Agus Suryadi

Anak bawang...

Selengkapnya
Navigasi Web

BANGSAL

Berjalan disaat gerimis tipis, berteman angin yang berembus lembut. Gelap yang menyergap menambah sepi menjadi semakin menakutkan.

Basah mendekap erat, gigil dan gemeretuk gigi menjadi kesatuan yang utuh!

Bergegas aku mencari tempat berteduh. Hampir satu kilo melewati jalan sepi dengan ditemani motor yang tiba-tiba saja mogok karena kehausan.

"Sial!" Kataku dalam hati.

Aku merogoh saku celana. "Duh Gusti! Lengkap sudah penderitaanku malam ini," batinku.

Telepon genggam basah. Sinyal yang tak bersahabat membuat alat komunikasi itu mati suri.

Aku melirik jam tangan dengan ujung mata. Jarum pendek menunjuk ke angka sebalas lewat jauh. Itu artinya sebentar lagi tengah malam.

Tiba pada halaman toko yang terang. Ada dua orang lelaki paruh baya yang juga sedang menunggu gerimis reda. Aku tersenyum, kedua lelaki itu membalas dengan anggukan kepala.

"Baru pulang, Mas?" Tanya lelaki berperawakan tegap. Matanya menatap tepat di kelopak mataku.

"Oh, iya ... kebetulan motor mogok dan HP error," jawabku spontan.

"Begitu? Wah, jam segini bengkel sudah tidak ada yang buka. Mas, pulangnya ke daerah apa?" Tanyanya lagi.

Aku menarik nafas panjang. Jujur saja, aku sedikit merasa tenang. Karena ada teman yang bisa mengusir rasa dingin di samping rasa kesal karena motor yang tiba-tiba saja mogok.

"Saya mau pulang ke daerah Waru, masih jauh dari sini. Mungkin sekira duapuluh kilo." Jawabku singkat.

"Mungkin saya bisa membantu," lelaki yang lebih kurus mendekat padaku.

Jujur saja, aku tidak menaruh rasa curiga sedikitpun. Yang ada malah merasa terbantu.

"Rokok, Mas?. Untuk mengusir dingin." Lelaki yang berperawakan dingin menyodorkan bungkus rokok.

Dengan sigap aku reflek mengambilnya. Lalu menyalakan korek api dan menyulutkannya pada rokok yang telah menempel di bibir.

#####

Aku bangun dari tidurku. Semua serba putih. Istri tercinta tersenyum dan menghapus air matanya.

"Alhamdulillah, Ayah sudah sadar," katanya lembut.

"Ayah ... kenapa, Bu?" Tanyaku dengan sedikit bingung. Tangan kanan menempel infusan.

"Lima hari Ayah tak sadar karena obat bius. Untung saja nyawa Ayah masih tertolong." Istriku menekan bel yang terpasang di atas bangsal rumah sakit. Tidak lama kemudian suster datang.

Sekuat tenaga aku mengingat-ingat kejadian lima hari yang lalu, seperti yang tadi diucapkan oleh istriku tercinta.

Rdk/25/03/19

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Disini rupanya. Ah. Wkwkwkwk Agus Suryadi KIRA'IN Gugun. Wkwkwkwk Mantap ahhh

07 Dec
Balas



search

New Post