Agustus Magribi

Agustus Magribi, S.Pd. lahir di Jakarta, 28 Agustus 1970. Memperoleh gelar sarjana pendidikan jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dari IKIP Jakarta tahun 1995. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

DALAM HATI CINTA SELALU BERSEMI#Tantangan Menulis Gurusiana Hari Ke-1

Dalam laboratorium bahasa aku tidak serius mengikuti pelajaran bahasa Inggris. Mataku beralih dari slide di depan ke arah Via yang duduk dua baris di belakangku.

Aku melihat Via memberikan isyarat padaku, dan melempar secarik kertas. Hup, aku menangkapnya dan cepat-cepat membaca isi kertas kecil itu. Mataku terbeliak, lalu kupalingkan wajahku sekali lagi pada Via.

“Awas kamu!” bisikku, tapi Via malah tersenyum.

Sambil berjalan ke perpustakaan, Via mulai menggodaku lagi. Sebenarnya aku ingin tidak mempedulikannya. Tapi rasanya tidak enak.

“Gimana, Ky? Dibalas nggak salamnya Lion?”

“Kamu ini, orang kayak gitu aja ditanggepin.”

“Lho, aku kan cuma nyampein amanat aja, dosa kan kalau nggak disampein ke kamu.”

“Oke, tapi kamu janji, ya, jangan lagi-lagi.”

Via mengangkat bahunya, sementara pikiranku melayang pada wajah Lion.

Lion. Siapa yang tidak mengenal dia, cowok badung tapi keren itu. Aku tahu dia sewaktu di kelas dua ini, itu juga lantaran kelasku dengan kelasnya bersebelahan. Lion bisa dikatakan cowok yang paling sering menggodaku. Sejak mula aku duduk di kelas dua ini dan kenal dengannya, Lion selalu menggangguku dengan salam-salamnya itu. Bahkan pernah, dia teriak-teriak dari kelasnya memanggil namaku, tapi waktu itu aku tidak menanggapinya, habis teman-temannya malah ikut-ikutan.

Aku tidak tahu mengapa Lion bisa menjadi badung seperti itu. Padahal menurut cerita teman-teman, dia berasal dari keluarga yang berada. Belum lagi tampang cakepnya, yang kalau dipikir-pikir sepertinya tidak mungkin punya tingkah laku buruk seperti yang selalu aku dengar. Tidak pernah mengerjakan tugas dari guru, kabur saat ada pemeriksaan rambut, ataupun tidak masuk sekolah tanpa ada kabar apa-apa.

Setibanya aku di perpustakaan, aku sempat terkejut, tidak mengira Lion akan ada di sana. Saat itu juga Via menoleh kepadaku, namun aku berusaha menyembunyikan rasa terkejutku itu. Aku pura-pura tidak melihat kehadiran Lion walaupun Via telah mencolek lenganku.

“Ky, ada Lion.”

“Aku tahu, tapi biarin aja. Kita pura-pura nggak lihat aja.”

“Tapi, Ky.”

“Apa?”

“Dia ke sini.”

aku mengarahkan pandanganku pada tempat duduk Lion. Ternyata benar, kini dia sedang berjalan ke arahku dengan senyuman di bibirnya.

“Dugaanku tepat kali ini, kamu pasti ke perpus. Jadinya aku nggak sia-sia menunggu kamu di sini.”

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Penasaran...

06 Feb
Balas

Akhirnya bisa baca cerpen bapak lg.favorit umi nih.sip dah pak lanjuut

06 Feb
Balas

Oke bu. Trims....

06 Feb

Keren ,mantul Pak

07 Feb
Balas

penulis favorit

06 Feb
Balas

Trims bu...

06 Feb

Siap....trims

06 Feb
Balas

lanjuuuutttttt

06 Feb
Balas

Penasaran juga

06 Feb
Balas

Ikuti terus ya bu. Trims....

06 Feb

Wah... Bikin penasaran nih ceritanya... Ditunggu ya pak

06 Feb
Balas

Oke bu. Trims....

06 Feb

seandainya ada cinta di pejabat, pemimpin rakyat tidak ada orang miskin, koruptor, bunuh diri.

06 Feb
Balas

Aamiin....

06 Feb

mantul

06 Feb
Balas

Thanks miss...

06 Feb



search

New Post