Agus Siswanto

Alumni D 3 Pendidikan Sejarah IKIPN Yogyakarta tahun 1988, pernah mengajar di Baucau Timor Timur (1989 - 1999). Kini mengajar di SMAN 5 Magelang, hobby olah rag...

Selengkapnya
Navigasi Web

Sebuah Pemberontakan 1

Tak ada yang aneh saat Ita menuliskan pilihan jurusan yang akan diambil setelah lulus SMA. Lembar penjaringan mahasiswa baru tanpa tes yang dibagikan sekolah ada di depannya. Dengan mantap dipilihnya 3 perguruan tinggi dengan jurusan yang sama, PGSD. Bu Rita yang duduk di sampingnya tersenyum bangga melihat kemantapan pilhan putrinya. Sementara Pak Anto diam saja, matanya mencoba membaca wajah Ita dengan seksama.

“Sudah Pak,” kata Ita pendek.

“Kamu pilih ketiga-tiganya PGSD,” tanya Pak Anto.

Ita mengangguk pelan. Matanya mencoba lari dari tatapan tajam Pak Anto. Sementara Bu Rita masih tersenyum, kagum dengan kebulatan tekad Ita.

“Ya, Pak. Biar diterima, jika salah satunya gagal.” Sikap bicara Ita masih seperti tadi. Diam menyembunyikan wajahnya.

“Benar Nduk. Memang harus begitu. Paling tidak ada cadangannya,” kali ini Bu Rita berbicara perlahan.

Ita mengangguk pelan. “Bapakl Ibu, Ita masuk kamar ya?” kata Ita.

“Ya. Istirahatlah,” suara lembut Ayah menjawab permintaan Ita.

******

Tahun ini, tahun kedua Ita menempuh pendidikan di jurusan PGSD sebuah PTN ternama. IP nya masuk dalam kategori lumayan. Dibilang tinggi juga tidak, rendah pun tidak. Pokoknya standar.

“Pokoknya sekarang kamu pilih, kuliah atau mau jadi aktivis.” Terdengar suara Bu Rita meninggi di kamar.

“Kuliah Bu,” suara lirih sambil menahan tangis terdengar dari kamar depan.

“Kalau mau kuliah, fokus. Tinggalkan semua kegiatan yang tidak penting.”

“Tapi, itu penting bagi Ita, Bu.”

“Penting apa? Ibu lihat setiap kamu pulang ke rumah tidak pernah membawa buku-buku kampus. Malahan kamera yang kamu bawa kesana-kemari.”

Memang beberapa bulan belakangann ini, Ita selalu membawa kamera saat pulang ke rumah. Katanya kamera itu pinjaman dari salah seorang teman. Jarang sekali dia membuka buku-buku kuliah. Jika ada waktu senggang digunakannya untuk melakukan pemotretan di manapun. Hal inilah yang menimbulkan kemarahan Ibu.

“Tapi Ita tetap belajar Bu.” Ita mencoba membela diri.

“Belajar apa? Kalau cara belajarmu begini, kapan kamu mau cepat lulus?”

Ita hanya menunduk. Sesekali tangannya menyeka ujung hidung dan matanya yang penuh dengan air. Pikirannya melayang kembali saat dia harus mengisi formulir pemilihan jurusan ke PTN dua tahun yang lalu. Isian yang ditulisakan sebenarnya merupakan bentuk protesnya atas kemauan kedua orang tuanya. Nuraninya mengatakan bahwa dia tidak berminat untuk menjadi guru. Dia sadar tidak mempunyai kemampuan untuk itu. Namun ternyata pilihan tersebut justru menjadi sebuah kenyataan. Dia diterima di jurusan PGSD sebuah PTN ternama. Rasa senang kedua orang tuanya, berbanding terbalik dengan apa yanag dirasakannya. Dan ketika ibunya menanyakan apakah dia akan mengambil jurusan itu. Dengan berat hati Ita mengiyakan. Tak sanggup rasanya membuat ibunya kecewa.

Namun seiring dengan perjalanan waktu. Ternyata menjalani sesuatu yang tidak sesuai dengan kata hati sangat berat. Usahanya untuk mencoba menikmati situasi ini tetap tidak berhasil. Sehingga semuanya seakan berjalan tanpa ada kesan sama sekali, hanya mengalir tanpa ada jiwa di dalamnya.

Magelang, 17 Juli 2020

#edisilagiingincerita

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ita mencoba membuat orang tuanya bahagia...lanjut ceritanya pak agus.

17 Jul
Balas

Oke

18 Jul

Oke

18 Jul

Wow, cerpen yg keren Pak. Sukses selalu dan barakallahu fiik

17 Jul
Balas

Berat ya Pak... terima kasih sudah berbagi cerita.. salam semangat.

21 Jul
Balas

makin inspiratif dan semoga makin sukses

17 Jul
Balas

Terima kasih.

18 Jul

Mantab Pak Agus. Wah perjalanan hidup yang penuh kenangan luar biasa. Sukses selalu Bapak.

17 Jul
Balas

Terima kasih.

18 Jul

Terima kasih.

18 Jul

Terima kasih.

18 Jul

Menjalani sesuatu yang tidak disukai memang berat . Apakah berlaku dalam hal ini berlaku witing tresno jalaran seko kulino? Tetap semangat ya Ita Kisah yang inspiratif pak

17 Jul
Balas

Oke.

18 Jul

Oke.

18 Jul

Sama dengan anak saya pak De

17 Jul
Balas

Wah bener juga.

17 Jul

pengalaman ya???

18 Jul
Balas

Hmmm....

18 Jul



search

New Post