengabdikan diri di Timor Timur (sekarang Timor Leste).
Langkah awal tersebut bermula pada tahun 1989. Saya dan 17 teman yang lain, dengan berbekal SK Pengangkatan PNS terbang jauh ke Timur. Kota Dili, tujuan kami. Tanah yang akan menjadi titik awal kami sebagai guru.
Rasa cemas, tentu saja ada di antara kami. Demikian pula yang dirasakan orang tua kami. Hanya karena tekad kuat kami, para orang tua melepas kami di Bandara Adi Sucipto saat itu. Lambaian tangan dan titik air mata melepas Twin Otter Merpati Nusantara Airlines yang membawa kami ke tempat yang jauh.
Tak terasa, momen itu terjadi 31 tahun yang lalu. Kini, kami yang pernah tugas di Timor Timur, telah kembali ke daerah asal masing-masing. Permasalahan politiklah yang membawa kami kembali. Dan jujur, kepukangan ini menjadi anugrah yang terindah.
Kepindahan kami ke Jawa, ternyata bukan berarti memutus hubungan dengan beberapa anak didik di Timor Timur. Dengan kecanggihan tehnologi, sapa di antara kami selalu terjalin lewat Facebook maupun WA. Grup-grup yang kami buat, menjadikannya sebagai sarana melepas rindu di antara kami. Mereka yang dahulu masih kecil, sekarang sudah menjadi orang tua dan bekerja.
Setiap percakapan yang kami lakukan, tanpa terasa selalu terselip rasa yang sulit untuk kami mengerti. Perasaan kangen, bangga, sedih, seakan berpadu menjadi satu. Apalagi dalam komunikasii ini, mereka masih sangat fasih menggunakan bahasa Indonesia. Bahkan tak jarang mereka menggunakan bahasa daerah, terutama bahasa Jawa. Sungguh sesuatu yang luar biasa bagi kami. Di mata mereka, kami tetap guru-guru mereka dan juga orang tua mereka.
Ada kebanggaan lain yang tidak bisa dibeli dengan apa pun. Para anak didik tersebut, saat ini menduduki jabatan-jabatan penting di pemerintahan. Mulai dari menteri, kepala dinas, guru, dosen, dokter, pengusaha, dan lain-lain. Hal ini sungguh merupakan kebanggaan yang tiada tara. Sedikit banyak, ada campur tangan kami dalam karir mereka.
Masih hangat dalam ingatan kami. Sekitar tahun 1996 an, suasana Timor Timur sudah mulai memanas. Kehendak untuk melepaskan diri dari negara kita, demikian kuat menggema. Tak jarang unjuk rasa yang terjadi, berujung pada kerusuhan. Dan kami para pendatang, selalu menjadi sasaran kerusuhan tersebut. Sehingga kegiatan pembelajaran pun tidak dapat berjalan dengan normal, sebagian besar anak didik lebih tertarik untuk turun ke jalan. Mereka lebih senang melakukan unjuk rasa dan menjarah berbagai harta benda milik pendatang.
Anak-anak yang saat ini berhasil, adalah mereka yang tidak terlibat dalam berbagai aksi tersebut. Nasihat yang kami sampaikan hanya satu, tetaplah belajar. Sebab jika nanti Timor Timur merdeka, kalianlah yang akan dicari oleh pemerintah baru. Sebab kalian adalah golongan berpendidikan. Namun kalaupun Timor Timur tidak merdeka, kalian pun tetap dicari oleh pemerintah. Karena kalian adalah putra daerah.
Nasihat-nasihat itulah yang kami dengung-dengungkan ke telinga mereka. Dan alhamdulillah, mereka mendengar apa yang kami sampaikan. Meskipun suasana di luar riuh-rendah dengan gelombang unjuk rasa, mereka tetap belajar. Mereka datang dengan diam-diam ke komplek sekolah dan menemui kami. Hal ini dilakukan demi keamanan. Sebab ada sebagian orang yang tidak menginginkan mereka terus belajar.
Nasihat kami ternyata sekarang berbuah manis. Sebagian besar mereka, kini menduduki pos-pos penting di pemerintahan Timor Leste. Sebaliknya, mereka yang dahulu sibuk dengan aksi unjuk rasa dan penjarahan, hanya bisa gigit jari. Pemerintahan baru Timor Leste, hanya membutuhkan putra-putri yang berpendidikan.
