Agus Suryadi, SDN Rengasdengklok Ut

Masih belajar menulis dan merangaki kata....

Selengkapnya
Navigasi Web
LETY, PENY DAN BONEKA SAWAH

LETY, PENY DAN BONEKA SAWAH

LETY, PENY DAN BONEKA SAWAH

Senja mulai menepi. Sebentar lagi malam mulai datang. Lety dan Peny, si burung pipit kecil mulai pulang setelah seharian pergi mencari makan. Mereka hinggap di ranting pohon randu, dekat sawah Pak Uci.

“Uh, lumayan pegal sayapku. Sekarang, untuk mencari makan saja kita harus terbang jauh. Padahal di depan tempat tinggal kita juga terhampar sawah yang luas milik Pak Uci,” kata Lety, sambil mengepakkan sayap kecilnya. Sekedar mengusir pegal.

“Iya, semenjak sawah Pak Uci ada yang menjaga, aku jadi takut. Hiyy! tampangnya saja seram. Matanya besar! Bajunya compang-camping. Aku benar-benar takut!” kata Peny. Matanya menatap ke arah sawah Pak Uci.

Memang, sudah beberapa hari ini sawah Pak Uci dijaga oleh boneka sawah yang lumayan besar. Terpasang tepat di tengah sawah. Boneka sawah lengkap dengan gantungan kaleng dan botol bekas yang diikat tali dan terbentang ke gubuk yang berada di pinggir sawah. Jika tali itu ditarik, maka akan terdengar bunyi klontang! ... klontang! ... klontang! Itulah sebabnya, Lety dan Peny lebih suka mencari makanan di tempat lain. Mereka sangat takut dengan boneka sawah milik Pak Uci.

“Tidur yuk? hari sudah mulai malam. Aku sangat lelah,” kata Lety. Matanya sudah mulai sayu menahan kantuk.

“Iya ... aku juga ngantuk. Lebih baik kita tidur, mudah-mudahan bisa mimpi indah,” Peny tersenyum.

Akhirnya mereka bedua mulai tertidur lelap. Angin malam yang sejuk dan suasana hening membuat tidur mereka begitu lelap.

“Hey ... Lety, bangun ....” bisik Peny.

Sayap mungilnya menggoyang-goyangkan tubuh Lety.

“Uh, ada apa kamu membangunkan aku, Peny? Kamu tidak tahu kalau aku sedang mimpi indah ya?” kata Lety sambil mengucek-ngucek matanya.

“Ssttt ... maaf jika aku mengganggu tidurmu. Coba dengar, sepertinya aku mendengar ada yang menangis. Siapa ya?” bisik Peny. Matanya mencari-cari arah suara.

Lety terdiam. Lety memasang telinganya. Benar saja, Ia mendengar ada suara tangis. Matanya mencari-cari sumber suara.

“Ya, betul ... itu memang suara tangis. Ayo kita cari, Peny. Ayo bangun!” Lety dan Peny terbang di remang malam. Untung saja rembulan bersinar terang, jadi Lety dan Peny bisa leluasa melihat sekeliling.

Lety dan Peny menemukan sumber suara. Suara itu berasal dari tangis boneka sawah milik Pak Uci.

“Huuu ... uuu huuu ... uuuu ....”

Air mata boneka sawah menetes. Matanya sembab. Tidak tampak wajah sangar dengan mata yang melotot seperti yang Lety dan Peny lihat setiap hari. Yang ada hanya wajah sedih.

“Itu suara boneka sawah. Kita pulang saja ah! Aku takut!” kata Lety. Wajahnya terlihat ragu-ragu untuk mendekat.

“Jangan! Lebih baik kita mendekat. Sepertinya dia benar-benar sedih. Ayo, kita hampiri dia,” kata Peny.

Akhirnya Peny dan Lety terbang mendekat ke arah boneka sawah. “Mmmm ... mengapa kamu menangis?” tanya Peny.

Boneka sawah terlihat kaget dengan kedatangan Peny dan Lety. “Oh ... kalian. Maaf jika tangisku mengganggu tidur kalian,” kata boneka sawah. Dia berusaha menyembunyikan wajahnya.

“Bolehkah kami hinggap di pundakmu, kawan?” pinta Peny.

“Tentu saja boleh! Ayo ... sini, hinggaplah di pundakku,” kata boneka sawah lagi.

