Masih Pantaskah Disebut Guru?
Tantangan Hari Ke-3
#TantanganGurusiana
Part 2
Rani merasa khawatir melihat kedekatan ayahnya dengan ayah Puput. Ayah Puput menjadi lebih sering datang ke rumahnya, mengobrol dan ngopi bersama ayahnya. Tiap kali Rani melihat ke arah ayahnya Puput, ayah Puput juga sedang melihat ke arahnya dengan kerlingan mata yang membuat Rani risih dan tak nyaman. Sedangkan untuk menceritakan masalahnya kepada kedua orangtuanya, Rani merasa takut. Entahlah apa yang ditakutkan, Rani tak tahu pasti.
Hingga pada suatu hari, tepatnya di hari Jumat minggu ke-4 bulan Maret, Rani yang sedang bermain bersama teman-teman di rumahnya dipanggil oleh ayah Puput. Awalnya Rani pura-pura tidak mendengarnya, tapi ternyata ayah Puput menghampiri Rani dan meminta tolong Rani di depan teman-temannya untuk membelikan detergen.
Karena Rani seorang anak yang hormat pada orangtua juga anak yang patuh. Rani tak mau melawan ayah Puput di depan teman-temannya. Maka Rani pun mengambil uangnya lalu segera menuju warung.
Rani berharap ayah Puput menunggunya di tempat dimana dia dan teman-temannya masih bermain. Tetapi ternyata ayah Puput sudah tidak ada. Teman Rani memberitahu kalau ayah Puput ada di kamar mandi mencuci baju.
Rani mencoba mengajak temannya untuk menemani tetapi karena sedang asyik bermain bola bekel, mereka tidak ada satu pun yang bersedia.
Rani mencoba menuju kamar mandi, didengarnya suara keran menyala dan suara orang mencuci menggunakan papan penggilasan kayu. 'hm itu pasti ayah Puput, smoga ayah Puput tidak macam-macam denganku' gumam Rani.
"Ayah Puput...ini detergennya. Rani taruh di lantai depan pintu ya sama kembaliannya juga". Kata Rani sambil hendak segera keluar dari lorong kamar mandi.
"Eh Ran, tunggu dulu. Kembaliannya ambil saja". Kata ayah Puput sambil menarik tangan Rani yang membuat Rani seketika berhenti berjalan dan merasa takut.
Benar saja, dengan gerakan cepat, ayah Puput mencium bibir Rani. Kali ini lebih panjang karena tangan ayah Puput memegang kepala Rani dari belakang.
Ah, jijik sekali rasanya. Rani berusaha mendorong ayah Puput dan segera berlari keluar dari lorong kamar mandi sambil mengusap kasar bibirnya, menghilangkan jejak lendir dan ludah ayah Puput yang menempel di bibirnya. Sebelum benar-benar keluar dari lorong kamar mandi, Rani menoleh sekilas dengan tajam ke arah ayah Puput. Tapi yang dia lihat hanya senyuman mesum dan tatapan mata yang aneh.
Sejak itu Rani bertekad tidak akan pernah mau melihatnya, disuruh pun tidak akan pernah mau. Bahkan Rani berencana akan melaporkannya jika ayah Puput datang ke rumahnya lagi. Pada saat ayah Puput dihadapannya, saat itu ia akan melaporkan semuanya.
Terkadang Rani berpikir, apakah hanya dia korbannya? Mengingat banyak teman-temannya yang ikut bimbingan belajar di ayah Puput. Mungkin suatu saat akan dia tanyakan ke teman-temannya tentang sikap ayah Puput saat mengajari bimbel.
Sejak kejadian di kamar mandi itu, ayah Puput tak pernah datang lagi ke rumahnya. Rani juga tak pernah melihatnya di sekitar rumah. Hingga terdengar kabar kalau ayah Puput dipecat dari sekolahnya karena ketahuan melecehkan murid-muridnya.
Hingga Rani lulus SMP, Rani belajar dengan aman dan tenang. Hingga masuk dunia SMA, hal itu pun terjadi lagi....
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Serem nian ,syukurlah sudah dipecat .Keren Bu, sehat dan sukses selalu ya
Ya Bu serem...wkt dengar ceritanya ada marah dan jijik.Sukses juga utk Ibu Rumondang
Semoga anak cucu selalu dlm perlindungan Tuhan ya. Sukses miss
Amin Mam