Ahlis Qoidah Noor

Ahlis Qoidah Noor. Biasa dipanggil Ahlis. Seorang guru di SMK. senang beragam hal. menulis puisi, cerpen, mendesain baju, membaca puisi, menyanyi,melakukan rise...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kakek Pembawa Cemeti ( PUISI )
from pinterest

Kakek Pembawa Cemeti ( PUISI )

Kususun kalimat sederhana di WA penanda salam ku untuk bertemu. Menimba ilmu dan menggali info terkini tentang Omar Bakri yang sedang berjanji untuk menggenapi .

Berjajar mahasiswa yang sudah tidak muda lagi. Hampir semua dosen di perguruan tinggi. Kecuali aku seorang diri namun tetap berani bersama rombongan siap berbagi.

Detik demi detik kulalui dengan menyapa , bercerita sambil menunggu dingin udara.

Satu dua tiga mulai lah satu persatu pergi menuju kotak kaca yang samar dari luar dan kokoh di dalam oleh suara. Pantulannya mungkin tak terdengar oleh telinga tapi hati masing- masing kami.

Satu persatu mereka masuk dengan sumringah karena mendapat yang dikhawatirkan tidak terjadi. Satu persatu pergi meninggalkanku sendiri.sunyi.

Tiba saatku ku ketuk pintu. Salam ku ucap. Senyum ku kulum pada sesosok intelektual yang tak muda lagi. Sangat aku hormati bagai seorang kakek pembawa cemeti.

Aku sampaikan maksud tapi beliau sudah mulai bertanya dan aku mulai terkejut. Ah, apakah aku salah berucap ? Ataukah aku salah berkilah ?

Oh , ternyata kalimatku kuranglah formal untuk disebut sebagai seorang penuntut ilmu dan amal. Oh, ternyata aku harus belajar banyak tentang ragam makna fragmatis dan juga semantik. Aku terima dengan tangan kucungkupkan tanda meminta maaf.

Banyak kalimat yang tampak terdengar asing tapi aku coba tetap takzim mendengarkan. Inilah rangkaian pembelaan yang tak sanggup aku berikan. Inilah saat seorang murid harus segera mengiyakan tanpa bertanya kenapa dan mengapa. Inilah saat semua langit terbuka untuk kutangkap makna.

Sepilu apapun hatiku harus kutahan rasa. Sesakit apapun telinga harus kutahan makna. Senyeri apapun pikir harus kutahan sampai akhir. Seindah apapun pemandangan di luar harus kutahan sampai kelar.

Kalau semua cukup semenit dua menit lalu ucapkan selamat tinggal dengan senyuman , maka aku cukup tiga puluh menit dengan segala wejangan dan suguhan nasehat untuk masa depan.

Sungguh aku ingin mengambil hikmah dari semua yang terjadi hari ini. Sungguh aku ingin segera merevisi agar tak ada lagi jeda untuk nuansa cinta. Cintaku pada keluarga dan anak serta pasangan yang selalu bermakna.

Sungguh aku tak ingin menangis maka kutuliskan puisi ini. Sungguh aku tak ingin bersedih maka mengalirlah semua yang terjadi. Sungguh aku tak ingin berteriak maka berhentilah segala riak.

Tidak semua bisa terkata, tidak semua bisa berkata, tidak semua bisa menyapa. Tidak semua bisa membagi, tidak semua bisa terbagi, tidak semua bisa memberi.

Pertarungan baru akan dimulai. Kata teman di Kompasiana, tetaplah tegar sampai toga tersampir di ujung rambut dan di pindahkan untuk menandai akhir sebuah titik menuju titik baru, pengabdian dan pengamalan ilmu.

Doakan aku, wahai kolega, handai tolan , saudara, teman lama dan teman baru. Agar minggu depan aku sudah menjadi manusia baru. Baru dalam menapaki jeda intelektualitas yang butuh dipacu. Baru dalam mendalami dan berbagi ilmu di semua yang ingin berguru.

Berilah aku api semangatmu agar aku bisa memberimu cahaya. Berilah aku salam hangat agar aku bisa bertahan dan melewati ujian dengan semangat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post