Agus Sumarno, S.Pd.,MM.,M.Pd.

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
MAKNA FILOSOFI 'CECAK NGUNTAL CAGAK'   (82)

MAKNA FILOSOFI 'CECAK NGUNTAL CAGAK' (82)

Opini:

MAKNA FILOSOFI 'CECAK NGUNTAL CAGAK'

Oleh: Agus Sumarno, S.Pd.,MM.,M.Pd.

Orang Jawa kaya dengan kata petuah leluhur. Kata petuah itu turun-temurun seperti cerita lisan (folk). Banyak yang meyakini kata petuah itu sebagai bentuk ajaran atau norma yang dipegang teguh.

Istilah petuah, pepatah, dan peribahasa memiliki kesamaan makna. Peribahasa adalah ungkapan berisi makna tersirat yang dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca karena hidup dalam suatu lingkup budaya yang sama.

Secara umum petuah Jawa berisi nasihat. Nasihat itu dijadikan landasan pokok dalam menjalin hubungan antar sesama, keteguhan, memberikan gambaran dari tingkah laku sehari-hari. Seseorang harus memiliki harga diri yang tinggi, tegas, tangguh, setia pada keyakinan, dan taat asas.

Petuah identik dengan ajaran tata krama yang dipegang teguh sebagai 'unggah-ungguh'. Petuah Jawa mengandung nilai-nilai tuntunan tingkah laku.

Pepatah merupakan peribahasa yang mengandung nasihat atau ajaran, yang biasanya diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Peribahasa tak hanya bisa dibuat dengan bahasa Indonesia saja, namun juga bisa dibuat dengan bahasa daerah, salah satunya yakni bahasa Jawa.

Masyarakat Jawa contohnya, memiliki beragam peribahasa yang mengandung makna kehidupan. Dalam bahasa Jawa, peribahasa disebut dengan paribasan.

Anda bisa menggunakan bahasa Jawa untuk dijadikan peribahasa atau pepatah. Bahasanya yang singkat namun bermakna. Pepatah Jawa masih digunakan hingga saat ini. Ada yang menggunakan pepatah Jawa sebagai bahan introspeksi diri hingga sindiran. Jika memahaminya dengan baik, pepatah Jawa ini banyak mengajarkan tentang kehidupan.

Contohnya, ada pepatah Jawa mengatakan: "Anak polah bapa kepradah." Tingkah laku anak mempunyai imbas bagi orang tua. Tingkah laku anak yang buruk maka orang tua ikut terdampak buruk. Begitu pula sebaliknya, jika perilaku anak baik, orang tua pun akan ikut terdampak baik.

CECAK NGUNTAL CAGAK

Kata petuah Jawa ini mengandung pitutur bahwa keinginan terlampau besar yang tidak selaras dengan kemampuan. Hal ini dapat juga diartikan: besar pasak daripada tiang.

Setiap orang tentu memiliki keinginan atau cita-cita. Keinginan harus diwujudkan dengan bekerja keras. Tak ada keinginan yang tercapai dengan cara bermalas-malasan.

Leluhur orang Jawa juga mengajarkan, untuk meraih keinginan tak boleh menghalalkan segala cara. Istilahnya "sak madya", sesuai kekuatan dan kemampuan masing-masing.

Jika orang bernafsu dan ambisius dengan meninggalkan norma-norma, apa yang didapatkan tak akan berkah. Keberkahan itu penting bagi orang Jawa demi meraih kebahagiaan.

Makna filosofi "Cecak nguntal cagak" adalah keinginan seseorang harus sesuai kemampuan. Jangan bermimpi menjadi guru kalau Anda tidak sekolah bidang pendidikan dan keguruan.

Untuk mewujudkan mimpi, orang diwajibkan berusaha melalui jalur yang benar. Usaha itu berjalan setahap demi setahap. Tidak bisa tiba-tiba jatuh dari langit.

***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap ulasannya keren

04 Oct
Balas



search

New Post