Agus Susianto,S.Pd.

Guru SMK MAKARYA 1 JAKARTA. Tak jauh dari Pondok Indah Mol 2 (PIM2) Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Alumni Universitas Negeri Semarang (UNNES)jurusan PBSID (Pendi...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mbah Slamet,  Kematian yang Tak Diketahui.

Mbah Slamet, Kematian yang Tak Diketahui.

Hari Selasa,3 Maret 2020 menurut Situs Berita Kabarno.com sekitar pukul 11.45 WIB warga Kebonrejo, Kapanewon Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta digegerkan dengan adanya bau yang menyengat, diketahui pertama kali oleh adik sepupu, Supatmi.

Kula dikandhani tiyang amek klopo, bilih wingking griyo kok mambu bathang, lajeng kula nanjihke, leres mambu bathang, kula mboten wantun mlebet namung laporan ingkang wajib.”(Saya diberi tahu Tukang Petik Kelapa, bahwa dibelakang rumah mengapa ada bau bangkai. Saya tidak berani masuk hanya melaporkan ke pihak yang berwajib.)

Sauwijaya Lurah Kebonrejo, Kapanewon Temon Kabupaten Kulon Progo mendapat laporan dari warga dengan adanya seseorang meninggal di dalam rumah dan mengeluarkan bau busuk, selanjutnya laporan diteruskan ke Polsek dan Polres.

Tim Inafis Polres Kulon Progo bersama PMI melakukan olah kejadian dan mengevakuasi korban yang diketahui bernama Mbah Slamet Soepriyanto 75 tahun warga Dumpoh, Kalurahan Kebonrejo, Kapanewon Temon, Kabupaten Kulon Progo, dan selanjutnya Mbah Slamet dibawa ke RSUD Wates guna pemeriksaan.

Dari hasil pemeriksaan dokter Kristy Kumaladewi dan tim inafis tidak ditemukan tanda tanda penganiayaan, Mbah Slamet diduga meninggal kurang lebih sudah tiga hari, dan meninggal karena sakit, oleh pihak Kepolisian jazadnya diserahkan pihak keluarga untuk dimakamkan.

Sungguh kematian Mbah Slamet adalah potret kenyataan di masyarakat bahwa masih banyak warga lansia yang memilih hidup sendiri tanpa anak dan istri ataupun saudara. Kematian Mbah Slamet yang baru diketahui tiga hari kemudian menunjukkan bahwa kepedulian masyarakat semakin berkurang apalagi kejadiannya ada di desa yang mana masyarakat sosialnya masih menjunjung tinggi kebersamaan dan gotong royong.

Siapakah yang patut disalahkan dari kasus ini? Keluarga, masyarakat, atau pemerintah. Setidaknya keluarga harus lebih peduli dengan anggota keluarga karena terkadang banyak anak yang merantau sehingga harus meninggalkan orang tua di desa. Walaupun orang tua juga terkadang tidak mau diajak merantau dan tinggal dengan anaknya karena lebh betah dan nyaman di kampung. Masyarakat juga harus punya kepedulian dengan saling berinteraksi dan bertanya dengan tetangga sekitar jika ada masyarakat yang hidup sendirian. Pemerintah melalui RT atau dinas sosial juga harus memiliki data keluarga lansia yang cenderung yidak terurus oleh keluarga.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post