Agustianur Hutapea

Aku si pembelajar...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tetangga Koq Gitu?

Tetangga Koq Gitu?

Tantangan Hari Ke-4

#TantanganGurusiana

Karakter tiap orang dalam bertetangga itu banyak macamnya. Ada yang pendiam dan santun, ada yang rame tapi tetap sopan, ada yang rame banget dan malu-maluin ada juga yang pendiam sekali bahkan bisa dibilang sombong karena tidak mau mengenal tetangganya.

Seperti tetangga baruku ini. Mereka sudah setahun pindah ke Gang Jengkol tempat rumahku berada. Tetangga baruku ini membeli rumah tetanggaku yang pindah dan menempati rumah barunya.

Tetangga baruku ini 'unik' sekali. Bagaimana tidak unik, aku dan para ibu-ibu senior lainnya tidak pernah disapanya. Bahkan ada seorang tetanggaku yang mencoba menyapa duluan, tapi hasilnya? Duh nyesel sudah menyapa karena orangnya diam saja dan tak acuh.

Sebut saja nama tetanggaku ini Pak Semprul dan Bu Semprul. Bagaimana tidak semprul, setiap ada kegiatan di Gang Jengkol tidak pernah ikut hadir. Tapi gayanya seperti gang milik berdua, yang lain numpang.

Tiap pagi Pak Semprul dan Bu Semprul mempunyai kebiasaan unik yaitu menyetel lagu disco dengan suara keras membahana hingga seantero Gang Jengkol dapat mendengarnya dan auto dancing. Lagunya akan berhenti jika jarum jam menunjukkan pukul 08.00 pagi.

Pak Semprul dan Bu Semprul memiliki satu orang anak perempuan. Kira-kira berusia 1,5 tahun. Namanya aku tidak tahu karena anaknya tidak pernah dibawa main bersama anak-anak Gang Jengkol.

Setiap aku sedang menyapu halaman rumah, dan bila saat itu Pak Semprul dan Bu Semprul lewat, mereka ngegas dan si Bu Semprul akan memalingkan wajahnya dari arahku. Salahku apa ya? Senin sampai Jumat aku mengajar pulang sore. Sabtu dan Minggu kuliah pulang sore juga. Bisa ngobrol bersama tetangga itu hanya beberapa menit, itupun jika ada kesempatan. Aneh memang. Hingga tepatnya hari ini, aku bersama-sama ibu-ibu lainnya selesai menjenguk tetangga yang baru saja melahirkan. Melewati rumah Pak Semprul, aku tertawa ngakak mendapati tulisan " Untuk Orang Yang Merusak Pohon Bidara Ini...", maaf aku tak sanggup menyelesaikan tulisan azabnya, terlalu berat karena takut kena azabnya he he.

Jiwa kepoku muncul seketika dan menanyakan penyebab adanya tulisan tersebut. Eehh ternyata tetangga depan rumahnya menegur Pak Semprul untuk tidak menanam Pohon Bidara karena dianggap berduri dan dikhawatirkan melukai anak-anak yang bermain di gang.

Terima kasih kepada Tuhan, kehidupan bertetanggaku jadi penuh warna karena kehadiran Pak Semprul dan Bu Semprul.

Author gak takut kena azab? Takut ding, enggak ding, berharap gak ada yang baca cerpen khayalan ini.

Tamat

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sabar sabar sabar Miss

20 Jan
Balas

Hahaha hanya fiksi Mam

24 Jan



search

New Post