Agus Suryadi, SDN Rengasdengklok Ut

Masih belajar menulis dan merangaki kata....

Selengkapnya
Navigasi Web
MERAK YANG SOMBONG (DONGENG ANAK)

MERAK YANG SOMBONG (DONGENG ANAK)

Pagi mulai menyapa di hutan lebat nan subur. Binatang-binatang riang menyambut embun yang mulai membasahi daun. Suara kicau burung terdengar saling bersahutan. Geliat kehidupan mulai terasa kembali setelah malam melenyepkan sementara keriangan.

Di atas dahan burung Nuri dan burung Gagak sedang asik bercengkrama. Mereka adalah sahabat yang sangat akrab. Ketika mereka sedang asik bercengkrama, tiba-tiba datang burung Merak yang terkenal angkuh dan sombong. Dengan berjalan mendongakan kepala dan memamerkan keindahan bulu-bulunya yang berwarna-warni. Lalu Merak berhenti di bawah tempat Nuri dan Gagak hinggap.

“Halo kawan, selamat pagi ... senang bertemu dengan kalian,” kata Merak dengan tersenyum.

“Halo juga Merak. Kabar kami baik, sepertinya kamu sedang bahagia hari ini. benarkah begitu?” tanya Nuri.

“Tentu saja aku selalu bahagia. Aku mempunyai bulu-bulu yang indah dan cemerlang. Tidak ada alasan untuk aku tidak bahagia. Memangnya si Gagak,” kata Merak. Matanya menatap burung Gagak.

“Lho? ... memangnya ada apa dengan aku Merak?” tanya Gagak heran. Matanya menatap Merak dengan penuh heran.

“Ah ... aku tidak perlu panjang lebar menjelaskannya untukmu, Gagak. Kamu kan burung yang paling tidak beruntung. Bulumu hitam legam, nyaris tidak punya warna dan sangat tidak menarik. Beda sekali dengan aku yang sangat cantik jelita dan mempesona. Lihat warna-warna yang ada di buluku. Hampir semua warna ada. Bukankah begitu Nuri?” kata Merak penuh dengan kesombongan.

Merak terus memamerkan bulu-bulunya yang memang indah. Sementara Nuri hanya geleng-geleng kepala. Dan Gagak, Gagak hanya bisa tersenyum kecut. Gagak sudah terbiasa dengan hinaan Merak.

“Kamu tidak boleh berkata seperti itu Merak. Tidak baik. perkataanmu sudah membuat Gagak tersinggung. Bagaimanapun juga, Gagak adalah teman kita juga,” kata Nuri menasihati Merak.

Tetapi Merak sepertinya tidak sedikitpun merasa bersalah dengan perkataannya. Merak malah tertawa dan berlalu begitu saja.

“Hahahaa ... memangnya itu kenyataannya kok. Gagak burung terjelek yang pernah aku temui, apalagi Gagak adalah burung jorok yang suka memakan bangkai! Hiy ... bau!” kata Merak. Lalu pergi dari hadapan Nuri dan Gagak.

“Aku mau pergi dulu, aku mau mandi dan mencuci bulu-bulu indahku. Dan kamu Gagak, sepertinya kamu tidak pernah mandi ya? Hahaha” kata merak, matanya melirik penuh hinaan.

“Sabar ya Gagak. Tidak usah diambil hati perkataan Merak yang sangat sombong itu. Suatu saat nanti, pasti ia akan menyesali perkataannya itu,” kata Nuri. Matanya menatap burung Gagak.

“Oh, aku tidak apa-apa kok. Memang aku mengakui jika aku adalah burung hitam legam dan suka memakan bangkai. Tenang saja ... walau bagaimanapun sombongnya, Merak tetap sahabat aku juga,” kata Gagak. Bibirnya tersenyum.

Dua sahabat, Gagak dan Nuri terus terbang tinggi, mereka berdua pergi untuk mencari makan.

Hari demi hari dan bulan demi bulan berlalu. Musim berganti begitu cepat. Dan saatnya musim kemarau tiba.

Sungai-sungai mulai mengering. Daun-daun mulai berguguran. Buah-buahan dan biji-bijian sebagai makanan pokok para burung dan binatang lainnya mulai berkurang dan nyaris habis. Kalaupun ada, jauh di atas pohon yang tinggi.

