Agus Suryadi, SDN Rengasdengklok Ut

Masih belajar menulis dan merangaki kata....

Selengkapnya
Navigasi Web
KUE AJAIB ... (Dongeng Anak]

KUE AJAIB ... (Dongeng Anak]

BELAJAR BIKIN DONGENG ANAK

KUE AJAIB

Kurcaci Wawa dan kurcaci Wowo adalah dua sekawan yang sudah bersahabat sejak kecil. Mereka sudah seperti saudara kembar. Yang membedakan mereka berdua hanya kebiasaannya saja. Wawa sulit sekali jika di suruh makan. Sebaliknya, Wowo sangat rakus.

Hari ini mereka berdua berdandan sangat rapi. Memakai baju terbaik yang mereka miliki. Rambut mereka tertata dengan bagus. Memakai minyak wangi serta sepatu tali yang baru mereka beli minggu kemarin.

Rencananya, sore ini mereka akan memenuhi undangan peri Aliyah. Ya, hari ini peri Aliyah akan mengadakan pesta kebun sekaligus merayakan hari ulang tahunnya. Karena itulah Wawa dan Wowo berdandan sangat rapi. Mereka berdua tidak mau mengecewakan peri Aliyah.

“Wah ... aku sudah membayangkan akan banyak sekali makanan yang di hidangkan di pesta nanti. Apalagi kue-kue renyah dan lezat. Hmmmm ... aku sudah tidak sabar lagi pergi ke pesta peri Aliyah,” guman Wowo dalam hatinya. Di dalam pikirannya hanya ada makanan.

Setelah selesai mematut diri di depan cermin, mereka pergi ke pesta peri Aliyah.

“Ramai sekali ya? Undangan yang hadir sangat banyak! Apalagi kue-kue yang dihidangkan tampak lezat ... aku sudah tidak sabar menikmatinya,” kata Wowo setengah berteriak. Mulutnya hampir menempel di telinga Wawa.

Suara Wowo hampir kalah oleh suara musik yang ada di pesta itu.

“Hus! Kamu harus sabar, peraturan di sini sudah sangat jelas. Kita boleh memakan kue atau hidangan pesta jika peri Aliyah sudah selesai meniup lilin,” kata Wawa mengingatkan Wowo.

Tapi sepertinya Wowo sudah tidak tahan. Sikap rakusnya mulai muncul. Wowo menyelinap ke balik panggung pesta. Di belakang panggung Wowo mengeluarkan beberapa kue yang ia ambil dari meja yang terdapat di ruang pesta. Wowo memakannya denga lahap.

Hap! ... nyem ... nyem .. nyem ....

“Enak sekali kue-kue ini. tapi sayang ... kenapa aku hanya mengambil beberapa potong saja?” kata Wowo dalam hatinya. Lidahnya menjilat-jilat ujung bibirnya.

Wowo kembali ke ruangan pesta, seolah tidak terjadi apa-apa.

“Kamu dari mana Wo?” tanya Wawa. Matanya menatap Wowo penuh selidik.

“Mmmm ... aku dari kamar mandi. Maaf tidak memberitahu sebelumnya. Memangnya kenapa?” Wowo balik bertanya.

“Ah, tidak ada apa-apa. Sebentar lagi pestanya akan di mulai. Lihat saja, peri Aliyah sudah ada di atas panggung,” kata Wawa.

“Oh, begitu ya? Aku sudah tidak sabar untuk melihat Peri Aliyah meniup lilin. Aku ingin merasakan kue yang lezat,” kata Wowo.

Padahal sebenarnya Wowo sudah terlebih dahulu memakan kue-kue yang dihidangkan di tempat pesta.

“Wowo? Sepertinya aku melihat ada yang aneh dengan warna kulitmu? Hiy ....” kata Wawa setengah berteriak. Sambil menjauh dari Wowo.

Suara teriakan Wawa terdengar oleh tamu undangan. Mata mereka serempak memandang ke arah Wowo. Sementara Wowo hanya terdiam. Dia tidak sadar apa yang terjadi dengan warna kulitnya.

“Ada apa memang dengan kulitku? Ada yang aneh?” tanya Wowo heran.

