Agustus Magribi

Agustus Magribi, S.Pd. lahir di Jakarta, 28 Agustus 1970. Memperoleh gelar sarjana pendidikan jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dari IKIP Jakarta tahun 1995. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

DALAM HATI CINTA SELALU BERSEMI#Tantangan Menulis Gurusiana Hari Ke-4

“Ky…,” aku tersentak mendengar Via memanggil namaku, dan membuat aku gugup seketika itu juga. “Kamu kenapa, Ky?”

“Ah, nggak apa-apa, aku hanya berpikir, bahwa omongan kamu itu ada benarnya juga. Seseorang pasti akan berubah suatu saat nanti,” ucapku cepat.

“Kita masih jadi sahabat, kan?” tanya Via kemudian.

“Tentu aja, Vi,” anggukku sambil tersenyum, “Tapi kamu harus ingat, jangan nyembunyiin sesuatu dalam persahabatan kita, ya?”

Via mengangguk, menyetujui ucapanku. Lalu dia menghampiriku dan memelukku dengan erat.

“Maafkan aku juga, Vi. Aku terlalu ngikutin emosiku,” ucapku dengan hati lega.

“Wah, rupanya ada suatu kejadian penting, ya? Sampai-sampai suasananya jadi mengharukan seperti ini,” ujar Mama sambil menaruh dua gelas jus jeruk dingin dan sekaleng coklat.

“Ah, Mama, nggak ada apa-apa kok.”

“Ya sudah, kalau begitu Mama masuk dulu, ya.”

Aku dan Via mengangguk bersamaan, membuat Mama tersenyum terlebih dahulu sebelum ke belakang kembali.

“Ky, kita jalan yuk. Ada film bagus, lho.”

“Film?”

He-eh, pokoknya kamu nggak akan kecewa deh. Pemain cowoknya aktor favorit kamu. Mau nggak?” tanya Via.

“Oke deh,” sambutku, “Tapi aku mandi dulu, ya? Eh, diminum dulu tuh.”

Thanks, Ky.”

©©©

Bel usai sekolah berdering nyaring, dengan agak tergesa aku membereskan buku matematika-ku dari atas meja ke dalam tas.

“Ky, benar nih, kamu nggak jadi ikut?”

“Nggak deh, kayaknya aku lebih baik pulang. Percuma aja kalau lagi bad mood bagini.”

“Oke deh, mau titip nggak?”

“Mau titip apa, ya? Kamu kan mau ke Gramedia bukan ke food court.”

“Justru itu, kalau ke food court sih, lebih baik aku yang makan.”

“Uh, dasar!”

Via tertawa lebar, membuat beberapa pasang mata beralih pada Via dan aku. Tapi kami tak acuh. Setelah tiba di gerbang sekolah, aku dan Via berpisah, karena Via akan naik Colt omprengan ke depan perempatan. Sementara aku sendiri ingin berjalan di bawah pohon Bungur yang banyak tumbuh di sepanjang tepi jalan.

“Ky!”

Aku menghentikan langkahku, dadaku berdetak cepat. Warna suara itu membuatku pucat pasi dan berkeringat dingin seketika itu juga. Aku menolehkan wajahku dengan penuh keraguan. Lion! Aku terkesiap melihat senyumnya yang lumayan simpatik itu.

“Emh, ada apa?”

“Nanti malam pasti kamu nggak kemana-mana.”

“Eh, emh….”

“Iya, kan? Aku boleh ke rumah kamu?”

“Jangan, Lion!”

“Kenapa?”

“Pokoknya jangan!” ucapku bergetar, sementara di hatiku mulai menyelusup rasa ketakutan.

“Wah, jangan begitu dong, Ky. Boleh, ya?”

“Nggak!”

“Ky.”

Langkahku terhenti, tangan Lion mencengkeram lenganku kuat-kuat.

“Lion, apa-apaan sih!” bentakku marah seraya mencoba menepiskan cekalan Lion. Tapi ternyata cengkeramannya itu sangat kuat, lenganku malah terasa perih.

“Boleh, ya?”

“Nggak,” ucapku dengan suara parau.

Aku hampir saja menangis melihat ketegaran Lion. Aku jadi menyesal tidak ikut Via, juga dengan langkah kakiku yang lambat. Kalau saja pikiranku tidak sedang kacau, tentu aku tidak akan melamun dan jalan berlambat-lambat. Sehingga aku tertinggal dari anak-anak yang lain.

Uh, aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa menghadapi Lion.

“Lion, lepaskan tanganku!”

“Nggak, sebelum kamu ngizinin aku boleh main ke rumah kamu.”

Aku semakin tidak berdaya, di sudut bola mataku mulai tergenang sebentuk bulir bening. Kalau saja yang mencengkeramku bukan Lion, tentu kejadiannya tidak akan seperti ini. Tapi ini Lion! Dan semua pun sudah tahu bagaimana tingkah Lion selama ini. Hal inilah yang membuat aku takut, takut Lion bersikap kasar terhadapku seperti yang sedang dia lakukan saat ini.

Namun disaat aku tidak mampu berbuat apa-apa, ada suara yang menghentak, yang membuat hatiku sedikit lega. Itu suara Yudi.

“Heh, lepasin tangan lu! Jangan coba-coba gangguin dia!”

(BERSAMBUNG)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post