Malam ini, saya mendapat japri dari teman sesama peserta Pelatihan Menulis Media Guru.

Isi japri saya crop sebagai gambar pengantar tulisan ini.

Beneran, saya tidak pernah membayangkan teman yang satu ini akan sampai pada titik dia ada sekarang.

Dia seorang GTT tersertifikasi. Memiliki seorang suami, seorang putra kelas 6, dan seorang putri 4 tahun. Sebelum kenal Media Guru, saya bingung menghadapi curhatnya. Banyak banget. Mulai urusan si kecil, sampai urusan teman gurunya. Mulai urusan grup WA, sampai urusan pengaturan keuangan. Mulai saat senang ketika tunjangan turun, sampai saat nangis-nangis setelah dibully rekan gurunya. Dalam kondisi normal, okelah. Tapi apa asyiknya menjadi tempat nyampah. Mau tidak didengarkan itu, saya menyayanginya. Mau didengarkan itu, kok sayang juga.

Jadi, ketika MG mengadakan pelatihan menulis, saya berusaha menarik perhatiannya agar ikut. Dengan berusaha bertega hati meninggalkan putrinya, dia full menikmati penampilan pak CEO dan Pak Ketua RT 48 Sukodono.

Usai pelatihan, masih japri kalau keder melihat semangat teman-teman di grup. Apalagi ketika satu demi satu mengabarkan jika naskahnya jadi. Hmmmphhhf.

Syukurlah menjelang DL 15 Maret, ia berhasil mengirimkan kumcer. Ikut lega saya.

Seminggu berlalu. Ternyata kegiatan nulis cerpen terus berlanjut. Ditambah penemuan bahwa agar tulisan berisi, harus kembali membuka buku. Plus nampaknya mendapat arena nyampah produktif. Anggap saja semacam terapi emosi. Dia melaporkan banyak perkembangan positif setelah nulis.

Menulis itu ternyata nikmat ya.

Jujur saja. Saya ikut senang dan merasa hidup saya lebih tenang. He he he.