Matanya langsung melihat ke arah tangannya. Betapa kagetnya Wowo ketika melihat kulit tangannya berubah menjadi hitam legam.

“Astaga! Apa yang telah terjadi dengan kulitku? Oh ... tidak! Adakah yang bisa membantu untuk mengembalikan warna kulitku menjadi semula?” pinta Wowo dengan wajah memelas. Air matanya mulai menetes.

“Sebenarnya, apa yang telah kamu lakukan Wowo?” tanya Wawa kepada sahabat karibnya itu.

“Aku tidak melakukan apa-apa. Sungguh aku tidak bohong!” kata Wowo. Matanya terus memperhatikan warna kulitnya.

Anehnya, setelah selesai berkata seperti itu, kulit Wowo malah bertambah hitam! Sangat hitam! Yang terlihat hanya gigi dan warna putih pada matanya saja. Semua tamu sangat kaget dan heran.

Wowo benar-benar ketakutan!

“Kalian semua tenang teman-teman. Kalian jangan cemas. Wowo akan baik-baik saja. Percaya saja padaku,” kata peri Aliyah dari atas panggung.

Semua tatapan mata undangan kepada peri Aliyah. Peri Aliyah tersenyum. Matanya menatap ke arah Wowo yang terlihat sangat ketakutan.

“Apa yang telah kamu lakukan dengan kue-kue yang aku hidangkan, Wo? Kamu sudah mencurinya?” tanya peri Aliyah.

“Mmm ... eh, eee ... aku ... aku hanya mencicpinya saja kok. Tidak banyak, hanya lima buah,” jawab Wowo. Matanya tidak berani memandang ke arah peri.

Tiba-tiba tubuh Wowo bertambah hitam lagi. Jadi lebih hitam!

“Aw ... ampun!” kata Wowo berteriak.

“Betul hanya lima? Itu yang ada di kantong baju? Apa?” tanya peri lagi sambil tersenyum.

“Eehh ... ee .. ini yang di kantong baju ... ada lima kue,” Wowo tampak malu menyebutkan benda yang ada di dalam kantong bajunya.

“Padahal, jika kamu mau bersabar dan tidak rakus seperti itu, kejadian ini tidak akan menimpa dirimu, Wo. Kamu sudah bersikap rakus dan tidak jujur. Sebenarnya kue-kue yang kamu makan adalah kue ajaib pemberian dari sahabatku dari Negeri Sihir,” kata peri Aliyah.

“Lalu? Apa yang terjadi dengan kulitku?” tanya Wowo heran.

“Siapa saja yang berani mencuri kue itu, maka kulitnya akan menjadi hitam! Dan jika dia tidak mengakuinya, maka kulitnya akan bertambah hitam!” kata peri Aliyah lagi.

“Apakah kulit Wowo bisa berubah kembali seperti semula?” tanya Wawa, ia sangat khawatir dengan musibah yang menimpa sahabatnya.

“Tenang saja. Semua akan berubah menjadi seperti semula, dengan syarat, Wowo mau berkata jujur dan tidak akan mengulangi perbuatannya lagi,” kata peri Aliyah. Mata kirinya berkedip ke arah Wawa.

“Aku minta maaf. Aku menyesal telah rakus dan mencuri kue-kue itu. Aku berjanji di hadapan kalian semua, tidak akan mengulanginya lagi,” kata Wowo dengan penuh penyesalan.

Setelah mengucapkan kata-kata maaf, seketika kulit Wowo kembali seperti semula. Wowo sangat bahagia, begitu juga dengan sahabatnya, Wawa.

Semua tamu undangan bertepuk tangan peri Aliyah terlihat senang dengan warna kulit Wowo yang sudah tidak hitam lagi.

“Ayo teman-teman ... kita mulai pestanya,” teriak peri Aliyah.

Setelah meniup lilin, semua undangan memakan kue yang dihidangkan. Wowo terlihat malu-malu. Ia takut jika kulitnya akan berubah lagi jika memakan kue.

“Asal kamu tidak rakus dan berlebihan saja ... ayo makan!” kata Wawa, sahabatnya.

Wowo tersenyum.

Semua bergembira ...

Selesai

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post