Menulis Saat Tertidur
Membaca judul tulisan ini pasti Anda bertanya-tanya, masa sih bisa menulis saat tertidur? Saya memang sengaja membuat judul tulisan yang membuat pembaca penasaran. Tapi, ini benar-benar terjadi. Hanya saja, bukan saya yang tidur tapi anak saya.
Rumi Mustafa Mi'raj Sopian nama anak kami (saya dan istri). Usianya baru menginjak 16 bulan. Anda yang sudah punya anak, pasti tahu betapa aktifnya seorang anak di usia ini. Pun begitu dengan anak kami. Selama tersadar, dia tidak berhenti bergerak. Berjalan, berlari, dan memainkan semua benda yang ditemuinya.
Kondisi ini membuat kami harus ekstra memperhatikan si kecil. Lengah sedikit saja kadang bisa membahayakan. Sebagai pasangan muda yang baru dikarunia anak pertama, hal ini menghadirkan pengalaman baru. Apalagi, kami jauh dari saudara dan orang tua masing-masing. Sedikit banyak, mengurus anak balita tentu menguras banyak tenaga.
Kesibukan sebagai guru membuat saya tidak bisa ekstra menjaga dan menemani si kecil. Istrilah yang setiap hari siap siaga menjaganya. Saya membayangkan betapa kerepotannya istri melakukan segalanya sendiri saat saya bekerja. Kesadaran itu mendorong saya untuk tetap membantu meringankan aktivitas sehari-harinya sepulang bekerja.
Setiba di rumah, saya lah yang giliran menjaga anak. Saya sering menyuruh istri beristirahat untuk sekedar melemaskan otot-ototnya, dan menyegarkan kembali pikirannya. Sungguh, indahnya berbagi dan saling mengerti.
Menjaga anak kecil ternyata gampang-gampang susah. Butuh kesabaran dan perhatian khusus. Inilah yang membuat saya akhir-akhir ini merasa harus mengalah, menunda keinginan untuk menulis. Saya sadar, semuanya telah berubah, tak seperti dulu lagi saat membujang. Saya sudah menjadi seorang suami dan ayah. Saya tak sendiri lagi. Ada anak dan istri yang harus jadi prioritas atas waktu-waktu luang saya.
Meski begitu, menulis bagi saya merupakan candu. Sehari saja tak menulis, rasanya hampa. Selama Rumi belum tidur, saya tidak bisa melakukan aktifitas menulis di rumah. Sekalinya buka laptop, Rumi pasti mengacaukannya. Saya baru bisa menulis saat dia tidur. Walaupun jam tidurnya kadang tak teratur. Bahkan, sering dia tertidur saat waktu menunjukkan pukul 12 malam.
Pada saat itulah kesempatan datang untuk menulis. Sebagai manusia biasa, saya tak cukup kuat untuk menahan rasa kantuk. Kadang, hanya 1 jam saya mampu bertahan, paling lama 2 jam. Selebihnya tidur saja. Walaupun hanya sedikit yang bisa saya tulis, jika konsisten dilakukan, itu lebih baik.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar