Tega Larane, Ora Tega Patine
Tega larane, ora tega patine, apaan tuh? Mungkin pertanyaan ini yang akan muncul dari Jaja Miharja jika mendengarnya.Sambil tidak lupa mengedipkan salah satu matanya.
Bagi rekan Gurusiana yang berasal dari Yogya dan Jawa Tengah, pasti tidak asing dengan ungkapan ini. Karena hal ini sering digunakan untuk mengungkapkan perasaan hati kita terhadap orang lain.
Di kampong kami, terdapat seorang warga yang termasuk kategori orang yang paling tidak disukai. Ibarat kata, jika ia tidak ada maka semua orang akan bersyukur. Namun manakala ia hadir justru menimbulkan permasalahan di tempat itu. Dapat dibayangkan betapa ia seakan-akan menjadi pendatang haram dalam komunitas kami.
Ketidaksukaan warga bukannya tanpa sebab. Sifatnya yang kikir, cara bicara yang sering menyakiti orang, sifat sosialnya yang rendah, suka menyombongkan apa yang dimilikinya dan lain-lain. Pokoknya hampir semua yang dilakukan tidak menyenangkan bagi warga. Sehingga tanpa dikomando, wargapun mengancam suatu ketika akan memberikan pelajaran.
Nah suatu ketika, saat yang dinantikanpun tiba. Bukannya kita bersyukur, saat itu ia tertimpa musibah karena istrinya meninggal. Kebetulan ia sedang di luar kota. Sehingga yang di rumah hanya 2 anaknya dan seorang pembantu. Padahal keberadaann istrinya adalah di rumah sakit besar di kota lain. Terbayang kerepotan apa yang akan ditimpa si tetangga tadi. Ia sendiri berada di Jawa Timur, membutuhkan waktu 10 jam untuk mencapai rumah duka.
Melihat situasi semacam ini, maka wargapun tidak tega melihatnya. Ancaman untuk memberikan pelajaranpun lenyap seketika. Akhirnya hati nuranilah yang muncul, sisi kemanusiaanpun muncul, dan segenap simpati maupun empati yang lain. Harapan di ujung semua itu.Semoga kejadian ini mampu mengubah sikap perilakunya selama ini. Orang Jawa mengatakan tega larane ora tega patine.
Waktupun berlalu setelah kejadian itu. Dan… tetangga tersebut tidak berubah sikap dan perilakunya. Waow…sungguh ter…la…lu….
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Na'udzubillah, semoga kita dijauhkan dari sifat2 yang demikian gih Pak. Salam sukses, sehat dan bahagia selalu
Ya bunda Noor.