Agus Suryadi

Anak bawang...

Selengkapnya
Navigasi Web
Cerita Bersambung DUNIA DI BALIK TIRAI Bagian II

Cerita Bersambung DUNIA DI BALIK TIRAI Bagian II

PERTEMUAN PERTAMA

Sudah hampir jam dua belas siang.

Saatnya anak-anak pulang. Tugas yang aku berikan sepertinya sudah selesai mereka kerjakan. Sekedar untuk lebih mengenal mereka, aku mengabsen mereka satu persatu untuk melihat dan menilai hasil catatan mereka.

Tibalah pada nama Laisa salsabila Putri.

“Laisa, maju ke depan, bawa bukumu ya?” perintahku pada Laisa.

Aku memasang senyum semanis mungkin.

“Hihi ... ni .. ni ... “ suara Laisa diiringi tawa kecil. Tangannya mengangkat buku catatan tinggi-tinggi di atas kepalanya.

“Iya, bawa bukumu ke depan, bapak mau lihat hasil catatanmu,” mataku penuh menatap ke arah Laisa.

“Pak Guru! Laisa tidak bisa menulis! Apalagi membaca. Kata Bu Dina, Laisa Cuma anak bawang aja. Paling juga tulisannya kayak benang kusut,” kata Rika, teman sebangku Laisa. Matanya menatap ke arahku. Senyummnya yang manis khas anak-anak menghiasi pipinya ang bulat.

Hampir satu kelas mentertawakan Laisa.

Aku berusaha menenangkan suasana. Kulihat Laisa ikut tertawa, sepertinya dia tidak mengerti tentang tawa teman-temannya.

“Anak-anak ... sudah! Kalian jangan mentertawakan Laisa. Kasihan Dia. Laisa? Kenapa kamu malah tersenyum?” tanyaku. Laisa tetap tersenyum. Ada lesung pipit yang tercipta di pipinya yang kenyal.

“Hi .. hi ... ni? ... ni?” kata Laisa. Tangannya memegang buku catatan. Ia berusaha untuk keluar dari tempat duduknya. Setelah berhasil keluar, Laisa berlari ke arahku.

“Mana catatannya, Bapak ingin lihat,” aku mengambil buku di tangan Laisa.

“Tulisanmu seperti benang kusut,” kataku sambil tersenyum.

Entahlah, apakah Laisa mengerti dengan apa yang aku katakan. Tapi yang aku tangkap adalah, Laisa gembira dengan hanya menulis seperti itu saja. Itu tergambar jelas dari cara dia menggoyang-goyangkan tubuhnya.

“Pak Guru, tulisan Laisa aneh ya? Hahahahahaha ...“ kata anak yang duduk di barisan paling belakang disusul gelak tawa anak lainnya.

Laisa terdiam. Sepertinya dia tahu jika teman-temannya sedang mengejek dirinya. Wajah Laisa tertunduk.

“Ba ... ba ... gus?” kata Laisa. Wajahnya masih menunduk. Keluar kata-kata halus dari mulutnya. Nyaris tak terdengar. Aku mengerti apa yang sebenarnya hendak Laisa ucapkan. Buru-buru aku menjawab pertayaan Laisa.

“Ya, tulisanmu bagus Laisa. Tetapi sepertinya ini tidak mirip dengan tulisan, mungkin ini lebih mirip dengan lukisan,” jawabku. Laisa tersenyum.

“Ba ...gus? ba ... gus?” kembali Laisa mengucapkan kata itu. Matanya berbinar. Dengan sigap Laisa membalikkan badannya dan berlari kembali ke tempat duduknya.

Tidak lama kemudian bel tanda pembelajaran berbunyi. Setelah berdoa dan memberi sallam, anak-anak berebut keluar kelas.

******

Anak-anak kelas tiga hampir semua telah meninggalkan ruangan. Tinggal dua anak yang masih menunggu di depan kelas. Aku kira, mereka sedang menunggu jemputan.

Sengaja aku tidak buru-buru pulang, ingin mengecek administrasi dan kelengkapan kelas yang baru.

Suasana kelas mulai sepi. Mungkin anak-anak telah pulang semua, dan dua anak terakhir yang tadi masih berdiri di depan kelaspun sudah tak terlihat lagi.

Aku beranjak dari tempat duduk, hanya ingin memastikan jika tidak ada lagi anak yang masih menunggu jemputan.

Mataku tertuju pada anak perempuan cantik yang berdiri di depan kelas tiga. Segera aku menghampirinya, dan ternyata itu adalah Laisa.

“Laisa? Kamu belum pulang?” tanyaku pada Laisa.

“Na .. na ... bu ... bu ...” jawab Laisa. Tangannya menunjuk ke arah gerbang sekolah.

“Apa Laisa? Bapak tidak mengerti apa yang kamu katakan,” dahiku mengernyit. Memastikan apa sebenarnya yang ingin Laisa katakan.

“Na ... na ... Bu ... na ... buu ...” tangan Laisa tetap menunjuk ke arah gerbang. Terlihat air liur yang menetes dari bibirnya.

Mataku menatap ke arah gerbang sekolah karena penasaran dengan kata-kata Laisa ...

Seorang perempuan paruh baya berlari kecil ke arahku. Setelah sampai di dekatku, kulihat Laisa tersenyum.

“Na ... naaaa ....” matanya berbinar. Laisa menunjuk-nunjuk perempuan itu.

“Maaf Pak guru, saya terlambat jemput Laisa. Tadi saya ke pasar dulu,” kata perempuan itu. Tangan tuanya memeluk Laisa.

“Pa ... pa ... nyak .. hii hiii,” kata Laisa. Tangannya memeluk perempuan itu tapi matanya menatap ke arahku diiringi tawanya yang tidak aku pahami.

“Kenapa Laisa? ... oh, pak guru ... kenapa pak guru?” tanyanya.

“Pa ...pa ...” katanya lagi.

“Iya ... iya .. itu pak guru,” jawab perempuan itu. Aku hanya tersenyum.

Dengan sabar Mbok Darmi, nama perempuan itu, memahami dan menterjemahkan kata-kata yang keluar dari bibir Laisa. Mbok Darmi sudah sangat paham dengan kata-kata Laisa, gerak tubuh Laisa dan keinginan-keinginan Laisa yang untuk banyak orang sangat susah untuk dimengerti. Termasuk aku.

“Mbok, siapanya Laisa, ya?” tanyaku membuka pembicaraan.

“Anu, Pak Guru .. mmm ... si Mbok sebenarnya bukan siapa-siapanya non Laisa. Aduuhh ... gimana ceritanya ya?” kata mbok Darmi.

“Ceritanya panjang, Pak Guru,” sambung Mbok Darmi.

“Sepanjang apa Mbok?” tanyaku lagi sambil tertawa kecil.

“Pak Guru, baru yah mengajar disini? Soalnya mbok baru lihat. Kalau Pak Guru mau tahu tentang Laisa, pak guru bisa tanya Bu Dina. Dia tahu semua tentang Laisa. Maaf ya, Pak, sudah terlalu siang. Mbok pamit pulang dulu.

“Oh yaa ... silahkan, Mbok, hati-hati di jalan ya, Mbok. Laisa mau cium tangan dulu gak sama Bapak?” tanyaku pada Laisa. Laisa hanya tersipu.

Mereka berdua pamit pulang. Begitu pula denganku.

Pengalaman hari pertama mengajar, sungguh menyenangkan. Apalagi dengan adanya Laisa, ya ... Laisa yang aku sebut dengan anak istimewa.

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post