Agustus Magribi

Agustus Magribi, S.Pd. lahir di Jakarta, 28 Agustus 1970. Memperoleh gelar sarjana pendidikan jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dari IKIP Jakarta tahun 1995. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

DALAM HATI CINTA SELALU BERSEMI#Tantangan Menulis Gurusiana Hari Ke-2

Pada mulanya aku ingin membiarkan dia. Tapi cepat-cepat aku urungkan niatku itu, rasanya tidak mempunyai perasaan kalau aku sampai berbuat seperti itu.

“Menungguku? Untuk apa?” tanyaku tidak mengerti.

“Bisa nggak kita bicara berdua?”

Aku tercenung sesaat, bicara berdua? Apa tidak salah pendengaranku ini? Aku menjadi deg-degan, aku menjadi takut. Bagaimana tidak takut, habis yang mengajak bicara itu adalah orang seperti Lion. Berdua lagi!

Lalu tanpa sadar tubuhku berbalik meninggalkan Lion seraya menarik lengan Via.

“Eh, Ky, apa-apaan nih?” teriak Via.

Aku tidak menyahut, aku terus saja menarik lengan Via. Bahkan kini aku semakin mempercepat langkah kakiku.

“Ky, kamu kok begitu sih? Kasihan kan dia.”

“Nggak peduli.”

“Kan nggak baik ninggalin dia begitu aja.”

“Via, kamu suka, ya, melihat aku celaka?”

“Celaka gimana?”

“Ih, orang kayak gitu nggak pantes dibaikin, bikin rusak aja!” ujarku sebal.

“Aku makin nggak ngerti, Ky.”

“Ah, sudah deh.”

Aku tetap menarik lengan Via. Biar saja si centil satu ini marah, pokoknya aku selamat dari makhluk badung macam Lion itu.

“Ky, udah dong jangan narik-narik tanganku terus, kan nggak enak diliatin orang,” Via lagi-lagi teriak sambil menghentakkan tangannya.

Aku tersadar, lalu kulepas cekalan tanganku. Sejenak Via mengusap-usap pergelangan tangnnya, mungkin peganganku terlalu kuat. Dia cemberut.

“Kamu kenapa sih, Ky, kayaknya anti banget sama Lion. Padahal kan orangnya….”

“Udah deh, nggak usah ngomongin dia lagi, nanti telanjur bel masuk berbunyi. Jadinya kita nggak sempat ke kantin,” potongku.

“Habis kamunya sih bikin gara-gara.”

“Bikin gara-gara gimana?”

“Menghindar dari Lion!”

“Orang kayak dia emang harus digituin!”

“Tapi kan….”

“Udah, ah, kalau kamu masih mau ngomongin dia, aku nggak jadi mentraktir kamu nih.”

“Kok begitu? Sekarang kan giliran kamu.”

“Iya, makanya kamu nggak usah deh ngomongin dia lagi.”

Via menghela napas, dia menyerah. Aku dan Via memang mempunyai kebiasaan saling mentraktir, kalau hari ini aku yang mentraktir semua yang kami santap, berarti besoknya Via yang mentraktir. Begitu seterusnya.

Di kantin, ternyata Via tidak lepas membicarakan Lion. Bibirnya yang mungil itu rasanya ingin aku tutup dengan tahu isi buatan Bude kantin! Tapi biar saja deh, bagiku tanpa adanya Via dunia ini serasa mati, tidak akan seramai sekarang ini.

“Ky, sebenarnya Lion itu nggak kayak yang kamu duga selama ini, lho. Dia nggak badung, hanya aja dia kurang perhatian.”

“Kurang perhatian dari orang tuanya, kan?” Via mengangguk, “Basi!”

“Tapi ini benar, Ky.”

“Dari mana kamu tahu?”

“Aku kan masih ada hubungan sodara sama dia,” akunya dengan suara perlahan.

(BERSAMBUNG)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Iya umi jg suka bgt...ditunggu kelanjutannya

07 Feb
Balas

suka bacanyaa

07 Feb
Balas

terima kasih bu hanum dan bu umi.

08 Feb
Balas



search

New Post