Sebelum memasuki ruang bercat putih bersih, Pak buntut khawatir. Padahal beberapa peristiwa yang dilaluinya menandakan nasib baik sedang mendekat pada laki-laki berdahi lebar itu. Keberuntungan demi keberuntungan mengampiri lelaki yang sehari-hari mengajar di salah satu sekolah di kota P. Hal ini karena hampir semua murid yang pernah diajar oleh lelaki berkacamata minus itu kini menjadi orang. Ada yang menjadi polisi, jaksa, hakim, dan ada juga yang menjadi dokter.

Saat ada operasi kendaraan bermotor. Pak Buntut lupa membawa surat-surat kendaraan. Untung yang memeriksanya Selamet, muridnya. Yang kini jadi polisi lalu lintas. Selamet yang menjadi polisi itu membebaskannya dari surat tilang. Saat dapat kasus sidang kekerasan pada anak, lelaki berambut setengah putih itu pun beruntung. Waktu itu yang jadi jaksa adalah muridnya. Lelaki berkulit coklat itu hanya kena tuntutan satu tahun saja. Bahkan dia bebas murni karena ternyata hakimnya juga muridnya dulu. Mungkin semuakejadian itu karena kebaikan laki-laki bertubuh kurus itu. Tiap tahun dia selalu membantu murid-muridnya saat mengahadapi Ujian Nasional. Dengan curang tentunya.

“Sudah selesai, Pak. Hanya ini yang bisa saya lakukan buat balas budi ke Bapak,” kata lelaki berbaju putih itu sambil menyerahkan sebuah wadah berisi 3 buah gigi padanya.