Itu dulu

Kala masih muda belia

Dia adalah guruku

Pernah marah karena khilafku

Tatapan mata tajamnya intai aku

Kutekuk dagu ini

Sembunyikan mataku

Sembunyikan kekerdilanku

Dihampirinya aku

Diangkat tangan kokohnya hendak ke punggungku

Serasa melayang di sela nafas yang memburu

Kupejamkan mata ini bersiap sakit

Takjubku mendera

Tangan itu telah mendarat lembut di bahuku

Menepuk tiga kali

Keberanikan membuka mataku

Ia tersenyum dengan untaian bijaknya

Biaskan kearifannya

Pernah dipanggilnya keras namaku

Hentakku dalam lamunan

Pintanya aku ke depan kelas

Tahan detak dadaku tak karuan

Tahan kakiku melangkah gemetar

Susun kekuatan memegang kapur tulis

Rumus dan angka berteka teki

Tak kuasa sudah kutebak

Diam terdesak

Ini sedih menyeruak

Sesal abaikan nasihatnya

Diraih lembut tanganku masih berkapur

Dibimbingnya aku

Tuliskan angka-angka penuh misteri

Rengkuh bahuku

Bisik mantra ajaib ditelingaku

Buatku malu pada diri sendiri

Tantangku untuk maju

Begitulah dia, guruku

Cipta rindu telah usai

Entah mengapa rindu

Entah ingin kudengar kembali

Teriakan keras sebut namaku

Apa kabar guruku?

Karenamu

Ku adalah guru.