Banyak cerita yang kutemukan di sekolah baruku ini yang tidak pernah kutemukan sebelumnya di sekolahku yang dulu. Kondisi sosial ekonomi mereka memberikan rona-rona cerita kehidupan yang mungkin baru kali pertama kutemui. Karena banyak wali muridku yang penduduk musiman, sehingga tempat tinggal mereka  adalah kos-kosan. Dan, ini sungguh cerita yang sulit untuk dilupakan. 

Guru matematiku dengan sabar mengajarkan kepada siswanya perkalian karena banyak yang belum hafal tentang perkalian. Bahkan ketika istirahat sambil bersenda gurau guruku mengajari dasar-dasar berhitung. Diajarkan kepada mereka bagaimana menambah mengurangi, mengalikan  dan membagi. Inshaallah guruku sabar dan telaten, justru yang tidak sabar adalah siswnya sendiri. "Sudahlah bu jangan tugasi aku untuk menghafal perkalian. Itu sulit, Bu. Tugasi aku untuk menyapu halaman, membersihkan kamar mandi, atau yang lainnya pasti kukerjakan, Bu," katanya. 

Kali lain aku dan kawan-kawan menemukan beberapa siswa sering terlambat. Kali pertama terlambat kami mengijinkan mereka untuk masuk ke kelas sambil dinasehati untuk tidak terlambat lagi. Biasanya mereka akan menganggukkan kepalanya. Namun karena berulang kali selalu terlambat , akhirnya kami ajak bicara mereka yang sering terlambat itu untuk mengetahui penyebabnya. Setelah lama kami tanya ternyata jawabannya adalah, " Kami antri untuk mandi Bu. Kamar mandinya hanya satu. Tempat tinggal kami kos-kosan , Bu," katanya sambil menundukkan kepalanya. Akhirnya kusarankan kepada mereka agar datang ke sekolah 10 menit sebelum pukul 6.00 untuk mandi di kamar mandi sekolah. 

Gambar diambil dari Google