Binatang-binatang penghuni hutan mulai kelaparan dan kehausan. Satu-persatu burung-burung pergi meninggalkan hutan untuk mencari makanan. Malah mereka yang tidak sanggup bertahan mati begitu saja.

Tapi tidak untuk Gagak. Ia sama sekali tidak bermasalah dengan musim kemarau ini. malah banyak makanan tersedia untuknya. Banyak bangkai yang menjadi sumber makanannya. Untuk minumpun ia bisa mencari dengan mudah karena bisa terbang tinggi.

Tapi untuk Merak, ini sungguh sangat menyiksa! Bulu-bulunya yang indah mulai kusam dan rontok karena terkena sengatan sinar matahari terus menerus. Badannya mulai kurus. Merak terlihat sangat kusam dan jelek! Beda sekali dengan dulu.

“Hai Merak, apa kabar? Senang bisa bertemu denganmu. Kelihatannya kamu agak kurang sehat ya? Tubuhmu kurus dan bulu-bulumu sangat kusam dan kotor? Atau jangan-jangan kamu tidak pernah mandi ya?” kata Gagak sambil tersenyum.

Gagak hinggap di dahan pohon. Matanya menatap Merak yang terus menunduk.terlihat sekali ia sangat malu.

“Ada yang bisa aku bantu Merak? Jangan sungkan. Aku siap membantumu. Kamu pasti lapar ya? Aku tahu jika kamu tidak bisa terbang tinggi. Padahal biji-bijian dan buah-buahan hanya tersedia di pohon yang tinggi saja. Tunggu sebentar ya, aku akan ambilkan buah dan biji-bijinan untukmu,” kata Gagak. Lalu terbang tinggi ke atas pohon.

“Ini untukmu. Makanlah. Aku tahu jika kamu sangat kelaparan. Oh iya, kamu juga haus ya? Sebentar, aku akan mencari air untukmu. Tapi cukup untuk minum saja, kalau untuk mandi dan mencuci bulu-bulu yang katanya indah, tidak akan cukup. Kamu tunggu di sini ya, jangan pergi jauh-jauh. Sebentar juga aku datang kembali,” kata Gagak. Lalu terbang tinggi untuk mencari air.

Merak hanya terdiam. Di hadapannya ada biji dan buah-buahan segar. Segera ia memakannya. Lahap sekali. Tidak lama biji dan buah-buahan habis dimakannya. Maklum saja, sudah berhari-hari Merak tidak makan.

Oh, maafkan aku Gagak. Dulu aku sering menghina dirimu. Tapi sekarang engkau malah menolong aku dikala aku benar-benar sedang kesusahan. Aku memang teman yang sangat tidak berguna. Sekali lagi maaf-kan aku Gagak. Aku sangat menyesal. Kata Merak di dalam hatinya.

Merak pergi meninggalkan tempat itu. Ia malu bertemu kembali dengan Gagak. Kesombongan Merak telah berbuah rasa malu yang sangat dalam. Ia benar-benar telah meyesali perbuatannya.

Di atas tempat Merak berdiri, Nuri hanya tersenyum. Ia melihat kejadian tadi. Nuri sengaja bersembunyi, ia takut Merak akan bertambah malu jika melihat kehadirannya.

Tidak lama, gagak datang dengan membawa air yang ia simpan dipincukan daun keladi. Ia kaget ketika tidak melihat Merak di tempatnya.

Yang ia temui malah Nuri sahabatnya.

“Merak telah pergi jauh. Ia meminta maaf kepadamu karena telah menghina dirimu,” kata Nuri sambil tersenyum.”

“Sejak awal aku telah memaafkan Merak,” kata Gagak sambil tersenyum.

Lalu Nuri dan Gagak terbang tinggi. Mencari Merak yang mungkin sudah pergi jauh meninggalkan mereka berdua.

--kita tidak boleh menilai seseorang dari penampilannya—

Rengasdengklok-04-07-2015

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

terimakasih, bunda Siti Ropiah ..

20 Oct
Balas

Merak yg cantik secantik ceritanya. Barakallah

20 Oct
Balas



search

New Post