Peny dan Lety hinggap di pundak boneka sawah. Sebenarnya mereka agak sedikit takut, tapi ketika melihat kesedihan yang tampak di wajah boneka sawah, mereka jadi berani hinggap.

“Boleh aku bertanya kawan, mengapa kamu tampak begitu sedih?” tanya Peny lagi.

“Aku ... aku ... mmm ...,” boneka sawah tidak menyelesaikan perkataannya. Boneka sawah terlihat ragu-ragu untuk menjawab pertanyaan Peny.

“Kamu kenapa? Ayo jawab saja. Siapa tahu kami bisa membantumu,” tanya Lety. Matanya menatap wajah boneka sawah.

“Jujur saja teman-teman, aku ... aku begitu kesepian. Setiap malam aku sendirian. Tidak ada teman untuk berbicara atau bercanda. Jika siang hari aku selalu di jauhi oleh kalian. Sepertinya aku adalah makhluk yang sangat menakutkan! Aku lelah, capek dan kesepian. Aku juga ingin punya sahabat,” kata boneka sawah. Wajahnya menunduk sedih.

Peny dan Lety terdiam. Mereka bisa merasakan kesedihan yang dialami oleh boneka sawah.

“Oh, itu masalahnya. Memang betul, kami sangat takut dengan tampangmu yang ... mmm ... maaf ya, seram dan menakutkan,” kata Peny pelan.

“Huss! Sebenarnya kamu tidak menakutkan, tapi kaleng-kaleng itu yang membuat kami takut,” kata Lety. Matanya mengedip ke arah Peny.

Lety takut perkataan peny menyinggung perasaan boneka sawah.

“Memang wajahku menakutkan, aku mengakuinya. Tapi apakah itu berarti aku tidak boleh mempunyai teman?” kata boneka sawah. Matanya mulai berkaca-kaca.

“Jangan khawatir, jika memang kamu ingin punya sahabat ... kami mau kok menjadi sahabatmu. Bukan begitu peny?” tanya Lety. Matanya melirik ke arah Peny.

“Ya, aku juga mau kok jadi sahabatmu,” Peny tersenyum.

“Benarkah? Kalian mau menjadi sahabatku? Oh ... terima kasih ya teman-teman. Aku benar-benar merasa senang,” kata boneka sawah. Bibirnya tersenyum bahagia.

“Yap! Mulai sekarang, kita menjadi sahabat,” kata Peny.

“Terima kasih ya, kalian begitu baik hati. Sebagai tanda terima kasihku, Kalian boleh tidur di atas pundakku, atau di dalam bajuku yang penuh dengan jerami. Supaya lebih hangat!” kata boneka sawah sambil tersenyum.

“Wah! Asik dong. Kita punya tempat tidur hangat!” kata Peny bahagia.

“Ayo ... kalian masuk ke dalam bajuku. Malam semakin larut, udara sudah mulai dingin. Aku takut kalian nanti sakit,” kata boneka sawah.

“Baiklah, kami masuk dulu ya. Selamat malam sahabat baruku, selamat tidur,” ucap Peny dan Lety. Mereka terbang dan menyelusup di sela-sela baju boneka sawah.

“Ssstt ... kamu yakin jika boneka sawah tidak akan mencelakai kita, Peny?” bisik Lety ragu.

“Hus! Kita tidak boleh berprasangka buruk dulu. Kita juga tidak boleh menilai sesuatu dari luarnya saja. Belum tentu orang yang kelihatan jahat, mempunyai hati yang jahat pula. Aku yakin jika boneka sawah akan menjadi sahabat baik kita. Mempunyai sahabat yang banyak berarti kita mempunyai banyak saudara. Sudah, sebaiknya kita tidur saja,” kata Lety. Matanya mulai terpejam.

Malam semakin larut. Lety,Peny dan sahabat baru mereka tertidur lelap. Ada senyum yang tampak jelas di wajah boneka sawah. Senyum bahagia karena mulai malam ini tidak akan kesepian lagi.

Selesai.

15 Juli 2015

Top of Form

Suka · Komentari · Bagikan

Bottom of Form

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Versi lain ya, yg kemaren orang sawah terjatuh

04 Jun
Balas

Keren ceritanya pak..

04 Jun
Balas

Keren, mencari teman mengusir kesepian

04 Jun
Balas

Keren pak, sukses selalu buat bapak aamiin

03 Jun
Balas



search

New Post