Dilematika Tahun Ajaran Baru
Jagad pendidikan Indonesia tiba-tiba gempar. Berbagai komentar baik yang pro maupun kontra pun bersliweran di ruang publik. Isyu apa yang menyebabkan hingar-bingar ini. Tak lain dan tak bukan adalah wacana mas Menteri untuk memulai tahun ajaran baru pada tanggal 13 Juli 2020.
Hal ini bukan sesuatu yang baru. Bangsa ini dikenal dengan sebutan sumbu pendek. Ibarat sebuah petasan, sumbu pendek menyebabkan petasan tersebut cepat meledak. Nah, inilah bangsa kita.
Bagi mas Menteri sendiri, situasi ini jelas sangat tidak menguntungkan. Keinginannya untuk memodernisir pendidikan, dengan menggunakan daring sebagai andalan pembelajaran, ternyata harus dihadapkan pada realita. Pembelajaran daring yang dilakukan saat stay at home dalam kenyataanya amburadul. Keluhan dari orang tua, siswa maupun guru berdatangan ke telinga mas Menteri. Belum diperparah dengan kendala jaringan internet di beberapa wilayah tanah air ini.
Demikian pula, saat mas Menteri mewacanakan tahun ajaran baru. Suka atau tidak suka, keputusan harus diambil. Hal ini tentu saja untuk memberikan kepastian pada siapapun. Dengan pemberitahuan ini, diharapkan agar pihak-pihak yang berkepentingan mempersiapkan diri. Terkait kondisi yang belum sepenuhnya terkendali, tentu saja telah menjadi pertimbangan di sana. Dan bukan tidak mungkin akan ada evaluasi di dalamnya.
Berkait dengan pembukaan tahun ajaran, semua pasti setuju bahwa hal ini menjadi dilema. Wacana membuka pada bulan Juli 2020, atau mengundurkan pada bulan Januari 2021 tetap saja ada plus minusnya. Secara jujur saja, selama hampir 3 bulan anak-anak kita berada di rumah pasti ada perasaan tertekan pada diri mereka. Keinginan untuk bersosialisasi menjadi kebutuhan yang luar bisa mereka butuhkan. Keharusan tinggal di rumah tanpa kegiatan yang jelas, apalagi saat ini sebagian sekolah sudah memasuki kegiatan evaluasi bukan sesuatu yang nyaman.
Di sisi lain, membiarkan mereka masuk sekolah lagi juga penuh dengan resiko. Walaupun telah disiapkan berbagai protokol kesehatan seperti apa yang dirilis dalam New Normal bukan jaminan mereka akan mematuhinya. Kita tahu sendiri bagaimana anak-anak kita, baik dari tingkat PAUD hingga SMA. Dan jika protokol tersebut dilanggar bukan tidak mungkin justru memperparah pandemi.
Akhirnya, kita hanya bisa berharap pandemi segera berakhir. Dan kita sebagai garda terdepan dalam menghambat penyebaran virus Corona mampu melaksanakan apa yang menjadi anjuran pemerintah. Sehingga semakin cepat pandemi berlalu, semakin cepat pula kita menyaksikan senyum lebar anak-anak kita kembali.
Magelang, 26 Mei 2020
#edisiberbagi
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Semoga keruwetan cepat reda
Benar benar dilema yah Pak. Semoga Rahman Allah tercurah. Sukses selalu dan barakallahu fiik
New normal, semoga semua memahami...
Inilah PR yang sangat berat. Terima kasih Bu kunjungannya.
Memang sangat fenomena memilih belajar Daring atau belajar di sekolah, klw saya boleh milih baiknya belajar d sekolah saja, jaga diri masing masing agar terhindar dari virus...sampai kapan rakyat bangsa ini harus diajar untuk disiplin, demi kesehatan diri disiplinkan diri
Memang sangat fenomena memilih belajar Daring atau belajar di sekolah, klw saya boleh milih baiknya belajar d sekolah saja, jaga diri masing masing agar terhindar dari virus...sampai kapan rakyat bangsa ini harus diajar untuk disiplin, demi kesehatan diri disiplinkan diri
Mau gimana lagi..serba membingungkan saat ini, anatar pendidikan dan kesehatan..mana yg duluan,..hanya saling mengerti, itu adalah solusi yg terbaik
ketakutan kita sama pak..anak anak masih belum displin nih..bisa memperparah pandemi..kita juga yg rugi..apik ulasannya
Semoga saja dg di berlakukan new normal ini, semua akan baik baik saja, Kita sama2 berdoa ya pak, walaupun akan terasa plus minusnya nanti dg kebijakan ini
Dilematis memang itu fakta yang kita, alami srkarang ini. Semoga Allah melindungi kita semuanya, Aamiin
Semoga semuanya bisa kembali normal..... salam literasi
Saya malah sedih lihat anak2 sepedaan, Pak.
Aamiinnn. Rindu mendengar suara celotehan anak-anak.disekolah.
Hmmm... New normal, mudah diucapkan. Tapi untuk pelaksanaan sepertinya akan tertatih tatih, Pak.Maaf kalau saya salah.
Betul sekali, jangan anak-anak orang dewasa saja berlomba-lomba melanggar. Terima kasih kunjungannya Bu.
Iya betul..pak
riskan ya
Sangat. Terima kasih kunjungannya.
Saya juga tertekan pak De.Super sekali artikelnya,sukses dan sehat selalu
Sangat disayangkan kalau masih moda daring. Mungkin antara guru dan murid baru tidak saling kenal jdnya, mereka cuma belajar lewar gawai. waduuuh gawat. Semoga corona cepat berlalu. amiiiin
Semoga keruwetan ini cepat berakhir
Semoga keruwetan ini cepat berakhir
Betul pak, semoga kebijakan yg diambil baik utk kita bersama
Semoga apapun kebijakan yang diambil, haruslah dengan pertimbangan yang matang demi kebaikan bersama.