Rasa bangga lain yang tidak bisa kami sembunyikan ada satu lagi. Dalam setiap komunikasi, mereka selalu mengucapkan terima kasih kepada kami para guru. Tanpa bimbingan kami, mereka tidak dapat menjadi siapa-siapa. Ternyata, jarak dan waktu tidak mampu menghapus rasa cinta di antara kami.
Magelang, 5 Desember 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Masya Allah, haru biru membacanya. Jazakallah barakallah telah berbagi kisah sarat hikmah
Mantul Pak jejak di Timur Leste. Aku jadi teringat teman kecilku berasal dari Timor Timur
Adakah?
Pasti menyenangkan y Pak. Punya banyak pengalaman
Alhamdulillah, jejak yang tertinggal semoga menjadi ladang amal jariyah. Barakallahu fiik... Salam literasi Pak.
Terima kasih Pak Muslih.
Ulasan yang indah ak, kenangan manis yang tak kan pernah hilang
Kenangan yang takkan terlupakan pasti nya
Kenangan yang tak bisa dilupakan pakde,,,, salam sehat dan salam silaturahmi
Kenangan suka duka yang tak gampang dilupakan pakde, salam sehat dan salam silaturahmi
Luar biasa Pak De.
Kenangan yang tidak terlupakan. Guru hebat yang membawa kesuksesan untuk anak didik.
Aamiin
Aamiin
MashaaAllah penuh berkah dengan kenangan yang tak semua orang bisa dapatkan. Sukses selalu pak Agus
Pak aku kok jadi mewek, hik..hik,.tulisan bapak selalu enak dibaca.
Alhamdulillah.
Wauw...judulnya lbh bgs kembalinya kenangan sang pahlawan...py bro?
Waduh terlalu tinggi.
Kenagna yang terukir, tidak mudah untuk dilupakan...bahgia dan haru, seolah merasakan rasa rindu juga Pak..Salam Guruku Hebat... sehat selalu.
Thanks Bu
Duhh saya terharu bacanya, Bapak kaya pengalaman sekali, saya bisa merasakan perasaan kangen, rindu pada suasana dulu yang pernah dialami... Barakalloh Pak...
Makasih Bu.
Kereeerreennn... Once in a life time experience. Sukses selalu untuk Bapak.
Thanks a lot, Brother!
Mantun Pak. Jejak Timor leste. Tentu akan selalu jadi kenangan.
Mantap betul pak..jejak yang terlukis indah di Timor Leste. Luar biasa pengalaman Bapak mengajar di sana. Semoga menjadi ladang amal ibadah. Salam sehat dan sukses selalu Pak Agus.
Aamiin.
Subhanallah... Sungguh luar biasa jasa pak guru di negeri orang.
Menangis membacanya Pak Fhe. Saya teringat juga kisah pengabdian di pedalaman pulau Rangsang, Bengkalis. Kusahnya sudah dibukukan, Pak Dhe?
Wahh.. Hebat Pak. Mengajar di Dili.Sukses selalu ya Pak. Salam literasi.
Mantap betul pak..jejak yang terlukis indah di Timor Leste. Luar biasa pengalaman Bapak mengajar di sana. Semoga menjadi ladang amal ibadah. Salam sehat dan sukses sll Bapakku nggih
keren, mengesankan...sukses pak
Terima kasih.
Tahun 1992 saya ke Tim Tim pak. Kalau sudah kenal pasti kucari he he. Saya satu minggu di Dilli.
Saya terharu pak.Salam hormat dari Kepulauan Riau.
Keren Pak, ada typo sedikit (kepukangan)
Siap!
Masya Allah pak saya merinding bacanya. Itu luar biasa sekali. Semoga bpk selalu sehat.
Orang-orang hebat disana adalah bukti adanya guru-guru yang hebat pula. . . bacaan yang melibatkan rasa saat membacanya. . . terharu sekaligus ikut bangga membaca kisah Pak Agus. . . terima kasih telah berbagi ilmu Pak Agus, Sukses selalu. . .
Masya Allah, Barakallah, Pak Guru. Ternyata jejak karier gurunya sampai di Timor Timur. Tetap Sehat dan salam bahagia.
Aamiin.
Kenangan yg terukir indah, haru bacanya,bapak hebat, pernah bertahan di timor Timur
Ya Bu, terima kasih.